Orbitkan Umat Islam, Wasilah Kerja Bareng NU-Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah terus melakukan aktivitas yang menyentuh semua kalangan, termasuk NU. Hal itu dimaksudknuntuk membangun sinegri kelembagaan dan menyamakan visi untuk masyarakat.
"Jalinan ukhuwah antara keluarganya terbangun. Bahkan sebelum adanya negara Indonesia. Jadi, tidak boleh ada alasan pecah-belah. Peran keduanya tidak bisa dinafikkan dalam konteks ke-Indonesiaan, ke-Islaman dan kerja kemanusiaan universal. Meskipun memiliki perbedaan, namun persamaan diantara keduanya tidak kalah besar," kata Ketua PDM Kabupaten Cirebon, Ahmad Dahlan.
“Saya menyampaikan bahwa Muhammadiyah punya banyak amal usaha, ketika dihubungkan dengan bagaimana kontribusi terhadap masyarakat dalam hal, sebut saja keagamaan, lebih tidak kuat ketimbang NU. Sehingga kita titipkan kepada NU untuk tetap berperan seoptimal mungkin pada tataran masyarakat, terutama tentang keagamaan dan kebutuhan masyarakat lainnya yang bisa dikerjakan kita sebagai Ormas Islam,” urai Dahlan, dalam keterangan Minggu, 12 Juli 2020.
Ia mengungkapkan hal itu, terkait usaha rintisan jalan untuk mendekatkan Muhammadiyah dengan semua kalangan. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pengurus Cabang Nahdlatul ‘Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon gelar pertemuan di kantor PCNU Cirebon pada 9 Juli lalu.
Ahmad Dahlan menyebut pertemuan adalah agenda rutin dua orgaanisasi masyrakat Islam ini. Pasalnya, selain menjalin ukhuwah dengan NU, PDM Kabupaten Cirebon juga menjalin ukhuwah dengan ormas lain. “Tanpa momentum apapun menjengaja silaturahim sesuai dengan agenda,” katanya
Ahmad Dahlan juga menyebut agenda silaturahim ini sebagai wasilah kerjasama dan menyamakan misi keumatan dan kebangsaan. Sebagai dua sayap organisasi Islam di Indonesia, Muhammadiyah dan NU bertugas untuk memperbaiki dan mengorbitkan umat Islam Indonesia menuju kejayaan.
Dalam ideologi, menurut Dahlan, Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak ekslusif, artinya boleh menjalin kerjasama dan sinergi dengan semua pihak dan kalangan.
Selain itu, eksistensi Muhammadiyah dalam menjaga dan merawat keumatan dan kebangsaan juga representasi dari melimpahnya jumlah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Pertemuan yang dilakukan tersebut secara tidak langsung juga terjadi dalam rangka pembagian tugas. Lahan garap untuk membantu umat dan bangsa, Muhammadiyah dan NU saling mengisi slot yang belum tergarap. Sehingga dibutuhkan sinkronisasi antar keduanya.
“Muhammadiyah lebih memihak aspek yang sifatnya proporsional profesional. Tentunya kita juga memberi kesepakatan bersama jika hal-hal yang sifatnya dinamis ini harus berada dalam hal yang tidak kondusif, maka aspek kekeluargaan lebih dikedepankan.
"Dalam arti bahwa Muhammadiyah memperbanyak pintu yang muatannya adalah problem solving. Tidak menjadikan ini sebagai gep antara NU dan Muhammadiyah,” kata Dahlan.
Senada dengan itu, Ketua PCNU Kabupaten Cirebon, Azis Hakim Syaerozie mengatakan, pertemuan yang dilakukan di tempatnya sebagai upayta menyamakan visi sebagai ormas Islam yang menginginkan kebaikan dan perbaikan untuk umat dan bangsa.
Terlebih kepada Muhammadiyah, menurut Azis Hakim, Muhammadiyah memiliki stuktur kepungurusan sampai bawah. Ia menegaskan, pertemuan dua ormas Islam ini tidak ada bumbu dan intrik politik yang memaksa mereka untuk bertemu.
“Karena tugas ormas itu membangun umat, maka kita membangun kesamaan visi bagaimana agar Cirebon ini, siapapun baik Muhammadiyah maupun NU, kita bangun bersama-sama. Sehingga Cirebon menjadi kabupaten yang masyarakatnya berkualitas,” tuturnya.