Pahami Fungsi Agama Lebih Komprehensif, Kata Amin Abdullah
Tokoh Muhammadiyah, Amin Abdullah, mengingatkan, Islam bukan hanya mengurusi persoalan eskatologis atau mengurusi ganjaran dan pahala, surga dan neraka dan seterusnya. Melainkan Islam juga agama yang humble terhadap urusan kemanusiaan.
Mantan Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah (periode 1995-2000) hadir sebagai pemateri pada workshop fikih difabel yang diadakan Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Minggu, 2 Desember 2018, di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Menanggapi minimnya organisasi Islam yang memiliki fokus gerakan terhadap masalah kemanusiaan, khususnya difabel. Amin berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena pemahaman agama yang dimiliki kebanyakan organisasi Islam masih bersifat eskatologi.
“Agama bukan hanya persoalan pahala dan dosa, tapi memahami fungsi agama harus lebih komprehensif,” tuturnya.
"Persoalan religiusitas, pada kehidupan manusia menyangkut segala urusan. Terlebih dalam persoalan keilmuan. Ilmu merupakan hight spirituality. Karena produk dari ilmu yang dimiliki digunakan untuk menolong orang yang lemah. Ini juga sebagai bentuk implementasi dari rahman dan rahim," kata Amin Abdullah.
Termasuk Muhammadiyah dalam beberapa bagian. Sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah baru memikirkan persoalan difabel setelah usianya menginjak 100 tahun. Maka perlu untuk lebih ditekankan lagi pemahaman mengenai pentingnya pendidikan kebudayaan dan kemanusiaan.
“Sebagai organisasi Islam, Muhammadiyah dimasa awal memiliki fokus gerakan pada bidang kemanusiaan setelah KH Ahmad Dahlan memiliki cara memahami Alquran seperti yang berbeda dengan kebanyakaan ulama dahulu,” jelas Amin.
Dengan demikian, pendidikan kebudayaan dan kemanusiaan yang menekankan pada bobot nilai humanistik, sehingga meninggkatkan martabar kemanusiaan. Menjadi penting untuk digalakan lagi dalam ideologi Muhammadiya.
“Dari tidak tersampaikannya pendidikan kemanusiaan, menimbulkan manusia satu dengan manusia lainnya saling membuat sekat yang didasari atas keadaan fisik,” kata Amin Abdullah.
Amin berharap setelah dirumuskannya fikih difabel oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, bukan hanya masyarakat yang tersentuh produk fikih ini, melainkan juga Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) turut mengimplementasikan produk fikih difabel.
Persoalan religiusitas, menurutnya, pada kehidupan manusia menyangkut segala urusan. Terlebih dalam persoalan keilmuan. Ilmu merupakan hight spirituality. Karena produk dari ilmu yang dimiliki digunakan untuk menolong orang yang lemah. Ini juga sebagai bentuk implementasi dari rahman dan rahim.
Ia berharap Muhammadiyah kedepan bisa membentuk lembaga atau bidang yang memiliki kefokusan pelayanan pada kelompok difabel. (adi)