Pahami Perbedaan Sepeda Gravel dan Cyclocross
Road bike booming sudah hampir sepuluh tahun terakhir. Tapi sekarang yang sedang ramai adalah road bike jenis baru, sepeda gravel. Trend ini awalnya dari Amerika Serikat. Dengan lombanya yang paling akbar, Dirty Kanza yang diadakan di kota Emporia, Kansas, Amerika Serikat setiap tahun.
Dirty Kanza ini harus menaklukkan rute sejauh 300 km dengan medan gravel. Dan diikuti oleh ribuan peserta dari Amerika Serikat maupun luar negeri.
Gravel bike memiliki kemampuan lebih dibandingkan road bike. Dengan ban yang lebih gemuk membuatnya lebih nyaman dan bisa melewati segala medan tanpa takut ban kempes.
Nah, yang mirip dengan gravel bike adalah cyclocross bike. Secara penampakan, keduanya memang menggunakan frame road bike. Dengan handlebar model dropbar. Ban yang gendut dan bertapak kasar. Jauh lebih besar daripada ban road bike yang biasanya mentok di 30c.
Nah, agar tidak bingung, yuk pelajari perbedaan sepeda gravel dengan cyclocross.
Sebelumnya patut dipahami dulu, bahwa cyclocross itu adalah balap sepeda yang mengharuskan pesertanya menggunakan sepeda dengan handelbar model dropbar.
Medan yang dilalui pendek hanya sekitar 2,5 km – 3,5 km saja tapi full offroad. Termasuk harus melewati lumpur, medan berpasir, halangan, tanjakan yang sangat curam yang tidak mungkin dilewati dengan digowes (harus jalan mendaki sambil bopong sepeda).
Meskipun panjang trek-nya pendek, lomba cyclocross kelas elit biasanya diselesaikan dalam waktu satu jam! Nah, sepeda cyclocross dibikin untuk mengakomodasi lomba ini. Sepeda harus cepat sekaligus bisa dibopong ketika treknya mengharuskan untuk itu.
Sedangkan sepeda gravel tidak mengakomodasi kepentingan balap cyclocross ini. Sepeda gravel didesain sebagai sepeda turing yang digunakan sehari penuh di atas sadel.
Tentunya, turing melewati segala macam medan. Sambil membawa banyak barang bawaan untuk keperluan menginap lebih dari sehari. Kunci utama perbedaan sepeda turing dengan sepeda gravel adalah kemampuan dalam melahap segala medannya. Sepeda gravel dengan ban gendutnya lebih mumpuni.
Jadi gravel bike mengawinkan kemampuan meletakkan tangan di berbagai posisi ala road bike dengan kemampuan menjelajah segala medan ala mountain bike.
Secara detail apa saja perbedaan sepeda gravel dengan cyclocross?
Bentuk frame
Frame sepeda cyclocross harus ringan. Karena pembalap harus membopong sepeda itu. Artinya, frame karbon atau aluminium atau gabungan keduanya sangat normal digunakan untuk cyclocross.
Sedangkan frame sepeda gravel lebih berat. Karena frame ini harus cukup kaku dan kuat untuk membawa barang. Frame cyclocross murni tidak akan ada lubang-lubang ekstra di seatstay dan lainnya untuk spatbor dan rak. Karena sepeda ini murni digunakan untuk balapan.
Berbeda dengan sepeda gravel. Pasti banyak lubang-lubang tambahan untuk tempat rak, spatbor, bottlecage ekstra.
Geometri frame berbeda jauh antara sepeda cyclocross dan gravel. Sepeda cyclocross biasanya memiliki sudut headtube 73 derajat untuk mengakomodasi berbelok lebih lincah dan cepat. Tentu untuk keperluan balapan.
Sedangkan sepeda gravel biasanya akan lebih rebah satu atau dua derajat agar lebih stabil untuk turing. Bahkan beberapa sepeda gravel seperti Fustle Causeway GR1 memiliki headtube 69 derajat. Yang rebahnya mirip dengan headtube mountain bike.
Riding position juga berbeda. Dengan headtube yang rebah lebih jauh dipadu toptube yang lebih pendek, gravel bike memberikan posisi duduk yang lebih rileks.
Sepeda gravel memiliki chainstay yang lebih panjang. Sehingga ada cukup ruang untuk membawa pannier. Panjangnya berkisar di 465 mm. Untuk sepeda cyclocross yang digunakan untuk balapan, panjang chainstay biasanya 425 mm.
Meskipun itu adalah ukuran yang biasanya tersedia di pasaran, Specialized Diverge gravel bike malah memiliki panjang chainstay 415 mm. Tujuannya agar roda belakang mendapatkan traksi lebih saat harus menaklukkan tanjakan tinggi medan offroad.
