“Pak Boediono Alergi sama Bapak Sayaâ€
Lamanya hukuman pidana yang harus dijalani sang ayah, Budi Mulya, membuat putri sulungnya, Nadia Mulya punya pengalaman menarik saat menjenguk mantan pejabat Bank Indonesia (BI) itu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Sukamiskin, Bandung.
Artis kelahiran 19 Februari 1980 itu mengisahkan pertemuannya dengan Mantan Wakil Presiden Boediono di Lapas Sukamiskin. Pertemuan pertama dan terakhir Boediono dengan ayahnya setelah diputuskan dihukum penjara.
“Ada satu kejadian yang unik. Pak Boediono itu, ketika bapak saya menjadi tersangka, jadi sangat alergi dengan bapak saya. Tidak pernah mau bertemu,” ungkap Nadia di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 12 April 2018.
Bahkan, lanjut Nadia, ketika adiknya, Benny Mulya, meninggal pada 2014 lalu, Boediono tidak mengirimkan karangan bunga atau yang lainnya. Menurutnya, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu hanya mengirim satu lembar surat saja kepada keluarga mereka.
“Itu sangat menyakiti hati dan perasaan bapak saya. (Padahal) saat menjadi bawahan Pak Boediono, (Budi) respect sama beliau,” kata Nadia.
Wanita 38 tahun itu teringat momen pada Selasa, 26 Januari 2016. Hari di mana ia berkunjung menemui ayahnya di Lapas Sukamiskin. Kala itu, ia sedang mengandung anak ketiganya dengan usia kandungan lima bulan.
“Saya mengunjungi bapak saya di Sukamiskin. Tiba-tiba saja bapak saya dipanggil ke kantor kepala lapas. Ketika balik, muka bapak saya kencang. ‘Kenapa Bapak?’ ‘Ada Boediono di sini’ katanya,” ungkap Nadia.
Dia mengaku kaget kala itu. Ia merasa seperti demikian lantaran semenjak ayahya menjadi tersangka kasus yang merugikan negara sebesar RP 6,76 triliun itu, tak pernah ada kabar dan berita apa pun dari Boediono.
Hingga akhirnya, saat itu Nadia dan Budi bertemu dengan Boediono selama kurang lebih satu jam lamanya. Ketika itu, Boediono datang seorang diri, ajudannya menunggu di luar. Mereka benar-benar berbicara enam mata. Pada kesempatan tersebut, Budi menyampaikan rasa janggal yang ada di hatinya.
“Lebih dalam arti, ‘Kamu, nih, sebagai seorang pemimpin, saya begitu menghargai kamu. Kenapa kamu tidak mengatakan apa yang kamu ketahui mengenai Bank Century?’ Itu yang bapak saya katakan kepada Pak Boediono,” kisahnya.
Nadia tak paham apa tujuan Boediono menemui ayahnya pada saat itu. Menurut dia, saat itu Boediono lebih banyak diam dan hanya meminta maaf tanpa menawarkan solusi. Boediono hanya mengajak Budi untuk menggiring opini publik melalui media.
“Saat itu beliau mengatakan, ‘Oke, bagaimana kalau kita menggiring opini media untuk mengatakan, ini adalah kebijakan yang tak dapat dipidanakan,” jelasnya.
Nadia menjawab, “Pak, sudah telat. Sekarang bapak saya sudah di sini. Kalau seandainya kamu sebagai Wakil Presiden pada saat itu berani mengambil sebuah keputusan, mungkin tidak akan berlarut-larut sampai dengan sekarang.”
Pada pertemuan itu, jelas Nadia, emosinya dan sang ayah meluap. Ia tak menampik, keduanya sempat berbicara dengan nada tinggi kepada Boediono.
Ibu tiga anak itu merasa kecewa karena ia merasa hanya ayahnya sendiri yang harus menjalani hukuman dari kasus tersebut.
“Ibaratnya, bapak saya itu dilempar ke kandang singa, dan kalian satu pun tidak ada yang memberikan bantuan apa pun kepada bapak saya,” terangnya.
Artis yang kini menekuni dunia presenter itu kemudian menceritakan betapa hancurnya keluarga saat mengetahui sang ayah terjerat kasus korupsi.
Bahkan ‘kemalangan’ lainnya yang harus ia dapatkan setelah itu adalah meninggalnya sang adik, Benny Mulya, dan kakeknya.
“Ketika ini menimpa bapak saya, keluarga saya ini hancur. Adik saya meninggal, kakek saya meninggal. Jadi, kalau ngomong mengenai mengharapkan ada orang lain yang melalui ini semua, saya tidak mau,” ungkapnya.
Wajah Nadia menampakkan guratan kesedihan saat menyampaikan pernyataan tersebut di hadapan awak media.
Tetapi, demi keadilan, Nadia akan menerima segala proses yang berlaku. Apabila demi keadilan memang harus ditetapkan tersangka yang baru, harus ada pengadilan lagi, maka harus seperti itu. Ia mempercayakan segalanya kepada hukum.
“Kalau demi keadilan memang harus ditetapkan tersangka baru, harus ada pengadilan lagi,;Harus seperti itu,” tegasnya.
Nadia merasa, jika kasus bailout Bank Century benar-benar ditelusuri, banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi. Ia pun mengatakan, sebagai putri dari Budi Mulya, ia tidak terima, ayahnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai deputi gubernur bidang moneter dijadikan tumbal.
Budi Mulya menjadi satu-satunya orang yang harus menjalani hukuman atas kasus tersebut. “Bapak saya dikorbankan,” ucap Nadia tegas. (*)
Advertisement