Pakai Formula Rahasia. Komposisi dari Kencing dan Kotoran
Kebutuhan pati/tepung dari singkong meningkat pesat. Begitu juga kebutuhan industri bioethanol. Fenomena ini membuat formula temuan Ubadah yang mampu membuat singkong panen secara mencengangkan melesat jadi perbincangan yang menggiurkan.
Apalagi di dalamnya mengundang makna bisnis dengan kalkulasi keuntungan besar. Maka informasi mengenai Singkong Ubadah bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengarah ke segmen industri makin tak terbendung.
Haji Mohammad Ubadah pun menjadi luar biasa sibuk. Sibuk dengan singkong. Sibuk dengan tegalan-tegalan. Sibuk dengan sawah-sawah. Sibuk dengan percobaan-percobaan lanjutan, dan yang paling nyata adalah sibuk dengan para tetamu yang membanjiri rumahnya untuk bertanya soal singkong.
Mereka bertanya tentang formula khusus itu. Bertanya bagaimana cara kerjanya, bagaimana kerjasamanya, bagaimana mendapatkan formulanya, dan seterusnya. Bertanya juga bagaimana sisi bisnis berikut keuntungannya.
Di saat yang lain di ruang-ruang kelas, ruang seminar, di sela-sela pengajian, menjadikan Haji Ubadah sebagai pembicara kunci soal budidaya singkong yang sebelumnya hanya diangap remeh. Dengan estimasi minimal menghasilkan 100 juta rupiah per hektar dengan menanam Singkong Ubadah, masihkan orang bicara remeh, “halah hanya singkong?”
Lucu juga sebenarnya. Setidaknya demikian menurut pengakuan Haji Mohammad Ubadah yang rumahnya hanya berjarak beberapa ratus meter dari Makam Bung Karno di Kota Blitar. Ia mengaku tidak ada latar belakang pertanian. Apalagi sarjana pertanian. Lebih-lebih soal singkong, dia sama sekali tak pernah tahu dan bersentuhan dengan singkong. Lalu tiba-tiba menemukan formula khusus yang mampu membuat tanaman singkong berbuah begitu lebatnya. Hasilnya pun bisa dikatakan spektakuler, lebih dari 30 kg per batang pohon ketika dipanen.
Ubadah mengaku, kalau formula untuk tanaman singkong ini ditemukan sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), tentulah itu sebuah kewajaran. Karena bidangnya memang keilmuan dan penelitian. Serangkaian uji laboratorium dengan mudah dilakukan.
Demikian juga kalau formula ini ditemukan orang-orang yang berkecimpung di dunia pertanian. Pastilah rakyat akan segera makmur. Dengan sejumlah kebijakan formula ini akan cepat sekali merata. Agar segera bisa digunakan petani singkong. Agar memperoleh hasil yang diharapkan atau yang sudah ditargetkan oleh pemerintah.
Tetapi nyatanya keduanya tidak. Formula itu justru ditemukan di Blitar. Dari tangan yang tak pernah sekolah pertanian, tidak mengerti laboratorium, juga bukan dari unsur pemerintah.
“Lantas apakah temuan saya ini terjadi begitu saja secara tak sengaja? Nyatanya juga tidak! Saya sungguh-sungguh mengusahakannya. Hampir dua tahun saya keluyuran dari tegalan ke tegalan punya orang. Blusukan dari sawah ke sawah untuk melihat dari dekat tanaman singkong,” katanya.
Untung saja saat berproses ini dia tidak dikira maling karena masuk ladang dan sawah orang. “Coba kalau diteriaki maling sekali saja, habislah riwayat saya,” tawa Ubadah mengenang kepahitannya.
Saat itu, lanjut Ubadah, ia merasa seperti seekor pungguk merindukan bulan. Bagaimana mungkin orang yang tak mengerti laboratorium, tidak mengerti singkong, bukan petani pula, mengimpikan tanaman singkong yang bukan sekadar singkong biasa.
Di antara ikhtiar malamnya kepada Yang Maha Kuasa, Ubadah dengan penuh keyakinan melakukan sesuatu. Ia tak berhenti bergerak dengan tutunan naluri yang ia yakini sebagai sebuah petunjuk. Ubadah lalu mengumpulan kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing berikut kencingnya. Ia juga mencari beberapa macam zat, bakteri hidup, lalu dengan komposisi tertentu mencampur semuanya menjadi sebuah formula.
