Paguyuban BPJN XVII Manokwari Sosialisasikan Penyakit Tak Menular
Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam berkarya. Tanpa tubuh dan jiwa yang sehat mustahil dapat bekerja dalam ritme yang membutuhkan fokus pemikiran dan fisik seperti di lingkungan Balai Pemeliharaan Jalan Nasional (BPJN) XVII Manokwari.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Hari Bakti Pekerjaan Umum (Harbak PU) ke-73, Paguyuban BPJN XVII Manokwari menggelar acara “Sosialisasi dan Pemeriksaan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular untuk Mewujudkan SDM yang Sehat”.
Ketua Paguyuban BPJN XVII Manokwari Ratna Todingrara dalam pernyataanya, mengatakan jika acara yang digelar Jumat 16 November, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Harbak PU sebelumnya kita selalu menggelar agenda sosial kesehatan sasaran masyarakat umum. Tetapi tahun ini, kita fokus internal untuk menunjang kinerja BPJN XVII Manokwari yang aktivitas Bapak-bapaknya lebih banyak di lapangan,” terang istri Kepala BPJN XVII Manokwari DR Ir Yohanis Tulak Todingrara MT tersebut.
Tiga resiko penyakit tidak menular jadi perhatian utama dalam agenda sosialisasi sekaligus pemeriksaan dini ini. Yakni diabetes, stroke dan jantung. Ini terkait dengan ritme kerja personil di institusi yang baru terpisah dengan BPJN Jayapura setelah ada pemekaran Provinsi Papua Barat.
“Ibu-ibu dalam Paguyuban BPJN XVII Manokwari harus proaktif mendorong dan mendeteksi ketiga penyakit itu yang resikonya cukup tinggi dan bisa dicegah jika terdeteksi sejak dini,” sambung Ratna Todingrara.
Ketua Panitia, Tamy Paimin ST, menjelaskan dalam pemeriksaan dan deteksi dini yang digelar, dari ratusan staf di lingkup BPJN XVII Manokwari, ada sekitar 80-an peserta mengikuti. “Tidak semua ikut bukan berarti enggan. Tetapi di lingkup BPJN XVII Manokwari memang banyak yang punya agenda dinas luar atau ke lapangan. Waktunya bisa sampai berhari-hari. Karena itu, siapapun yang masih ada di balai kami ikutkan dalam acara ini,” terang wanita berjilbab istri dari pejabat PPK.1.01 Satuan Kerja PJN Wilayah 1 Manokwari, Paimin ST tersebut.
Dalam kesempatan sosialisasi ini, Tamy memberi trik mudah untuk peduli akan kesehatan pribadi atau anggota keluarga lainnya agar segera terdeteksi resiko tiga penyakit tidak menular itu. Yakni dengan mengukur lingkar perut.
Idealnya, lingkar perut untuk pria tak lebih dari 90 cm, sementara untuk wanita kurang dari 80 cm. Namun itu juga tergantung pada tinggi badan masing-masing. “Dengan adanya momen Harbak PU ini, paguyuban berharap resiko penyakit itu bisa dideteksi sejak dini agar tidak berakibat fatal bagi keluarga kita,” tutupnya.
Puncak peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum (Harbak PU) jatuh pada setiap tanggal 3 Desember. Momen ini merupakan peristiwa sejarah perjuangan tujuh pegawai Departemen Pekerjaan Umum yang mengorbankan nyawanya demi mempertahankan Gedung Sate di Bandung kala itu.
Mereka gugur ketika tentara sekutu Belanda menyerang dan hendak mengambil alih gedung yang pada waktu itu merupakan kantor Departemen PU. Perlawanan mereka membuat Gedung Sate bisa dipertahankan. Momen ini yang akhirnya diperingati setiap tahun sebagai Hari Bakti PU. (gem)