Orbituari Munir di Museum Omah Munir
Hari ini, 7 September, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib berpulang. Ia diduga tewas karena diracun ketika dalam perjalanan menuju Belanda pada 2004 silam.
Namun sesungguhnya Munir tak pernah benar-benar mati. Memorabilia milik almarhum mulai foto-foto, sepatu, pakaian, bahkan skripsi, terarsip rapi di musem Omah Munir.
Omah Munir terletak di Jalan Bukit Berbunga nomor 2 Kota Batu, Jawa Timur, dan diresmikan pada 2013. Museum itu sebenarnya adalah rumah yang selama ini ditempati mendiang Munir berserta istrinya, Suciwati.
"Melihat barang-barang milik Munir saya seperti ada kedekatan emosional. Apalagi hari ini diperingati sebagai September gelap," ungkap salah satu pengunjung Omah Munir, Neny Agustina.
Baginya, Munir akan terus melekat dalam ingatannya meskipun pejuang HAM tersebut telah tiada sejak 15 tahun silam.
Selama itu pula otak pembunuhan Munir tidak pernah terungkap.
"Munir juga orang biasa dia membutuhkan keadilan," tutur Neny.
Cerminan kesederhanaan Munir terlihat dari eks tempat tinggalnya tersebut. Terdapat 3 buah ruangan, halaman yang tak terlalu luas dan bagasi untuk kendaraan.
Selain itu, ada juga sepasang sepatu usang milik mendiang. Menurut keterangan dari museum, sepatu inilah yang kerap dipakai oleh Munir menemaninya kemanapun.
Melalui musem tersebut, Neny menuturkan ia dapat mengenal sosok Munir secara lebih personal.
"Sosok Munir adalah orang yang sederhana dan saya juga baru tahu bahwa dia adalah berasal dari Kota Batu," ujarnya.
Pengunjung museum Omah Munir yang lain, yakni Zainal Abidin, mengaku dengan mengunjungi musem tersebut membuatnya lebih mengenal sosok Munir sendiri.
"Generasi muda harus meneladani Munir. Apalagi dia adalah asli Batu. Orang dari desa tapi bisa mencapai seperti itu," ujar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Dilansir berdasarkan website resmi Omah Munir, museum tersebut didirikan untuk menebarkan semangat-semangat Munir kepada publik lainnya.
Ada kutipan menarik yang terpampang di dalam museum tersebut. Itu merupakan harapan dari Munir sendiri.
"Apabila negeri ini semakin demokratis, saya mungkin akan berhenti menjadi lawyer. Saya mungkin akan berdagang di Batu," ucap Munir dalam kutipan tersebut.
Menurut pantauan ngopibareng.id, semenjak Sabtu siang, sekitar pukul 14.30 WIB, terlihat puluhan mahasiswa maupun masyarakat mengunjungi Omah Munir.
Advertisement