Pabrik-Pabrik Gula di Eropa Dipaksa Tutup, Ada Apa?
Problem soal gula rupanya tidak hanya di Indonesia. Di Eropa pun rupanya sama. Hanya bedanya, ini lebih ke persoalan pabrik. Sementara di Indonesia persoalan utama ada di tingkat petani.
Pabrik-pabrik gula di Eropa diperkirakan akan tutup karena perusahaan dipaksa untuk memangkas biaya. Ini terjadi setelah penurunan harga komoditas gula di pasar Eropa.
Ketua Eksekutif Perusahana Gula Prancis Cristal Union Alain Commissaire mengatakan, lonjakan produksi gula di Eropa terjadi usai UE menghapus kuota produksi pada 2017 mendorong jatuhnya harga. Alhasil hal itu memukul industri gula di Benua Biru.
Perusahaan yang berasal dari koperasi merupakan produsen gula terbesar keempat UE.
Pada April lalu, mereka mengumumkan, akan menutup dua pabrik di Prancis pada tahun depan, karena ekspektasi kelebihan pasokan gula global terus menekan harga.
Pada Februari lalu, Suedzucker, perusahaan gula terbesar di Uni Eropa, mengatakan, akan menutup dua pabrik mereka di Saint Louis Sucre, Prancis. Sementara, Nordzucker akan menutup pabriknya di Swedia sebulan kemudian.
Prancis menutup dua pabrik gula terbesarnua. Ekspektasi kelebihan pasokan gula global terus menekan harga
Sebaliknya, prousen gula terbesar Prancis, Tereos, telah berulangkali mengatakan, tidak memiliki rencana penutupan pabrik.
Berdasarkan data Bloomberg, harga gula di Intercontinental Exchange (ICE) telah menguat 2,46% atau 0,30 poin ke level US$12,51 per pon, Jumat 7 Juni 2019, waktu setempat. Namun, level tersebut telah terjun dari level tertinggginya dalam 5 tahun terakhir, yaitu US$23,42 per pon. (*)