Orang Muhammadiyah Enggan Berzikir? Ini Jawabannya
Gerakan zikir atau Dzikrul Al Jawarih yang dilakukan Muhammadiyah mewujud dalam bentuk bantuan dan gotong royong yang dilakukan warga persyaraikatan untuk membantu meringankan kesusahan orang lain.
Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Syamsul Hidayat menjelaskan, zikir atau menginggat Allah bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu menginggat Allah dengan hati (dzikrul qalbi), lisan/ucapan (dzikrul lisan), dan tindakan (dzikrul al jawarih).
Muhammadiyah dalam mengkontekstualisakan dizikir di masa bencana yang terjadi di Indonesia sekarang ini, diwujudkan dalam bentuk bantuan kepada orang yang tertimpa musibah.
“Sekarang ini banyak musibah terjadi, kita mengerakkan tangan dan kaki mengumpulkan bantuan, infak dan shadakah untuk membantu saudara kita yang memerlukan bantuan, itu juga bagian dari dzikrul bil jawarih,” ungkap syamsul Hidayat.
Karena itu, ia meminta kepada Pemuda Muhammadiyah dan semua elemen persyarikatan dalam melakukan kegiatan kemanusiaan harus didasari niat murni karena Allah SWT. Hal ini harus dipatri kuat-kuat pada hati setiap warga persyarikatan dalam penanganan bencana.
Pada setiap dimensi ruang dan waktu, Syamsul berpesan kepada warga persyarikatan untuk senantiasa berpegang teguh kalian semua kepada Tali Allah (wa’tasimu bihablillah jami’an).Dalam Terjemah Tafsir Al Muyassar, Tali Allah bisa dimaknai sebagai Kitab Allah dan Sunnah Rasul atau Petunjuk Rasul.
Dalam Al-Quran Surat Ali Imran 103 tersebut memiliki sambungan wala tafarraqu’ yang artinya jangan bercerai berai/berpecah belah. Syamsul Hidayat menjelaskan bahwa, pecah belah di sini bermaksud larangan supata tidak berbuat suatu tindakan, baik hati, lisan dan tindakan yang mengarahkan kepada cerai berai/pecah belah.
Lebih jauh ia menjelaskan, dahulu sebelum Islam datang dibawa oleh Nabi Muhamamd SAW, orang-orang yang hidup di Jazirah Arab bercerai berai, dan saling bermusuhan. Kemudian Islam datang menyatukan mereka menjadi saudara.
Persaudaraan yang dimaksud dalam Ali Imran 103 tersebut adalah hubungan saudara yang dibangun atas dasar keimanan dan akidah yang sama bahkan melebihi kedekatan saudara kandung.
“Maka di ayat yang ke 104 ini, dan ini diamalkan oleh Kiai Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah yang sampai sekarang sudah berusia 108 tahun lebih,” imbuh Syamsul
Ikatan yang dilandasi oleh iman dan akidah sesuai dengan perintah Allah, menjadikan persaudaraan yang dibangun oleh Muhammadiyah langgeng sampai berusia lebih dari satu abad, baik dalam hitungan masehi maupun hijriah.
Demikian pesan Syamsul Hidayat dalam pengajian belum lama ini, yang diadakan Pemuda Muhammadiyah Kudus.