Opo yo Bener Kopi Marakke Kanker? Ini Lho Menurut Sains
Respon beragam meledak seperti kembang api warna-warni atas isu kopi yang menyebabkan bahaya kanker. Apalagi pihak tergugatnya adalah raksasa kopi dunia: Starbucks.Memang ini terjadi di Negara Bagian California, Amerika Serikat. Namun, Indonesia, sebagai salah satu penghasil kopi dunia, mau tak mau ikut dalam pusaran pergunjingan.
Tapi opo bener seh kopi menyebabkan kanker? Kalau saja Dalang Kondang Ki Manteb Sudarsono mendalang saat ini juga, pasti dia akan bilang begini: Sik sik sik... Mengko disik...
Jadi, sebenarnya, kekhawatiran yang membuncah saat ini bukan soal kopinya. Melainkan lebih pada kandungan kimia yang disebut akrilamida yang timbul setelah bijih kopi disangrai dalam mesin pemanggang bersuhu tinggi.
Zat akrilamida sebenarnya bukan materi perbincangan baru. Dia sudah cukup lama beredar lalu tenggelam, dan entah kenapa tiba-tiba menyeruak lagi ke permukaan. Begitu juga dengan kekhawatiran kalangan ilmuwan tentang bahaya akrilamida dalam kopi, telah memudar dalam tahun-tahun yang telah lewat. Sebagai gantinya, banyak hasil studi malah menyebut dan menunjukkan kemungkinan kopi justru dapat membantu menjaga kesehatan.
Dr. Edward Giovannucci, seorang pakar nutrisi di Harvard School of Public Health, menyebut, paling tidak kopi itu bersifat netral. Malah ada bukti yang cukup baik tentang manfaat kopi dalam menanggulangi kanker.
Di luar pakar nutrisi itu, Badan Penelitian Kanker yang berada di bawah World Health Organization aslinya juga telah mencabut kopi dari daftar kemungkinan penyebab kanker. Itu bahkan sudah terjadi dua tahun silam meskipun lembaga ini menyatakan tidak ada cukup bukti untuk menyingkirkan kemungkinan terhadap peran yang ditimbulkan.
Tapi opo bener seh kopi menyebabkan kanker? Ini tentu harus ada penjelasan yang komprehensif menurut sains.
Hingga sejauh ini, sejumlah penelitian dari University of Southampton mengatakan, kopi sebenarnya sangat baik untuk kesehatan. Sebab itu orang hanya perlu menyesuaikan ukuran dan porsi terbaik konsumsinya terhadap kopi. Bahwa, oorsi terbaik untuk minum kopi itu adalah tiga sampai empat cangkir sehari. Masalahnya sekarang adalah: tak seorang pun tahu tingkat keamanan seseorang berikut kadar resiko terkena kanker setelah mengonsumsi kopi.
Apabila Anda mengkonsumsi kopi dalam jumlah besar mungkin ada banyak alasan untuk mengurangi tingkat konsumsi kopi. Perlu diketahui zat akrilamida sebenarnya tak hanya dihasilkan setelah kopi disangrai.
Di antara bahan makanan lain seperti french fries, segala macam makanan keripik, biskuit, sereal, berikut bahan pangan dengan kandungan karbohidrat tinggi lainnya, aslinya juga mengandung unsur kimia serupa. Membawa akrilamida juga. Zat ini pasti muncul sebagai akibat dari proses penyangraian, pemanggangan, pembakaran, dan penggorengan.
Gonjang-ganjing akrilamida ini membuat Food and Drug Administration bergerak melakukan serangkaian pengujian. Berdasarkan pengujian itu, tingkat akrilamida yang ditemukan dalam bahan makanan setelah proses penyangraian, pemanggangan, pembakaran, dan penggorengan berkisar antara 175 hingga 351 parts per billion. Angka ini adalah sebuah ukuran konsentrasi bahan pencemar.
Enam merk kopi diuji. Tertinggi adalah jenis kristal kopi dengan kafein yang telah dihilangkan. Sebagai perbandingan, french fries di salah satu jaringan restoran waralaba, kandungan bahan pencemarnya berkisar antara 117 hingga 313 parts per billion. Beberapa french fries yang dijual bebas di pasaran kandungan akrilamida-nya bahkan melebihi 1.000 parts per billion. Sebuah angka yang buesar bukan?
Perlu juga disimak, dan ini juga sangat penting, beberapa makanan bayi sebenarnya mengandung akrilamida. Seperti biskuit yang dibuat untuk melatih bayi menggigit dan biskuit bayi lainnya. Contoh lain, salah satu merek ubi organik yang diuji mengandung unsur kimia akrilamida juga sebesar 121 parts per billion.
Sebuah dokumen menyebutkan, terdapat kelompok yang terdiri dari 23 ilmuwan dalam sebuah rapat yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga penyelidik kanker di bawah WHO. Rapat itu terjadi tahun 2016 lalu. Para ilmuwan ternyata lebih mengamati kopi – ketimbang pengamatan secara langsung terhadap akrilamida.
Mereka pun memutuskan sebuah pendapat bahwa kopi bukan penyebab kanker payudara, prostat, atau pankreas. Justru, tampaknya, kopi dapat mengurangi risiko kanker hati dan rahim. Mereka juga perdapat, bahwa tidak ada cukup bukti untuk menentukan dampaknya kopi pada sejumlah tipe kanker lainnya.
Mari menyinggung lagi soal California. Sejak 1986, badan usaha diwajibkan untuk mencantumkan peringatan tentang unsur kimia yang diketahui dapat menyebabkan kanker atau risiko kesehatan lainnya. Lebih dari 900 unsur kimia tercantum di daftar negara bagian itu. Namun yang tergolong sebagai risiko signifikan sebagai penyebab kanker masih dapat diperdebatkan.
Menurut Dr. Edward Giovannucci, Undang-Undang di California ini, justru berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian ketimbang manfaat bagi kesehatan masyarakat. Menyebabkan kanker pada peroduk kopi akan menimbulkan keresahan di antara masyarakat yang berpikir risiko minum kopi sama tingginya dengan bahaya merokok.
The International Food Information Council and Foundation, sebuah organisasi yang didanai sebagian besar oleh industri makanan dan minuman, mengatakan, Undang-Undang ini meresahkan masyarakat karena tidak adanya panduan tentang level risiko. Malah seharusnya mereka menambahkan sebuah pedoman pola makan di AS bahwa konsumsi kopi hingga lima cangkir sehari dapat menjadi bagian dari pola makan yang sehat. (bagian 2/habis)