Olahraga sambil Ngerumpi Lebih Gayeng kalau Nyerempet Aib Orang
Matahari pagi masih bersinar lemah, sebagian cahaya masih terhalang rindangnya pepohonan di kawasan Taman Tebet Eco Park, Jakarta Selatan. Dan, suhu udara yang rendah menambah semangat warga yang sedang berolahraga di Taman yang indah dan tertata rapi tersebut.
Salah satunya yang berolahraga itu adalah komunitas ibu-ibu penggemar jalan sehat. Mereka berolahraga dengan lokasi berpindah-pindah. Sesekali mereka jalan pagi di Bundaran Hotel Indonesia, kawasan Gelora Bung Karno serta di Taman Senopati Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya tergantung arah hati dan kesepakatan komunitas yang beranggota sekitar 15 orang tersebut.
Selama jalan sehat ada saja yang jadi bahan omongan, kurang pas kalau tidak disertai dengan 'ngerumpi'. Meskipun tidak semua ibu-ibu, tapi pasti ada yang hobi olahraga sambil rasan-rasan dengan topik dan durasi yang berbeda. Omongan bisa ngelantur, tidak ada yang mau kalah, masing-masing ingin menunjukkan kelebihannya.
Setiap anggota harus punya bahan omongan, selain membahas soal parfum, mobil mewah, rumah yang baru direnovasi, obat pabrikan luar negeri yang dikonsumsi untuk mencegah darah tinggi, kolestrol, dan asam urat.
Pokoknya seru kalau nguping ibu-ibu ngerumpi. Apalagi kalau sudah ngegas dan nyerempet-nyerempet soal aib seseorang, pasti tambah gayeng.
Misalnya membicarakan suami si A yang berselingkuh dengan teman sekantor, atau istri si B yang kabur dengan laki-laki lain. Serunya melebihi nonton drama korea (drakor) atau film india di televisi.
"Bu Selvy memakai parfum merek apa, harumnya semerbak seperti bunga melati," tanya seorang ibu membuka pembicaraan sambil menyeka keringat di keningnya setelah berkeliling di Taman Tebet.
"Oleh-oleh Papanya Andi dari Paris Bu," jawabnya singkat.
"Enak suamimu pulang dari luar negeri bawa oleh oleh parfum, suamiku pulang pulang bawa penyakit, jantungnya bermasalah lagi, padahal sudah pernah berobat di Mount Elizabeth Hospital Singapura lho," celetuk ibu lain.
"Kok tidak ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta, dokternya kan juga hebat," tanya teman ngerumpi."
"Katanya masih lebih hebat di Elizabet Hospital. Jantung ini salah satu organ tubuh yang vital, berhubungan langsung dengan nyawa, jadi mencari rumah sakit yang hebat sekalian," jawabnya.
Mendengar jawaban itu, ibu yang lebih menyukai rumah sakit di Indonesia hanya 'mencep'.
Setelah ngobrol soal parfum dan rumah sakit seorang ibu mengenakan training biru tua merek terkenal, sama dengan merek sepatu olahraganya, mengalihkan pembicaraan dengan bercerita kalau ia baru saja merenovasi rumah dan membuat kolam renang keluarga yang menghabiskan biaya Rp350 jutaan.
"Terpaksa nguras tabungan," katanya meskipun tidak ada yang bertanya.
"Tapi (uang) yang di bank kan masih tebal Bu," sindir ibu lain.
"Ah bisa saja," tepisnya.
Obrolan terhenti ketika seorang pria datang menjemput dengan membawa bungkusan berisi beef burger untuk sarapan pagi. "Ayo silakan, Bu," katanya sambil membuka bungkusan berlabel merek makanan siap saji yang cukup terkenal.
"Terima kasih maaf saya bawa pulang saja, sopir saya sudah datang, kelamaan kalau di makan di sini, dada...," seorang ibu pamit sambil mengambil beef burger. Sebelumnya ia diam hanya menjadi pendengar.
"Kasihan lho ibu itu, suaminya berselingkuh, ceritanya sih dengan perempuan bekas teman suaminya di sekolah dulu. Nyambung lagi setelah suami menikah lagi," bisik seorang ibu yang mendominasi pembicaraan.
"Ibu ini kok tajam sekali sinyalnya, tahu barang yang disembunyikan," ujarnya.
"Saudaranya yang cerita, WA dari perempuan itu belum dihapus, kebaca istrinya," jawab teman bicara.
"Padahal ibu itu cantik badannya berisi, apa yang kurang, sampai tergoda perempuan lain.
"Istrinya kurang galak kali," candanya sambil menuju mobilnya yang parkir di luar pagar
Baik Buruknya Ngerumpi
Pengamat sosial Universitas Indonesia, Devi Rahmawati dihubungi terpisah, memaknai ngerumpi sebagai suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa orang guna membicarakan aib orang lain atau masyarakat yang disebut "gibah".
"Biasanya ngerumpi didominasi oleh kalangan ibu-ibu, namun tak dipungkiri kaum bapak-bapak juga ada yang hobi ngerumpi juga loh," ujar Devi.
Masyarakat di desa khususnya ibu rumah tangga yang tak memiliki kesibukan umumnya mendatangi rumah warga lainnya guna mengisi kekosongan waktu. Bermula petan atau mencari kutu di kepala, kemudian membicarakan mengenai urusan dapur, perkembangan anak.
Entah di sengaja atau tidak tetangga yang lain ikut gabung jadilah yang namanya ngerumpi atau menggunjing jika dalam bahasa Jawa.
Ngerumpi itu memang renyah rasanya hingga memunculkan berbagai pertanyaan tak ketinggalan pula pengetahuan bagi orang yang super kepo mengenai pribadi orang lain, menambah informasi, buktinya warga yang satu tak pernah ngobrol namun dengan mengikuti ngerumpi akhirnya memiliki banyak relasi.
"Umumnya, ngerumpi menjadi salah satu tradisi yang masih dilestarikan sampai saat ini. Dalam bahasa Jawa "midang bari rerasan" namun, tradisi ini di nilai kurang baik, karena kegiatan ngerumpi umumnya kerumunan orang akan membicarakan kejelekan serta aib orang lain tanpa tau kebenarannya," terang Devi.
Bisa saja omongan orang lain bisa dilebih-lebihkan hingga orang lain bisa naik pitam hingga mengakibatkan permusuhan. Itu sisi negatifnya ngerumpi. Tetapi kalau ngerumpi untuk kebaikan, mengapa enggak," sambung dia.
Advertisement