Ketika formula yang dia yakini siap, Ubadah lantas menyewa lahan satu hektar. Juga membeli batang-batang ketela tak terpakai dari orang panen. Bukan batang ketela dari jenis singkong unggulan, melainkan hanya singkong biasa.
Batang-batang ketela itu kemudian dipotong-potong sesuai ukuran layaknya menjadi bibit. Setelah proses pemotongan, calon bibit kemudian direndam dalam formula temuannya itu. Perendaman dilakukan dalam bak-bak terpal yang memakan waktu sehari semalam.
Untuk satu liter formula kudu dicampur air sebanyak 200 liter. Itu pun masih harus dicampur lagi dengan kontoran kambing, sapi, ayam yang sudah dihancurkan dan dengan takaran tertentu pula.
“Terus terang saya sempat bimbang ketika istri saya yang sebenarnya justru sarjana pertanian itu bertanya, apakah saya yakin dengan percobaan saya ini? Dalam kebimbangan yang beberapa saat itu saya menjawab, harusnya berhasil. Saya bilang ke isteri, tentu Allah mendengarkan doa saya, karena saya berdoanya di sepertiga malam seperti yang diperintahkan. Lalu saya berangkat dan menanam singkong tersebut,” kata Ubadah.
Dua hari setelah tanam Ubadah tidak tenang. Dia mondar-mandir pergi ke sawah. Lalu membongkar gulutan tanah yang sudah ditanami singkong berformula. Yakinlah, dia tidak menemukan apa-apa.
Karena penasaran, di hari ketiga, Ubadah kembali ndukiri tanah. Kali dia cukup kaget. Singkong yang dia tanam sudah keluar 23 akar sepanjang dua jengkal. Lima hari kemudian sudah tumbuh menjadi 80 akar. Inilah akar pertama yang akan jadi singkong. Sedang akar yang berikutnya berikutnya tumbuh bertugas mencari makan.
Ternyata singkong yang direndam formula itu memang tumbuh luar biasa cepat. Bentuknya lain. Rimbun daunnya lain. Jari-jarinya pada daun juga lain, yaitu mencapai 9 jari. Singkong biasa paling banter hanya 7 jari. Dan dalam 4 minggu singkong seperti sudah berumur 3 bulan. Kerimbunan daunnya benar-benar mengagetkan.
Saat menanam Ubadah sudah memperlakukan lain bibit singkongnya. Bibit tidak hanya sekadar ditancapkan ke tanah. Tetapi dipendam seluruhnya hingga hanya terlihat ujungnya saja. Dipendam dalam posisi miring ke bawah, seperti menanam tebu.
Kedalamannya sekitar 24cm dengan kemiringan 45 derajat. Tanah juga harus digulut. Digemburkan lebih dulu lalu ditimbun meninggi. Tingginya lebih kurang 1 meter, lebarnya juga bisa 1 meter. Sementara jarak antar gulutan selebar cangkul. Jarak ini juga berfungsi untuk pengairan.
Jarak tanam antarbatang bibit juga bisa lebih satu meter, ini sebagai langkah antisipasi jika akar yang memanjang tidak tumbukan antagra pohon satu dengan yang lain.
Syarat mutlak Singkong Ubadah adalah harus ditanam di tempat yang benthak. Tidak tertupi oleh pepohonan lain yang bisa mengakibatkan panas matahari tidak merata. Sebab itu lahan yang sangat cocok adalah persawahan. Bibit harus ditanam dalam waktu tidak lebih dari tiga hari setelah perendaman dengan formula. Lewat masa itu formula akan ngabar alias menguap. Maka, sebelum mengambil keputusan untuk tanam bibit, lahan harus sudah benar-benar siap.
Pemupukan dilakukan sejumlah 9 kali hingga masa panen. Jadi, sebulan sekali harus dipupuk dengan pupuk kandang. Bisa kotoran sapi atau ayam, atau kambing yang sudah dihancurkan. Sedang setiap 3 bulan sekali diberi pupuk buatan sebagai pelengkap unsur hara dalam tanah.
Idealnya, untuk 1 hektar tanah hanya perlu ditanami 10 ribu batang bibit saja. Standar penanaman ini secara disiplin ditetapkan Ubadah untuk memperoleh hasil maksimal. “Tanpa SOP yang sudah diberlakukan ini, saya tidak menjamin bahwa singkong akan menjadi seperti yang kita harapkan,” kata Ubadah. (idi/bersambung)
Advertisement