Orang Bertakwa Mampu Lapang Dada Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Karakter orang yang bertakwa adalah kemampuannya memaafkan kesalahan orang lain. Al-Qur’an menyebutnya dalam Surat Ali Imran ayat 134 melalui lafaz ‘wal ‘aafiina ‘anin naas’. Lafaz tersebut bermakna sebagai “orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain”.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam acara Kolak TvMu, kata ‘aafina’ yang bermakna dasar ‘al afwu’ memiliki arti sebagai menghapus atau sesuatu yang berlebih.
Jalan Seorang Muslim Menjadi Pemaaf
“Sehingga agar seseorang bisa menjadi pemaaf itu harus memiliki jiwa yang besar, harus punya kelebihan dan orang yang memaafkan. Itulah orang yang memiliki keluasan dan kelapangan untuk bisa menerima dan memafkan orang lain. Jadi ketika kita sudah memafkan kesalahan orang lain itu kita hapus dan membuka lembaran baru,” jelas Mu’ti.
Contoh paling besar dalam aksi memaafkan menurut Mu’ti diberikan contoh melalui peristiwa fitnah besar (ifqun kabir) yang ditiupkan oleh orang-orang munafik Yastrib dan menimpa istri Rasulullah Aisyah dan sahabat Shafwan ibn Mu’athal.
Akibat fitnah itu, kerabat Abu Bakar As-Siddiq yakni Mistah ibn Usasah pun ikut tergelincir menyebarkan berita bohong kaum munafik. Abu Bakar yang marah, lantas berjanji tidak akan memaafkan Mistah dan memutus kekerabatan.
Berlapang Dada dan Memaafkan
Tetapi, Allah swt lantas menegur Abu Bakar melalui Surat An Nur ayat ke-22 yang intinya adalah memerintahkan berlapang dada dan memaafkan Mistah.
“Satu contoh akhlak mulia yang menjadi ciri orang yang bertakwa yaitu menjadi pemaaf meski tidak mudah. Memberikan maaf pada orang yang bersalahl, apalagi kesalahan itu sungguh sangat berat. Oleh karena itu supaya kita menjadi orang yang dekat kepada Allah adalah kita menjadi orang yang pemaaf,” jelas Mu’ti.
“Jika kita tidak menjadi orang yang pemaaf, kita menyimpan dendam pada orang lain sehingga menyebabkan penyakit hati yang kalau kita biarkan bisa menjadi bagian dari akhlak yang justru bisa menjerumuskan kita pada perbuatan yang tercela. Syaratnya untuk menjadi pemaaf adalah orang yang berlapang dada,” tutur Mu’ti.