Painting Watercolor, Hobi Alternatif di Masa Pandemi Covid-19
Komunitas Seni Arek Jombang (Kosajo) adalah komunitas anak-anak muda di Kabupaten yang gemar atau hobi melukis dengan menggunakan watercolor.
Komunitas ini didirikan sejak tahun 2018. Hingga saat ini anggota komunitas ini berjumlah 103 orang yang rata-rata berusia muda.
Di tengah pandemi corona ini, kegiatan komunitas ini semula berhenti. Karena banyak anggota yang tidak bisa ikut karena tidak diizinkan keluar rumah. Namun, berbagai cara dilakukan agar kegemaran melukis dengan watercolor tak berhenti.
Kegiatan ini berawal dari salah satu pendiri Kosajo yang mengunggah lukisan menggunakan metode tersebut. Tak disangka, hampir separo anggotanya tertarik dan ingin mencoba.
“Awalnya iseng-iseng posting di grup WhatsApp dari salah satu founder kita. Ternyata banyak yang tertarik," kata Cahya Pancawijaya, salah satu anggota komunitas Kasoja kepada Ngopibareng.id, Jumat, 26 Juni 2020
Akhirnya, mereka memutuskan belajar melukis watercolor selama tiga minggu dengan praktek langsung. Mereka memilih alam atau tempat yang menjadi ikon sebagai objek lukisan.
Soal objek lukisan bebas, tetapi kami lebih menyukai yang bernuansa alam seperti batu di sungai,” katanya.
Kata Cahya, yang menjadi pemateri selama belajar bersama dari anggota Kosajo sendiri. Salah satunya Hanif Azizi, pelukis senior yang mumpuni dalam bidang ini.
Selain itu, untuk lebih mengasah kemampuan, mereka tak sedikit menonton tutorial di Youtube. Di samping itu, alat dan bahan untuk membuat lukisan watercolor mudah dicari. Antara lain pensil atau drawing pen, kertas dan cat khusus watercolor, kuas, waterbrush, dan air.
Dibutuhkan Ketelitian
Dalam proses coloring, Cahya menceritakan diperlukan ketelitian. Lantaran lukisannya berbasis air, warna tidak bisa ditumpuk. Untuk mengakalinya, setiap mewarnai dimulai dari warna terang ke gelap. Selain itu, agar warna tidak ambyar dan sesuai bentuk sketsa dibutuhkan pengontrolan air yang tepat.
Dalam menghasilkan karya lukisan watercolor dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Hal ini tergantung dari detail objek yang dilukis. Mulai dari bentuk, warna hingga gradasi.
Sementara itu, sebelum melukis, biasanya Kosajo memilih spot yang dijadikan sebagai objek lukisan terlebih dahulu. Mereka kemudian menggambar sketsa objek menggunakan pensil atau drawing pen. Lalu memulai pewarnaan.
“Kesulitan melukis watercolor itu warnanya tidak bisa ditumpuk. Jadi, harus warna terang ke gelap. Karena berbasis air, maka harus dikontrol agar warna tidak amburadul dan tidak sesuai sketsa,” katanya.
Untuk teknik yang sering digunakan adalah aquarel dan blocking. Perbedaan terletak pada intensitas air serta warna yang dihasilkan.
Pada metode aquarel, air yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan cat. Saat cat dipadukan dengan air, warna langsung menyebar secara otomatis. Tak heran warnanya lebih tipis.
Sedangkan untuk teknik blocking, komposisi cat lebih banyak dibandingkan airnya. Oleh karena itu warna yang diperoleh lebih tebal. Untuk perbadingan air dan cat tidak bisa diukur secara paten, melainkan melalui sense masing-masing pelukis.
“Teknik kami biasanya kalau nggak aquarel ya blocking. Perbedaannya di jumlah air dan warna yang didapat, ini tergantung rasa masing-masing. Aquarel airnya banyak, sehingga warna tipis. Kalau Blocking catnya yang banyak, makanya warnanya tebal,” ujarnya.
Tetap Produktif Meski Pagebluk
Sebelum pandemi, anggota yang aktif untuk melukis watercolor berjumlah 20 orang. Namun, setelah pandemi ini jumlahnya menyusut menjadi setengah. Hal ini karena banyak dari anggota yang tidak mendapat izin untuk pergi keluar rumah.
Meski demikian, tekad untuk tetap produktif meski dilanda pandemi corona tetap tinggi. Ini sesuai dengan motto Kosajo yang didirikan sejak tahun 2018 yaitu tiada hari tanpa berkarya. Mereka tetap antusias dalam menghasilkan karya.
Sehingga, mereka memutar otak setiap hari dengan melukis objek sekitar. Kemudian, hasilnya wajib diunggah ke grup. Dari hasil karya itu kemudian dievaluasi. Sehingga anggota mengetahui kekurangan karyanya untuk bisa diperbaiki.
“Covid tak menurunkan semangat kami untuk selalu berkarya, meski sekarang yang ikut cuma separoh. Tapi bagi anggota yang di rumah juga siap berkarya dengan melukis objek di depan rumah atau sawah sekitarnya. Hasilnya nanti harus diposting di grup medsos. Dari situ ada yang evaluasi dan apresiasi,” katanya.