Pada Mereka yang Menolak Islam, Begini Sikap Rasulullah
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Sabda Rasulullah dalam sebuah hadits.
Muhammad diangkat menjadi nabi dan utusan Allah (Rasulullah) yang terakhir. Sama seperti dengan nabi dan rasul sebelum-sebelumnya, tugas Muhammad adalah mengajak umat manusia agar menyembah Allah semata melalui ajaran agama Islam. Agama penyempurna atas agama-agama nabi dan rasul sebelumnya.
“Rasulullah adalah orang yang gigih dan ulet dalam mendakwahkan ajaran agama Islam. Mula-mula, Rasulullah menyebarkan Islam dengan cara sembunyi-sembunyi. Tapi setelah umat Islam semakin banyak dan kuat, ia menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat Arab dengan cara terang-terangan,” tutur Ustadz A Muchlishon Rochmat.
Untuk memperjelas masalah mereka yang menolak Islam, berikut penjelasan lengkap Ustadz A Muchlishon Rochmat:
Rasulullah terus mendakwahkan kebenaran Islam kepada siapapun. Tidak pandang bulu apakah dia seorang yang kaya, miskin, muda, tua, suku ini, suku itu, rakyat biasa, elit atau tokoh masyarakat, semuanya diseru untuk memeluk Islam. Agama keselamatan.
"Rasulullah berada di Thaif selama 10 hari. Selama itu pula Rasulullah menemui elit atau tokoh masyarakat Thaif, mengajaknya diskusi, dan menyerunya masuk Islam. Tapi apa hasil, mereka menyerukan masyarakat Thaif untuk mengusir Rasulullah. Tidak sampai di situ, mereka juga mencaci maki dan melempari batu Rasulullah hingga terumpahnya basah oleh darah."
Rasulullah sadar, tugasnya adalah hanya menyampaikan kebenaran Islam. Bukan menjadikan seseorang masuk Islam. Apakah orang tersebut memeluk Islam atau tidak itu bukan urusan Rasulullah lagi. Mengapa? Karena hidayah adalah urusan Allah semata.
Ada yang langsung menerima ajaran Islam. Ada pula yang menolak mentah-mentah ajaran Islam yang didakwahkan Rasulullah. Lalu bagaimana sikap Rasulullah terhadap mereka yang menolak ajaran Islam?
Salah satu yang menolak Islam terang-terangan adalah masyarakat Thaif. Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Rasulullah berada di Thaif selama 10 hari. Selama itu pula Rasulullah menemui elit atau tokoh masyarakat Thaif, mengajaknya diskusi, dan menyerunya masuk Islam. Tapi apa hasil, mereka menyerukan masyarakat Thaif untuk mengusir Rasulullah. Tidak sampai di situ, mereka juga mencaci maki dan melempari batu Rasulullah hingga terumpahnya basah oleh darah.
Sikap Rasulullah terhadap masyarakat Thaif yang memusuhi dan menolaknya begitu bijak. Ia tidak sakit hati atau dendam. Bahkan Rasulullah mendoakan masyarakat Thaif agar diberi petunjuk dan tidak mendapatkan azab dari Allah, sebagaimana umat-umat terdahulu yang langsung diazab manakala mereka menolak nabi atau utusan Allah.
“Ya Allah berikanlah petunjuk kepada umatku (masyarakat Thaif) dan janganlah Engkau mengazab mereka, sebab mereka berbuat seperti itu karena tidak mengetahui,” doa Rasulullah.
Hal yang sama juga ditunjukkan Rasulullah manakala mendapat aduan dari sahabatnya, Thufail bin Amr al-Dausi, tentang penolakan dakwah Islam. Dikutip dari buku Love, Peace, and Respect: 30 Teladan Nabi dalam Pergaulan, Thufail bin Amr al-Dausi menemui Rasulullah di Makkah untuk mengadukan dakwahnya yang ditolak dan dihina di Daus.
Lagi-lagi Rasulullah mendoakan mereka yang menolak dakwahnya. Rasulullah berdoa kepada Allah agar penduduk Daus mendapatkan petunjuk dari Allah dan datang ke Makkah dengan memeluk Islam. Rasulullah juga memberikan nasihat kepada Thufail bin Amr al-Dausi agar berdakwah dengan cara yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan cara-cara kekerasan.
Itulah sikap Rasulullah terhadap mereka yang menolak Islam. Mendoakan mereka yang menolak setelah memberikan pemahaman tentang kebenaran ajaran Islam, bukannya memaksa apalagi dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Ditambah, Rasulullah juga berpesan agar dakwah itu harus dengan cara yang baik, lemah lembut, dan penuh kasih sayang. (adi)
Advertisement