Specialized mengharapkan cyclist menggunakan tas yang nempel di sadel dan segitiga frame untuk membawa barang-barang. Jadi tidak diharapkan membawa pannier. Pabrikan asal Morgan Hill, California, Amerika Serikat ini juga menyediakan varian Sequoia yang mempunyai chainstay lebih panjang dan ada lubang untuk rak dan spatbor.
Meski begitu, ada beberapa produsen sepeda cyclocross memproduksi sepedanya dengan tambahan lubang-lubang ala sepeda gravel. Contohnya sepeda sepeda cyclocross merek Pinnacle Arkose.
Sepeda ini bisa bertransformasi dengan dipasangi ban lebih gendut dan disebut sebagai adventure bike (nama panggilan lain gravel bike).
Ban
Peraturan yang dibuat oleh badan sepeda dunia, UCI adalah ban sepeda cyclocross tidak boleh lebih dari 33 mm lebarnya. Agar ada ruang di fork dan chainstay untuk lumpur yang nempel di ban pada saat menaklukkan trek.
Berbeda dengan sepda gravel yang biasanya dipasangi ban lebih gendut dari ukuran 33 mm itu. Trek 920 adventure tourer bisa dipasangi ban lebar 2 inchi. Dan sepeda Mason InSearchOf bisa mengakomodasi ban ukuran 60 mm 700C!
Cannondale Topestone bisa dipasangi ban hingga ukuran 37 mm. Kona Rove NRB bisa dipasangi ban hingga 47 mm dan ban sepeda gunung ukuran menengah, 650B.
Akhir-akhir ini memang produsen sepeda gravel berlomba-lomba membuat sepeda yang bisa mengakomodasi ban lebar. Tentu hal ini membuat perbedaan sepeda gravel dan cyclocross makin jauh.
Ban tubeless juga makin banyak diproduksi untuk kedua “cabang” sepeda baru ini. Karena dengan ban tubeless maka bisa dipasang dengan tekanan ban yang rendah. Berfungsi untuk mendapatkan traksi di medan offroad.
Perbandingan gigi
Sepeda cyclocross menggunakan gir depan 46/36 dipadu dengan sproket 11-28. Sedangkan sepeda gravel akan mengorbankan speed atas untuk mendapatkan rasio yang rendah. Biasanya menggunakan chainring 50/34 dipadu dengan sproket 11-32.
Tapi ada juga yang menggunakan chainring 48/32, 46/30 atau 42/28. Shimano keluaran terakhir untuk 105, Ultegra, dan GRX GS derailleurs bisa mengakomodasi 11-34 atau bahkan lebih besar lagi. Jarang sepeda gravel menggunakan tiga chainring di depan. Malah banyak pilihan single chainring di depan (1X atau one by).
Pengereman
Setiap sepeda gravel yang diproduksi saat ini menggunakan disc brake. Selain keunggulan di pengereman saat basah, berlumpur, dan turunan, disc brake juga tidak berpengaruh pada velg yang pinggirannya baret-baret gara-gara menghajar banyak medan bebatuan.
Mayoritas sepeda cyclocross juga menggunakan sistem pengeram disc brake. Meskipun begitu, ada sedikit sepeda ini yang menggunakan rem model cantilever.
Kesimpulan
Murni sepeda cyclocross sangat sempit penggunaanya. Karena model frame yang spesifik dan fitur-fiturnya. Mungkin mereka bagus untuk balapan cyclocross, tapi sepeda itu sangat terbatas dengan penggunaan spatbor dan rak.
Selain itu, sepeda cyclocros juga mempunyai kombinasi gir yang sedikit. Dan tidak bisa mengakomodasi ban gendut. Hal-hal inilah yang membuat sepeda cyclocross tidak bisa allround.
Buat sebagian orang, geometri sepeda cyclocross juga terlalu agresif. Tidak masalah untuk penggunaan sejam atau balapan satu lap. Tapi kurang ideal untuk penggunaan turing jarak jauh sehari atau lebih.
Memang, sepeda gravel mengambil ide dari sepeda cyclocross. Tapi dipasangi ban lebih gendut (bahkan lebih gendut daripada yang digunakan sepeda gunung dan hybrid).
Dengan perbandingan gigi yang sangat lebar. Riding position juga sangat rileks. Sangat cocok digunakan untuk turing segala medan dalam waktu lama.
Setelah Anda memahami perbedaan sepeda gravel dan cyclocross ini. Silahkan putuskan medan seperti apa yang ingin dilewati dan petualangan selama berapa hari. Baru membeli sepeda gravel atau cyclocross.
Advertisement