Ormas Agama Surabaya Tanggapi Ramainya Tunjungan Fashion Week
Sejumlah organisasi masyarakat (ormas) berlatarbelakang agama memberikan tanggapan terkait booming-nya fenomena Tunjungan Fashion Week di Surabaya. Salah satunya, Ketua GP Anshor Surabaya, M Faridz Afif. Menurut dia, pihaknya tidak mempermasalahkan pengadaan fashion show. Namun dengan tetap mengenakan pakaian sesuai dengan norma.
"Seharusnya pelaku fashion itu tetap memegang teguh normal-normal kehidupan. Etika bermasyarakat, yang pantas dan sewajarnya,” kata Gus Afif, sapaannya, pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Norma yang dimaksud, kata Gus Afif, yakni dengan memakai pakaian seusai dengan masing-masing jenis kelamin. Di mana perempuan dan pria tetap berbusana sesuai kodratnya.
"Jangan yang aneh-aneh, yang normal-normal saja, yang perempuan pakai baju perempuan, laki-laki pakai baju laki-laki. Jangan menarik perhatian menggunakan cara yang tidak bermoral," jelasnya.
Gus Afif pun meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengontrol cara berpakaian di Tunjungan Fashion Week. Agar nantinya tidak mempengaruhi para pemuda lainya.
“Pemkot Surabaya harus mengontrol dan mengawasi perempuan sewajarnya memakai pakaian wanita, kalau laki-laki berpakaian perempuan, itu harus ditindak, karena itu merusak moral, dan merusak anak muda," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM), Achmad Rosyidi mengatakan hal senada. Ia menyebut gaya berpakaian di Tunjungan Fashion Week meresahkan warga.
“Khusus di Surabaya kita lihat ada fenomena dibilang tulang lunak banyak yang nyempil di situ (Tunjungan Fashion Week). Hal ini membuat resah masyarakat Surabaya," kata Rosyidi.
Menurut Rosyidi, dalam agama tidak mempermasalahkan menampilkan karya di depan publik. Namun dengan tetap menjaga penampilan selayaknya jenis kelamin masing-masing.
"Kalau dilihat dari sisi agama kan gak apa kita menampilkan karya. Tapi kalau kita melihat banyak anak muda yang menyerupai perempuan, tapi dia laki-laki, itu kan tidak boleh dalam agama,” jelasnya.
Di sisi lain, Ketua Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Jatim, Arnold Panjaitan mengatakan dalam dunia seni tidak ada batasan. Sebab, terkadang karya seseorang di luar cara berpikir orang awam.
Dengan demikian, mata Arnold, tugas Pemkot Surabaya adalah dengan mengkoordinasikan para pelaku fashion ke arah yang positif. Hal itu merupakan bentuk kepedulian pemerintah kepada warganya.
"Surabaya kan punya Dewan Kesenian, seberapa jauh pemerintah peduli dan memelihara seniman-seniman, itu kan yang jadi pertanyaan,” kata Arnold.
“Artinya, ketika hari ini masyarakat punya inisiatif mengeluarkan kreativitas mereka, tugas pemerintah ini bagaimana mengakomodir kreativitas ini menjadi sesuatu yang positif," tutupnya.