Ormas Islam Kekurangan Ulama? Ini Warning NU Jatim
Wakil Rais PWNU Jawa Timur KH Ali Maschan Moesa mengatakan, tantangan lembaga-lembaga yang ada di Nahdlatul Ulama saat ini adalah mencetak para ulama. Bukan sekadar membesarkan wadah atau lembaganya. Sebab, NU bisa sebesar ini karena jasa para ulama terdahulu.
"Percuma kalau punya profesor, doktor, tapi tidak ada lagi yang membaca kitab kuning. Setiap lembaga di NU harus mencetak ulama-ulama baru," kata KH Ali Maschan Moesa, Jumat 13 September 2019.
Penegasan disampaikan Kiai Ali Maschan saat memberikan sambutan pada pembukaan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU), di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan.
Pria yang juga Rektor Universitas Kadiri itu khawatir apabila jumlah ulama di tubuh NU semakin berkurang. Dirinya mencontohkan, ada organisasi Islam yang sudah mulai kekurangan ulama. Akibatnya, jumlah pengikut organisasi tersebut terus menyusut.
"Dari sebuah survei menyebut jumlah warga NU itu 60 persen dari seluruh umat Islam di Indonesia. Itu aset yang harus dijaga," kata guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.
Kegiatan diikuti peserta sebanyak 178 orang berbaur dengan ribuan santri Ponpes Sunan Drajat. Termasuk tidur di asrama layaknya para santri. Tentu ini membuat peserta teringat masa-masa mondok di pesantren dulu.
Hadir dalam acara pembukaan, pengasuh Ponpes Sunan Drajat KH Abdul Ghofur, Wakil Ketua PP ISNU M Qoderi, Sekjen PP ISNU M Kholid Syierazi, dan pimpinan PCNU serta lembaga NU di Lamongan.
Sebelumnya, Pengasuh Pesantren Sunan Drajat, KH Abdul Ghofur juga menyampaikan sambutan selamat datang kepada para peserta MKNU.
Kiai Ghofur, sapaan akrabnya menyampaikan bahwa Pesantren Sunan Drajat merupakan satu-satunya pondok pesantren peninggalan Wali Songo yang masih ada.
"Saya menyambut baik apabila kegiatan-kegiatan NU diadakan di sini," katanya.
Kepada para peserta MKNU, Abdul Ghofur menceritakan banyak kemudahan saat dirinya mengembangkan pesantren. Saat ini terdapat sekolah yang ada di pondok pesantren sangat lengkap.
Dari sekolah umum hingga kejuruan. Yang SMK juga jurusannya lengkap. Termasuk ada sejumlah pabrik yang didirikan untuk mengembangkan santri dan menunjang perekonomian pesantren.
Ketua PW ISNU Jatim M Mas'ud Said menyampaikan terima kasih kepada KH Abdul Ghofur yang telah menyediakan fasilitas bagi pelaksanaan MKNU.
"Ini merupakan MKNU pertama yang diadakan ISNU Jatim untuk pengurus PW dan PC," kata Mas'ud.
Selanjutnya, kata Mas'ud, PW ISNU akan mengadakan MKNU untuk kalangan NU di kampus dan birokrasi. Para dosen maupun guru besar yang berlatar belakang NU akan mengikuti pengkaderan tersebut.
"Begitu juga bupati-bupati daru NU juga wajib ikut MKNU," kata Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) itu.
Sementara itu, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar mengingatkan, pentingnya kader NU dalam segala tingkatan melakukan penguatan lahir dan batin. Hal itu dalam rangka menghadapi tantangan yang tidak ringan bagi NU di masa mendatang.
Kiai Marzuki mengungkapkan hal itu, di hadapan 178 kader NU yang mengikuti Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU). Kegiatan diselenggarakan Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur dan dipusatkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan.
Dalam pengarahannya, Kiai Marzuki Mustamar juga membaiat secara langsung mereka, Sabtu 14 September. Baiat merupakan sumpah setia kader NU untuk mengabdi dan berjuang menegakkan Islam ala Ahlussunnah Waljamaah di bumi Nusantara.
MKNU PW ISNU Jatim berlangsung Jumat hingga Minggu 15 September 2019. Selain seluruh peserta dibaiat, juga akan mendapat sertifikat dari PBNU.
Advertisement