Orang Tua Rajin Berdebat, Anak pun Bingung
Mengasuh anak sering kali melibatkan lebih dari satu kepala orang dewasa, yang berbeda pandangan dan cara. Lantas, apakah perbedaan pandangan dan cara ini berdampak pada anak? Berikut pandangan pengasuh rubrik Konsultasi Psikologi di Ngopibareng.id, Dian Dwi Puspita A, S.Psi, MA, yang diberikan pada pertanyaan pembaca. Pengasuh bisa dihubungi lewat surat elektronik di diananggraini48@yahoo.co.id.
Pertanyaan :
Saya wanita bekerja, dan memiliki dua anak yang masih balita. Saya ingin menanyakan terkait keadaan keluarga Bu. Bagaimana keadaan keluarga, jika pasangan suami istri berbeda pola pengasuhan? Seringnya terjadi perdebatan terkait perlakuan pada anak di depan anak-anak. Bagaimana dampaknya bagi anak-anak? Terima kasih
Rini, seorang karyawan, Sidoarjo
Jawaban
Terima kasih Bu Rini atas pertanyaannya.vMemang adanya pola pengasuhan yang berbeda-beda di dalam keluarga pada anak akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak-anak, terutama ketika anak-anak kita berusia balita. Anak-anak ini adalah sebagai pengamat, dan peniru dari apa yang kita lakukan.
Perbedaan pola pengasuhan akan membuat anak menjadi bingung, dan tidak konsisten. Hal ini karena pola asuh dalam keluarga yang juga tidak konsisten atau berbeda-beda satu dengan lainnya.
Misalkan ayah melarang dan ibu membolehkan, atau orangtua melarang, namun anggota keluarga lainnya seperti nenek membolehkan. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan perilaku anak menjadi bingung, karena ketidakkonsistenan kita dalam menerapkan suatu kebiasaan/perilaku.
Hal ini menimbulkan ketidakpercayaan anak pada orang dewasa di sekitarnya terutama kedua orangtuanya, hilangnya harga diri orang tua di depan anak, anak akan sulit diarahkan, suka marah, tantrum, kurangnya rasa percaya diri pada anak, minder, kurangnya rasa harga diri anak, trauma dan sikap berani melawan pada orang tua. Kondisi seperti ini dapat berdampak pada perkembangan psikologis anak-anak. Jika berkepanjangan maka dapat berdampak patologis juga, seperti anak mengalami stress, kecemasan, menarik diri, depresi, dan perilaku kenakalan pada anak. Untuk mencegah terjadinya kondisi tersebut, dan situasi tidak berkepanjangan maka orangtua sebaiknya:
1. Duduk bersama dengan pasangan. Bicarakan masalah terkait penentuan pola pengasuhan yang mau diterapkan pada anak, buat kesepakatan bersama. Jika salah satu pasangan cenderung sulit berkompromi, maka salah satu pasangan tetap tenang, mencoba memahami karakter pasangan apalagi disaat bertindak di depan anak-anak. Tahan diri dan emosi untuk tidak mencampuri ketika salah satu pasangan memegang kendali pada anak-anak agar keadaan tidak makin buruk dan terjadi keributan di depan anak.
2. Jika terjadi keributan, maka salah satu pasangan harus diam, dan mencari tempat secara terpisah untuk menenangkan diri dan coolling down.
3. Ketika situasi/keributan sudah mereda. Dekati anak-anak, pahamkan terkait masalah yang terjadi. Tetap mengajak anak berpikir positif terhadap sikap dari pasangan kita. Bagaimanapun keadaan dan adanya ketidaksesuaian kita terhadap sikap pasangan dalam menyikapi atau menerapkan pola pengasuhan pada anak-anak, kita tetap menjaga dan mengusahakan di depan anak-anak tidak demikian adanya, sehingga anak-anak tetap patuh dan menilai keadaan kita baik-baik saja.
4. Ketika moment bersama anak-anak, lakukan interaksi dan komunikasi yang hangat pada anak-anak, pahami apa yang dirasakan anak-anak. Nah disitulah kita mengambil peran untuk memberikan support dan pandangan positif terkait perilaku baik yang dilakukan dalam menyikapi kondisi apapun.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan mental anak. Dengan anak bercerita dan meluapkan segala perasaan dan pikiran, maka mereka merasa kita memahami dan memberikan perlindungan serta ketenangan, sehingga merasa tidak dilepas atau sendiri. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya permasalahan terkait perkembangan psikologis anak.
5. Untuk mengurangi dampak langsung pada anak-anak, usahakan jika terjadi keributan atau pertengkaran tidak di depan anak-anak. Jika situasi ini sulit dihindari maka upayakan salah satu pasangan dapat menahan diri untuk diam, agar situasi tidak semakin buruk.
6. Datang ke konselor perkawinan, untuk menyelesaikan konflik antar pasangan terkait perbedaan pola pengasuhan dan pola komunikasi yang kurang baik dengan pasangan.
Demikian penjelasan saya, semoga bermanfaat. Salam semangat.