EducationUSA, Informasi Gratis Peluang Belajar ke Amerika
Olivia Grace Susanto. Ia asli Surabaya. Wanita 25 tahun ini bekerja sebagai Interaction Designer (desainer di dunia digital atau startup) di Google. Pengalamannya tersebut diungkap di Talkshow bertajuk 'The Journey From Surabaya to Google'.
Acara yang diselenggarakan Konsulat Jenderal Amerika Serikat (Konjen AS), Rabu 27 Februari 2019, merupakan sosialisasi EducationUSA. Program yang berbasis di Konsulat Surabaya, U.S Consulate General Surabaya, Jalan Citra Raya Niaga, Sambikerep Surabaya ini, akan membantu orang Indonesia, khususnya warga Surabaya, untuk memilih dan belajar di universitas di Amerika Serikat.
"Pelayanannya gratis, tanpa dipungut biaya. Kami akan membantu calon pelajar dalam lima hal. Mulai dari membantu mencari tahu mengenai jurusan yang akan diambil, finansial studi, melengkapi aplikasi, apply untuk visa, hingga mempersiapkan keberangkatan," ungkap Yehezkiel Tumewu, EducationUSA Advisor.
Konsul Jenderal Mark McGoven pun menuturkan bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan negara dan dapat memiliki dampak besar terhadap pembangunan negara.
“Kami sangat beruntung memiliki EducationUSA dan penasihatnya yang berbasis di Konsulat Surabaya. Kami ingin membuat prosesnya semudah mungkin bagi orang Indonesia untuk belajar di Amerika Serikat." katanya.
Tercatat sepanjang 2017 hingga 2018 sekitar 9 ribu mahasiswa Indonesia menempuh studi di Amerika Serikat. Jumlah ini meningkat sebesar 7 hingga 8 persen selama setahun belakangan ini.
Olivia Grace sendiri merupakan alumnus Institut Teknologi Richester, New York, yang mengambil jurusan New Media Desain dan berhasil lulus dalam waktu empat tahun.
Awalnya, wanita yang akrab disapa Livi ini, tak punya impian bekerja di Google. Namun, setelah mendengar cerita salah satu profesor di kampusnya, ia pun mencoba mengirimkan portofolionya.
"Ternyata diterima,tapi waktu itu saya masih kuliah, jadi pihak Google minta saya menghubungi mereka kalau saya sudah lulus. Akhirnya pas saya sudah lulus, saya bekerja di Google," jelas perempuan yang sekarang menetap di San Fransisco ini.
Saat pertama gabung di Google, Livi masuk ke Android Pixel Team, kemudian pindah ke Google Translate. Kini, ia menjadi salah satu tim di Google Assistan. Pilihan Livi melanjutkan pendidikan ke luar negeri membuatnya terlatih untuk mandiri.
"Study aboard is 100 percent worth it. Kita bisa jauh lebih mandiri karena jauh dari keluarga, selain itu kita juga bisa belajar budaya baru dan membuka pikiran," tutur alumnus Surabaya Intercultural School ini. (pita)
Advertisement