Omset Jamu Gendong Naik di Tengah Merebaknya Covid-19
Pedagang jamu kampung yang populer dengan sebutan 'jamu gendong' sekarang sedang panen. Omset penjualanya naik drastis, terdongkrak oleh merebaknya virus corona atau Covid-19.
Jamu racikan jahe, temulawak, kunyit dan kencur tersebut laris manis, disukai orang dewasa hingga anak-anak karena disebut sebagai penangkal corona.
Beberapa pedagang jamu menuturkan, omset jamunya dalam satu hari bisa mencapai Rp 600.000. Dikurangi untuk belanja bahan baku masih menyisahkan untung Rp 250.000. Sebelum merebak corona hanya meraup untung Rp 60.000.
"Tidak sesuai dengan capeknya," kata Bu Tina, penjual jamu keliling di Petamburan Jakarta Pusat.
Selama bertahun-tahun jualan jamu, Bu Tina merasakan baru sekarang untungnya lumayan banyak. "Alhamdulillah," ucap penjual jamu berusia 54 tahun ini.
Jamu berbahan empon-empon ini dipopulerkan kembali oleh Guru Besar Biologi Molekuler dari Universitas Airlangga, Chaerul Anwar Nidom. Dia memaparkan bahwa empon-empon yang biasa digunakan untuk bumbu dapur ini bisa menangkal virus corona asal Wuhan, China.
Nidom menyebutkan, kurkumin yang terdapat pada jahe, kunyit, temulawak yang biasanya buat bumbu masak dan minuman segar bisa berguna sebagai penangkal virus corona. Ramuan herbal juga bisa menghambat badai sitokin.
Seperti diketahui, badai sitokin ialah kondisi saat sistem imun tubuh melawan virus dan ini biasanya terjadi saat adanya infeksi berat atau sepsis.
Empon-empon yang sebelumnya tak pernah menjadi topik pembicaraan, karena tergerus oleh obat modern, sekarang naik kelas. Menembus Kota Metropolitan. Merambah kalangan elit yang sebelumnya 'elergi' dengan jamu kampung.
Orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Ngopibareng.id mengaku juga minum jamu kampung sejak menjadi Walikota Solo.
Jamu herbal warisan nenek moyang ini dikatakan dapat meningkatkan imunitas untuk menangkal virus corana. Tapi oleh ahli farmasi kemampun empon-empon bisa menangkal virus corona merupakan pengakuan sepihak.
Sebab belum ada lembaga resmi yang meneliti bahwa jamu yang biasa dijual keliling kampung itu ampuh untuk menangkal virus yang saat ini paling ditakuti oleh penduduk dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia yang sebelumnya dibangga-banggakan sebagai negara yang terbebas dari corona, akhirnya jebol juga pertahanannya. Per Minggu, 15 Maret 2020, jumlah pasien positif corona di Infonesia berjumlah 117 dengan 8 pasien sembuh dan 5 meninggal dunia.
Beberapa pedagang jamu mengatakan sekarang jamu gendongan di Jakarta yang sempat mati suri sekarang bangkit lagi.
"Bedanya kalau dulu cara menjual jamunya digendong, sekarang menggunakan sepeda atau gerobak," kata Bu Tini.
Para pedagang jamu selain menjual jamu racikan yang bisa langsung dimunum, juga menyediakan kemasan botol plastik untuk persediaan di rumah.
"Yang banyak dicari racikan jahe merah, kunyit, temulawak, kencur dan sinom," terang Bu Tini.
Sebelum ada corona, harga jamu satu gelasnya Rp 1.500. sekarang naik menjadi Rp 3.500. Sedang yang dikemas dibotol harganya lebih mahal. Dulu, satu botol berukuran 300 cc harganya Rp 3.000 sekarang Rp 10.000.
Melihat jamu sedang naik daun, beberapa ibu rumah tangga ikut menjual jamu dalam kemasan khusus untuk melayani pesanan atau dijual di kantor-kantor.
"Karena ada pulang harus kami manfaatkan. Lumayan dapat tambahan untuk nutupi kebutuhan keluarga," kata pedagang jamu musiman bernama Sri Sunari, warga perumahan Kelapa Dua, Jakarta Barat.
Namun, meningkatnya kebutuhan bahan untuk jamu menyebabkan jahe merah menjadi langka. Selain sulit diperoleh, harganya pun ikut melonjak. Jahe merah yang biasanya Rp 25.000 perkilo, sekarang Rp 100.000.
"Jahe merah mendadak hilang dari pasaran karena banyak yang mencari. Sulit dan mahalnya empon-empon berpengaruh pada harga jamu menjadi mahal," kata Sri.
Namun, pernyataan presiden soal konsumsi jamu campuran temu lawak, jahe, kunyit dan sereh justru disorot media asing. Media berbasis di Singapura Straits Times misalnya, mengkritik pernyataan Jokowi tersebut.
Dalam artikelnya yang bertajuk "Presiden Indonesia Memperkuat Spekulasi Ramuan Herbal Dapat Menangkal Virus", StraitsTimes menyebut jika jamu belum terbukti bisa menangkal virus corona. Sehingga pernyataan Jokowi tersebut tak lebih dari sekadar spekulasi.