Orang Lain Lebih Mulia, Perempuan Muda dan Perempuan Lansia
Pada masa-masa ketika orang mudah tersinggung, mudah marah, karena informasi di media sosial, ternyata ada hal-hal yang bisa direnungkan bersama. Ada kesan humor, tapi kehidupan bisa dimaknai dari hal-hal yang sepele.
Humor tak selalu harus ketawa, tapi tersenyum dan hal-hal yang menjadikan kita bahagia dengan senyum.
Seperti dua fragmen berikut, semoga menjadi renungan dari kisah humor sufi.
Orang Lain Lebih Mulia
"Ta'dhim itu belum sirna, tak akan pernah sirna". Demikian sikap dan sikap perilaku yang bisa diteladani di zaman kini.
Diceritakan, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Radhiyallahu anh (Ra). Bila melihat orang yg lebih tua, beliau mengatakan (dalam hati) "Orang ini lebih mulia dariku, dia lebih tua dan lebih banyak ibadahnya."
Bila melihat yang orang lebih muda, beliau mengatakan (dalam hati) "Orang ini lebih mulia dariku, dia lebih muda dan sedikit pula dosanya."
Bila melihat orang alim, beliau mengatakan (dalam hati) "Orang ini lebih mulia dariku, Allah SWT memberikan suatu kebaikan, sementara aku belum di berinya, berarti Allah SWT lebih mencintainya dari pada kepadaku."
Bila melihat orang bodoh, beliau berkata (dalam hati) "Orang ini lebih mulia dariku, aku memiliki ilmu, dan karena ilmu ini aku akan di mintai pertangungjawaban, sementara orang bodoh ini tidak dimintai pertanggungjawaban karena ilmunya."
Bila melihat orang kafir, beliau berkata (dalam hati), "Orang ini lebih mulia dari pada diriku, mungkin suatu saat dia akan di beri hidayah oleh Allah lalu bertaubat. Sementara aku, apakah aku bisa mempertahankan imanku ini sampai aku meninggal? Berarti orang ini lebih mulia dari pada diriku."
Wallahu 'alam. Mahabbah Rasulullah SAW.
Hal-hal Sepele, Perempuan Muda dan Perempuan Tua
Seorang perempuan muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang perempuan tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping perempuan muda itu.
Tas-tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi. Membuat perempuan muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas-tas berat dan jendela bis.
Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal. Lalu bertanya kepada permepuan muda itu: "Kenapa kamu tidak bicara saja. Katakan pada perempuan tua itu bahwa kamu jadi terganggu..."
Perempuan muda itu menjawab sambil tersenyum: "Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini. Perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di pemberhentian bis berikutnya di depan nanti."
Ada renungan Nyai Hj Juwariyah Fawaid, dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo:
Jawaban perempuan muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas. "Kita tdk perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele. Perjalanan kita bersama amat singkat."
Bila kita tahu bahwa perjalanan hidup ini begitu singkat, Maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan... Karena semua hanya membuang waktu kita di perjalanan yang singkat ini.
Apakah seseorang sudah melukai bahkan Menghancurkan hatimu? Tetaplah tenang, perjalanan hidupmu terlalu singkat.
Apakah seseorang sudah mengkhianati, mengejek, menipu atau bahkan menghina kamu? Tetaplah tenang, maafkan mereka, karena perjalanan hidup kita sangat singkat. Apapun masalah yang dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat perjalanan hidup kita sangat singkat.
Tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan berakhir. Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di pemberhentian bis yang berikutnya. Perjalanan hidup kita bersama sangat singkat:
Mari kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita. Mari kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu dengan yang lain.
Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama.
Hidup adalah waktu: Hargai waktu yang tersisa, jalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan. Selalu-lah berbuat baik. Selalulah menolong sesamamu.
Jangan pernah bersikap paling benar, dan berhentilah membicarakan kejelekan orang lain dan mengomel. Nikmatilah hidup dan isi setiap detik, menit, jam, dan hari-harimu dengan kebaikan. Terutama: Dengan pasangan, bersama keluarga, ayah dan ibumu, anak-anakmu, saudaramu, handai-taulan, teman temanmu. Bahagiakan mereka semua selagi kamu masih punya waktu.
Lanjut usia adalah: keniscayaan. Tak ada yang bisa menolak nature (alam) untuk menjadi tua, terjadi perubahan anatomi.
Tapi meski sudah lansia, kulit berubah menjadi keriput, rambut kepala menipis dan memutih semua. Namun tetap berguna bagi diri sendiri dan sesama. Yaitu: Lansia yang senantiasa memancarkan aura cerah dan menarik, energik dan simpatik.
Jadilah Lansia yg memiliki ke 6 hal ini:
1. Pikiran yang tenang hati yang damai. Jauh dari kepura- puraan.
2. Tulus ikhlas ketika berbicara. Memberi sapaan dengan hati yang tulus.
3. Menerapkan hidup berbagi back to nature, maka pikiran dan batin kita akan bersih dari segala energi negatif.
4. Hati yang damai, akan terpancar aura yang mampu menebarkan kesejukkan dan kedamaian, dimana pun kita berada.
5. Jangan simpan kebencian, dendam, kepahitan dan kejelekan orang lain.
6. Lihatlah kebaikan. Lupakan kesalahan. Tetaplah menjadi orang baik sampai akhir hidup...
Kalau saya pernah menyakiti hati saudaraku/sahabatku meski tanpa kusengaja, saya mohon dimaafkan.
Bila sahabat atau saudaraku pernah menyakiti hatiku, aku sudah maafkan semua. Karena perjalanan hidup kita terlalu singkat.
Demikian semoga pesan-pesan Nyai Hj Juwariyah Fawaid, dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, bermanfaat. Wallahu a'lam.