Opor Ayam Pak Pangat, Pinggir Bandara, Sedapnya Bikin Nagih
Tidak jauh dari Bandara Ngloram Kabupaten Blora, terdapat kuliner khas Desa Ngloram Kecamatan Cepu. Opor ayam. Sekali mencicipi, pasti nagih.
Dari Bandara Ngloram, cukup ditempuh dengan waktu sekira 2 menit. Jika dari pusat kota Cepu, dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Ikuti arah ke Bandara Ngloram.
Warungnya terlihat seperti rumah pada umumnya, berbahan dari kayu dan dicat warna hijau. Hanya terdapat banner bertuliskan "opor ayam Pak Pangat". Sangat sederhana.
Opor ayam Pak Pangat, berbeda dengan opor ayam pada umumnya, yang kuahnya cenderung berwarna kekuningan dan tidak pedas. Tapi yang suka masakan pedas, bisa diatur. Ada cabe dan sambal yang disediakan.
Kalau Opor Ayam ini, kuahnya cenderung berwarna kemerahan dan mempunyai tekstur kental. Agak pedas. Cabai utuh dan bawang goreng mengambang di antara potongan ayam.
Begitu dicecap, terasa sedap kuahnya. Membuat lidah bergoyang. Rasa bumbu rempahnya begitu nikmat. Ditambah, potongan ayam yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Menyatu dalam wadah mangkuk besar.
Begitu digigit, tekstur dagingnya begitu empuk dan bumbunya terasa meresap kedalam. Opor ini, disajikan dengan lontong berukuran sedang. Cukup mengenyangkan jika dimakan satu orang. "Pecah, kepyar di lidah rasa kuahnya," kata Rahmawan pengunjung lontong opor Ngloram.
Untuk menyantap opor ayam Ngloram ini pengunjung tidak bisa datang langsung makan. Pengunjung harus memesan terlebih dahulu minimal 1 hari sebelumnya.
Berdiri sejak tahun 1997 lalu. Pemilik warung ini, tetap mempertahankan cita rasa opor ayam nya. Tidak berubah meski sudah puluhan tahun.
Wajar, jika banyak pejabat pusat hingga daerah, kepincut dengan opor ayam Pak Pangat. Bahkan telah menjadi langganan. "Setiap ada kunjungan pejabat, opor ayam Ngloram selalu menjadi jujugan. Tidak jarang, mereka yang baru mencicipinya akan kembali untuk menikmatinya," kata Kepala Desa Ngloram, Diro Beni Susanto.
Setiap acara besar, sampai level pejabat pusat, menurut Diro, selalu diajak menyantap lontong opor. "Makanan ini sudah terkenal sejak lama," ujarnya.
Istri Pak Pangat, Sutinah, menyampaikan, cara memasaknya masih tradisional. Semua bumbu rempah dan ayam, dimasak menggunakan tungku dan kayu untuk perapian. Ini tetap dipertahankan, untuk menjaga rasa. Akan berbeda jika memasaknya menggunakan kompor gas.
Menurut Sutinah, dalam sehari, dirinya mampu menghabiskan 50 sampai 70 ekor ayam kampung. Ayamnya pun juga harus pilihan. Termasuk ukuran besarnya.
Advertisement