Orang Bahagia di Sisi Allah Ta'ala, Ternyata Ini Parameternya
Banyak orang menganggap bahagia karena terpenuhinya segala kebutuhan sehari-hari. Terpenuhinya kebutuhan makan dan minum. Ada juga bahagia karena bisa setiap hari berbelanja (shooping) di tempat-tempat perbelanjaan yang ramai.
Ada pula yang merasa bahagia bila berhasil punya rumah mewah dan berkendaraan mewah pula. Benarkah demikian?
Dalam Islam, sebagai keyakinan orang mukmin, ternyata tak semua hal itu benar. Memang semua itu bisa menjadi ukuran, tapi di mata Allah Ta'ala tidaklah demikian.
Orang-orang bahagia itu bila ridha dengan ketetapan Allah Ta'ala. Sebagaimana dalam tuntunan Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw)
عَنْ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ رِضَاهُ بِمَا قَضَى اللهُ لَهُ وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ تَرْكُهُ اسْتِخَارَةَ اللهِ وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ سَخَطُهُ بِمَا قَضَى اللهُ لَهُ.
Dari Sa'd dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda :
"Termasuk di antara kebahagiaan anak Adam, adalah rasa ridhonya terhadap apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dan termasuk kesengsaraan seorang anak Adam, adalah bila ia meninggalkan istikharah kepada Allah. Dan termasuk kesusahan Ibnu Adam, adalah rasa benci dan tidak menerima terhadap apa yang telah Allah tetapkan baginya. " (HR. Tirmidzi no. 2304)
Tentu kita berharap, semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, selalu berbahagia, selalu ridha dengan ketetapan dari Allah SWT. Amin!
Allah Subhanahu wa-ta'ala sesungguhnya Maha Pengasih. Allah-lah yang akan memenuhi segala kebutuhan kita dan menjadikan karunia yang diberikan kepada kita, membahagiakan kita dan keluarga kita.
Mari kita perhatikan pesan Rasulullah Saw.
قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُعْطِى اللهُ لِأَحَدٍ خَمْسًا إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ خَمْسًا أُخْرَى : لَا يُعْطِيْهِ الشُّكْرَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ الزِّيَادَةَ، وَلَا يُعْطِيْهِ الدُّعَاءَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ اْلإِسْتِجَابَةَ، وَلَا يُعْطِيْهِ اْلإِسْتِغْفَارَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ اْلغُفْرَانَ، وَلَا يُعْطِيْهِ التَّوْبَةَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ اْلقَبُوْلَ، وَلَا يُعْطِيْهِ الصَّدَقَةَ إِلَّا وَقَدْ أَعَدَّ لَهُ التَّقَبَّلَ
Nabi Saw. bersabda :
Allah tidak memberi lima kepada seseorang, melainkan telah mempersiapkan lima hal yang lain, yaitu Dia tidak memberikan syukur kepadanya, melainkan telah menyediakan untuknya tambahan, Dia tidak memberikan doa kepadanya, melainkan telah menyediakan untuknya ijabah (pengabulan), Dia tidak memberikan istighfar kepadanya, melainkan telah menyediakan untuknya ampunan, Dia tidak memberikan taubat kepadanya, melainkan telah menyediakan untuknya penerimaan taubat, Dia tidak memberikan sedekah kepadanya, melainkan telah menyediakan untuknya menerima ( sedekah itu ).
Demikian termuat dalam Kitab Nashaihul Ibad, karya Syaikh Nawawi Al-Bantani, halaman : 48.
Hadits di atas sejalan dengan keterangan di bawah ini :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat ) kepadamu, dan jika kamu mengingkari ( nikmat-Ku ), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q. S. 14 Ibrahim : 7)
Kita dan seluruh keluarga kita selalu berharap agar meraih derajat bertaqwa kepada Allah, selalu pandai bersyukur, selalu mendapat ridho dari Allah SWT. Amin!
Demikian pesan Ustaz Keman Almaarif. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Kita sebelumnya pernah diingatkan, agar memahami betapa menafkahi keluarga merupakan sedekah paling utama.
Sedekah yang Paling Utama
Nafkah kepada keluarga adalah sebuah kewajiban. Namun begitu, ia juga sekaligus merupakan infak dan sedekah yang paling utama dari seluruh jenis sedekah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Dinar (harta) yang kamu belanjakan di jalan Allah dan dinar ( harta ) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (H. R. Muslim : 995)
Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
إِذَا أَنْفَقَ الْمُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
“Jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka baginya hal itu adalah sedekah.” (H. R. Bukhari : 5351, Muslim : 1002 )
Oleh sebab itu, jangan bersedih jika awal bulan dapat gaji dan langsung habis untuk keperluan anak, istri dan keluarga. Karena itulah sedekah yang paling besar pahalanya. Mudah-mudahan hal ini senantiasa kita ingat, sehingga ketika kita menunaikan kewajiban nafkah, kita bisa menghadirkan hati yang tulus ikhlas dan mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Ada pesan penting lain yang menjadi perhatian kita bersama. Menjaga kehormatan saudara sesama Muslim. Di tengah maraknya media sosial, orang mudah menghujat, mudah melaknat, mudah menunjukkan kesalahan orang lain.
Kita diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw)
عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ, رَدَّ اللهُ وَجْهَهُ النَّارَ
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api neraka dari mukanya pada hari kiamat. ” (H. R. At-Tirmidzi 1931 & Ahmad 6 / 450 )
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, selalu menjaga kehormatan dan keselamatan sesama Muslim. Amin....!!!
Demikian tausiyah Ustaz Keman Almaarif. Semoga bermanfaat bagi kita semua.