Orang Alim dan Kaum Habaib
Ada ungkapan yang patut menjadi perhatian umat Islam.
من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكا يستغفر له إلى يوم القيامة
"Barangsiapa memandang wajah orang alim dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allah Ta'ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat."
Semoga kita semua mendapatkan keberkahan dari beliau , dengan kita duduk dimajelis nya, memandang wajah-wajah mulianya, mendengar nasihat-nasihatnya.
Lalu bagaimana kita menyikapi orang-orang alim dan kalangan habaib. Inilah catatan menarik KH As'ad Said Ali: (Redaksi)
Pada suatu (Pagi ini) saya baca tulisan menarik dari ananda Itqon Hakim, berisi pesan Habib Luthfi bin Yahya berisi aantara lain: sebagian habaib yang berasal dari Hadramaut janganlah petentang-petenteng mengandalkan marganya. Karena sebelum mereka sudah terlebih dahulu datang Mubaligh yang datang melewati jalur sutera.
Sultan Turki mengirim mubaligh terdiri dari angkatan pertama Syaikh Subakir cs dan angkatan kedua Syaikh Maulana Malik Ibrahim cs). Banyak petilasan yang menandai kehadiran wali angkatan pertama berupa maqam yang umumnya disebut maqam Maulana Maghribi (ulama dari Barat), tersebar dari ujung Barat hingga Ujung Timur Nusantara. (mereka keturunan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam).
Adapun para wali angkatan kedua, berperan pada akhir Majapahit dan pada masa kerajaan Demak, populer disebut Wali Sembilan, bukan jumlahnya hanya sembilan tetapi para wali diorganisir menjadi lembaga penasihat Sultan yang jumlahnya 9 orang. Setahu saya, secara turun temurun mereka oleh leluhurnya dilarang menyebutkan nama marga. Misalnya keturunan Sunan Kudus atau Sunan Muria tidak ada yang mencantumkan marganya. Mungkin untuk membangun keakraban, ukhuwah Islamiyah dengan kaum pribumi.
Adapun para wali berikutnya semisal Wali Luar Batang dan lain-lainnya berasal dari Hadramaut. Para wali angkatan (ketiga) ini, datang setelah perdagangan laut mulai ramai dengan ditemukannya teknologi kapal layar ukuran besar, memanfaatkan angin Barat dan Timur. Dalam buku karangan saya “Pergolakan di Jantung Tradisi, NU yang saya Amati", kahadiran para mubaligh dari hadramaut ini saya singgung dan kemudian berdasarkan laporan teman yang tinggal di Hadramaut, cuplikan tentang wali angkatan terakhir ini dibahas di televisi Yaman, mungkin untuk menunjukkan kuatnya hubungan Indonesia - Yaman.
Banyak kritik terhadap perilaku para habaib muda akhir - akhir ini, bukan hanya dari kalangan di luar habaib, tetapi juga di kalangan habaib sendiri yang kebetulan saya kenal. Bahkan mereka rindu untuk aktif di NU. Sebaiknya para habaib muda, jangan hanya menonjolkan budaya abah saja , tapi juga budaya ummi yang berbudi halus, berbahasa lembut, beradat sopan santun.
Salam Ukhuwah untuk para habaib.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU, tinggal di Jakarta.
Advertisement