Optimisme Banyuwangi Jadi Target Kunjungan Wisata Dunia
BANYUWANGI. Siapa tidak kenal. Dulu wilayah paling ujung timur Pulau Jawa ini tahunya hanya Gandrung. Before, kini jadi singgahan orang sak dunia.
Ini juga masih idiom dulu, kalau mau bicara angker-angker di Banyuwangi, maka Alas Purwo pilihan nomor satunya. Kalau lokalitas wisdom-nya ada Minakjinggo. Suku Osing. Sudah, hanya itu saja. Tidak ada gaya "menjual" lainnya.
Gandrung, Alas Purwo, Osing adalah After yang memang dirawat dan terawat. Karena itu adalah identity lokalikalitas yang sangat penting. Lokalitas yang menjadikan semuanya yang modern menjadi ada.
Before-nya, perkembangan sektor Pariwisata Banyuwangi begitu menguat kuat dan mampu menyedot wisatawan. Data paling pendek dan terbaru, misalnya, pada liburan agak panjang kemarin, berbarengan dengan Hari Raya Qurban, sedikitnya 3.000 kamar hotel terisi full.
Soal before, destinasi Banyuwangi makin banyak. Primadonanya Kawah Ijen. Ada juga Pantai Plengkung (G-Land), Watu Dodol, Alas Purwo, Pantai Pulau Merah, Pantai Teluk Hijau, Pulau Tabuhan Air terjun Lider, Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Tamansuruh.
Sunrise of Java kini begitu begitu diminati wistawan. Begitu libur panjang tiba, Banyuwangi bak selaku mendapat durian runtuh. Ah, sepertinya tidak demikian, bukan mendapat durian runtuh melainkan memang Kabupaten Paling Timur di wilayah Jawa Timur ini menyiapkan diri untuk disambangi wisatawan.
Primadona Kawah Gunung Ijen di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso memiliki magnitud tak terperikan. Jadi tujuan wisata favorit. Wisatawan lokal juga mancanegara. Ribuan orang menyemut untuk menyaksikan pemandangan alam kawah Gunung Ijen. Praktis sejak Jumat 31 Agustus hingga Minggu 2 September kemarin, jalanan menuju ke wilayah itu begitu padat. Kepadatan itu juga selalu mewarnai libur-libur yang lain.
Dampaknya jelas, tak hanya tempat wisata penuh, tetapi UMKM pun mendapat rejeki nomplok. Homestay di sejumlah titik full orang. Homestay menjadi sasaran wisatawan yang tidak kebagian kamar hotel.Okupansi homestay di Banyuwangi saat long weekend bisa menvaspai 100 persen. Demikian Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda, menggambarkan kemeriahan Banyuwangi.
Kata dia, ada sekitar 15 ribu wisatawan yang menyerbu kawasan wisata alam Gunung Ijen. Mereka antre dari tengah malam demi blue fire. Itu kalau hari libur, bila hari biasa, jumlah wisatawan juga masih banyak. Berada di kisaran seribu orang.
Sektor lain yang kebagian berkah dari pariwisata selain UMKM adalah kuliner. Restoran, tempat makan, pusat oleh-oleh adalah yang paling dicari. Data paling gres dari Dinas Koperasi dan UMKM, rata-rata UMKM di Banyuwangi mendapat omzet Rp150 juta per hari. Itu dari hasil penjualan kaos, hingga jajanan khas Banyuwangi seperti Sale Pisang, Klemben dan Kopi. Kebanyakan pembelinya berasal dari Jakarta, Surabaya dan Malang. Bahkan ada juga yang berasal dari Thailand, Perancis dan Singapura.
Sektor pariwisata memang memberikan impact besar bagi Banyuwangi. Data 2016 menyebutkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi tembus hingga 3 juta orang. Sementara wisatawan asing sebanyak 72 ribu orang. Padahal, Pemerintah Kabupaten hanya mematok target kunjungan wisatawan lokal 2,5 juta orang dan wisatawan asing sebanyak sebanyak 50 ribu orang.
Optimisme jumlah wisatawan yang berkunjung melebihi target ini menjadi virus yang makin membuat semangat. Untuk itu, tahun ini target wisatawan domestik 3 juta orang dan target wisman 100 ribu orang. Jualannya adalah Kawah Ijen, Bangsring Underwater di Kecamatan Wongsorejo, Pantai Boom dan Pulau Merah di Pesanggaran.
Target yang melambung ini membuat Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggenjot fokus yang lain, yaitu pada peningkatan pelayanan. Semua sektor yang berkaitan dengan kunjungan wisata digarap maksimal. Dengan begitu lebih diharapan kunjungan wisatawan di Banyuwangi makin mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di sektor lain di luar pariwisata.
Data survei cukup njlimet menyebutkan, rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi menghabiskan uang Rp 3,1 juta. Itu saat ini, dan ditargetkan sampai 2020 wisatawan akan membelanjakan uangnya sekitar Rp 5 juta per orang. Sebuah target yang menggiurkan.
Melihat optimisme Banyuwangi ini, Menpar Arief Yahya semakin meyakini bahwa CEO commitment itu sangat penting selain 3A. Tiga A itu adalah atraksi, akses, amenitas dalam pembangunan sebuah destinasi pariwisata. Banyuwangi bisa dijadikan contoh konkret, bagi bupati, walikota, bahkan gubernur di manapun di seluruh tanah air.
Sukses Banyuwangi juga membuat Menpar Arief Yahya mempunyai target baru berskala internasional. Bahwa Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bisa menjadi tujuan wisata dunia. Ini tidak muluk, kata Menpar. Sebab Banyuwangi telah memiliki daya dukung pariwisata yang memadai.
"Banyuwangi kami akan terus dorong agar pada 2019 bisa menjadi tujuan wisata dunia," ujar menteri yang ternyata putra asli Banyuwangi ini. Oke, Banyuwangi sangat keren, mencicipi Banyuwangi yuk..... (*/idi)