Gelar Ludruk 'Cak Durasim Sang Pahlawan', Ini Apresiasinya
Warga Surabaya tentu tidak asing lagi dengan nama Cak Durasim. Selain namanya diabadikan menjadi taman budaya Jawa Timur, cerita tentang perjuangannya melawan Nippon menjadi salah satu cerita kebanggan rakyat Suroboyo.
Kebangaan inilah menginspirasi hadirnya pementasan ludruk 'Cak Durasim Sang Pahlawan' karya Meimura.
Pementasan ini juga digelar dalam rangka merayakan hari ulang tahun BK3S, digelar besok, Kamis, 29 Agustus 2019 di Gedung Tribuana Tungga Dewi BK3S Jawa Timur.
Ketua pelaksana pagelaran ludruk, Bagus Priambodo mengatakan, sinergi ini menjadi momentum akan titik kebangkitan Yayasan Seni Surabaya pasca sepeninggal ketuanya Wiek Herwiyanto.
"Setelah enam tahun vakum, YYS kembali lahir. Kami bersepakat untuk bersinergi dan bergotong-royong menggelar pagelaran ludruk dan kebudayaan Indonesia," kata Bagus Priambodo, dalam konferinsi pers di gedung Tribuana Tungga Dewi BK3S Jawa Timur.
Sementara itu, Meimura, sutradara pementasan ludruk menuturkan, dipilihnya lakon Cak Durasim dalam pagelaran ludruk kali ini bukan tanpa alasan.
Meimura menjelaskan, sisi positif dari heroiknya Cak Durasim dalam menyikapi kehadiran tentara Day Nippon di Surabaya. Menjadi hal yang ingin ia sampaikan pada generasi muda.
"Bekupon omahe doro, melok Nippon tambah soro. Melalui kidung tersebut, ternyata mampu membangkitkan gairah semangat arek-arek Suroboyo untuk tidak terlena rayuan Nippon," ucap Meimura, kepada awak media.
Maknanya, lanjut Meimura, ditengah kemajuan zaman seperti ini, generasi muda khususnya di Surabaya, tidak terbawa arus pengaruh budaya barat yang masuk dan merupakan dari arus globalisasi.
Disisi lain, ketua BK3S (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial), Pinky Saptandari mengatakan, pagelaran ludruk ini adalah ide yang baru BK3S untuk bersinergi dalam melestarikan kesenian Jawa Timur, khususnya, ludruk.
"Ini adalah ide yang out of the box dari BK3S dibandingkan perayaan ulang tahun sebelumnya. Semoga pementasan ini dapat meningkatkan rasa cinta terhadap seni ludruk," jelas Pinky.
Pinky juga berharap, dengan digelarnya pagelaran ini dapat menjadi jembatan bertemunya pemilik modal dan pekerja seni untuk bersinergi melestarikan ludruk.
"Siapa tau nanti bisa bertemu orang yang baik hati yang mau memfasilitasi ludruk Irama Budaya. Yang kita tau sudah tidak menepati gedung kesenian Taman Hiburan Rakyat Surabaya," tambahnya.
Pertunjukan berdurasi 90 menit ini. Melibatkan 50 personil, 25 di antaranya adalah pemain. Pemain yang paling muda duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar, sementara yang paling senior berusia 72 tahun.
Salah pemain, Apradita Alfa Excellence yanh masih duduk di bangku kelas 6 SD mengungkapkan, dirinya dalam pentas ini, akan tampil membaca geguritan sebagai pembuka. Selain itu, dalam naskah, ia juga berperan sebagai anak yang mencari Cak Durasim.
Excel sapaan akrabnya mengatakan, dirinya tidak gugup sama sekali untuk pementasan besok. "Tidak gugup karena, sudah biasa pentas di hadapan orang banyak," tutur anak perempuan berusia 10 tahun ini.