Omah Kenangan Surabaya, Wisata Kuliner di Rumah Soekarno-Hayati
Menyantap sepiring makanan masakan rumahan, dengan nuansa interior zaman dulu lengkap dengan kursi dan pajangan ala tahun 60-an. Gambaran inilah yang pertama kali dirasakan saat berkunjung ke Omah Kenangan di Jalan Cipunegara Nomor 44, Surabaya.
Omah Kenangan, seperti namanya tempat ini menyimpan banyak kenangan mengenai istri ke-6 Ir, Soekarno, yakni Hayati. Rumah dua lantai ini adalah rumah milik kakak Hayati, yang saat ini ditempati oleh anaknya yaitu, Eni Wisnu Wardhani, yang tidak lain adalah keponakan Hayati.
Dulunya rumah ini tidak dibuka untuk umum dan hanya ditinggali keluarga. Namun, setelah Februari 2022, Eni membuka warung makan di rumahnya. Menariknya lagi para pelanggannya dipersilahkan makan di sana.
Saat memasuki halaman rumah bergaya kolonial tersebut, tak ada yang istimewa. Ketika beranjak ke lantai dua di mana Eni membuka warung makan, mata pengunjung akan disuguhkan dengan interior dan pajangan ala tahun 60-an. Selain itu, foto kenangan sang proklamator bersama Hayati dan keluarganya juga masih terpajang rapi.
Bahkan, ada satu foto Bung Karno bersama Hayati berukuran 20R lebih terpasang dan menjadi pusat pemandangan di ruang tamu. Banyaknya foto tersebut kadang membuat orang yang datang salah sangka, bahwa rumah ini adalah rumah milik Hayati.
"Rumah ini, rumah kakak Bu Hayati, Bu Soeherlin. Milik pribadi. Kalau mengenai foto Bu Hayati dan Pak Soekarno di semua keluarga juga ada karena itu kebanggaan bagi kami sebagai keluarga," katanya.
Eni mengaku tak menyangka bahwa ide membuat warung dalam rumahnya menjadi viral seperti saat ini. "Dari dulu saya jualan tapi di tempat lain, karena pandemi kan tidak bisa jualan di luar. Sampai akhirnya saya bosan di rumah saja tanpa kegiatan. Akhirnya berpikir untuk membuka warung di lantai dua rumah saya," lanjutnya.
Setiap harinya ia menyajikan menu masakan rumahan yang berbeda sesuai dengan ide masakannya hari itu. Seperti saat Ngopibareng.id datang, ada sekitar 12 menu yang dihidangkan. Di antaranya, kotokan, ayam rica-rica, rawon, pecel, cumi-cumi, tumis kerang, bali tahu, tahu telur, bakwan jagung.
"Setiap hari ganti menunya tergantung saya di pasar ada bahan apa terus kepikiran masak apa, ya saya masak," imbuhnya.
Perempuan berusia 63 tahun ini merasa senang karena banyak orang yang tertarik dengan konsep warung makan di dalam rumah yang ia hadirkan. Selain itu, banyak juga yang merasa bahwa makan di rumahnya yang penuh kenangan tersebut, juga membangkitkan kenangan para pelanggannya.
"Banyak yang bilang seperti makan di rumah neneknya, atau di rumah saudaranya yang nuansanya sama. Saya ikut senang dengan ungkapan seperti itu," ujar alumni SMPN 10 Surabaya ini.
Selain untuk makan, banyak juga orang yang ingin tahu mengenai sejarah rumah tersebut beserta sisilah keluarga Hayati yang ada di Surabaya. "Setiap orang kesini memang selalu bertanya dan tertarik dengan foto-foto Pak Soekarno bersama Ibu Hayati yang terpajang. 'Ibu saudaranya Bu Hayati? Pertanyaan ini yang banyak ditanyakan orang," kata perempuan yang sempat diasuh Soekarno dan Hayati saat usia TK ini.
Perempuan yang memiliki hobi memasak ini juga tak keberatan bila banyak orang menganggap rumahnya memiliki nilai sejarah. Sebab, rumah tersebut juga merupakan bagian dari sejarah keluarganya yang sempat menjadi keluarga Presiden RI Pertama, Ir Soekarno.
"Memberikan inspirasi untuk yang lain. Sejarah buat keluarga kita sendiri, orang menganggap ini sejarah, ya tidak apa-apa saja," terang Eni.
Menurut sepengetahuan Eni, Ir Soekarno belum pernah secara langsung datang ke rumah milik ibunya itu, tetapi Hayati yang merupakan adik dari ibunya memang sering berkunjung dan menghabiskan waktu bersama keluarga yang ada Surabaya.
Bila Ir Soekarno ingin bertemu dengan keluarga istri ke-6-nya tersebut, ia akan mengundang mereka ke Jakarta. Hal ini pun ditunjukkan pada salah satu foto yang terpajang di sudut ruang tamu. Dalam foto tersebut Ir Soekarno, Hayati dan keluarganya berkumpul di meja makan sambil tersenyum.
"Kalau Pak Karno belum pernah ke sini, tapi kalau Bu Hayatinya sering, karena ini rumah kakaknya ya. Namanya seorang adik pasti ingin selalu berkunjung. Kalau beliau ingin ketemu kita semua yang diundang ke Jakarta," cerita anak kedua dari lima bersaudara ini.
Bila ingin berkunjung ke Omah Kenangan untuk menikmati suasana makan di rumah bergaya kolonial ini, pintu akan dibuka pada pukul 11.00 WIB atau saat makan siang. Jangan datang terlalu sore bila ingin mendapatkan menu yang lengkap pada hari itu.
Mengenai harga makanan sangat bervariasi tergantung lauk apa yang ingin dinikmati. Harga makanan juga hanya berkisar belasan ribu saja.
Advertisement