Oksigen Arief Harsono
Bagi keluarganya, Arief Harsono bukan hanya pendiri industri oksigen pertama di Indonesia. Tapi, dia adalah oksigen itu sendiri. Yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang, meski telah meninggalkan dunia fana.
Arief sebagai sumber kehidupan terasa dalam peluncuran buku biografinya, pekan lalu. Yang dihadiri banyak tokoh dan koleganya. Mulai dari pejabat pemerintahan, akademisi, pengusaha, dan tokoh masyarakat. Keluasan kiprahnya terlihat dari mereka yang hadir.
Acara yang berlangsung di Ballroom Novotel Samator Surabaya itu menjadi cermin kehidupan seseorang. Bahwa kebaikan yang dia semai semasa hidupnya bisa dipanen anak-anak dan cucunya. Juga bisa dinikmati oleh banyak orang.
Arief Harsono adalah pendiri Samator Group. Industri oksigen yang kini telah merambah ke bisnis lainnya. Mulai dari alat kesehatan sampai dengan properti. Kini, hampir 4 ribu orang beserta keluarganya bergantung kepada bisnis yang dirintisnya.
Perjalanan hidup Arief direkam dalam biografi berjudul Pengabdian Tanpa Batas, Kisah Perjuangan Hidup Bapak Oksigen Indonesia. Biografi ini ditulis Alberthiene Endah berdasarkan penuturan istri dan anak-anaknya. Cara penulisan buku biografi yang tak biasa.
“Biasanya buku biografi ditulis ketika yang bersangkutan masih hidup. Ini kami menuliskannya ketika beliau sudah tiada. Untung anak-anaknya telah merekam kehidupan bapaknya dengan baik,” ujar Alberthiene, penulis biografi banyak tokoh di Indonesia ini.
Anak dan cucu Arief Harsono mengenakan pakaian adat Jawa saat peluncuran bukunya. Yang pria memakai beskap dan blangkon. Sedangkan yang perempuan mengenakan kebaya. Rachmat Harsono, putra sulungnya, menjadi sosok pengganti ayahnya di malam itu.
Ada pertunjukan teatrikal menggambarkan perjalanan perjuangan Arief. Mulai masa kecil sampai berhasil membangun “kerajaan bisnis” Samator Group. Mulai saat berdagang kopra hingga menjalankan bisnis modern dengan bahan baku tanpa batas: udara atau oksigen. Industri yang telah menyelamatkan puluhan ribu nyawa saat pandemi COVID-19.
Arief tergolong pengusaha beruntung. Dua kali nyawanya di ujung tanduk dalam perjuangannya menapaki tangga sukses membangun bisnis. Di usia muda, nyawanya hampir tak tertolong ketika tubuhnya tersambar gelombang laut saat menaiki kapal Damsole di perairan Sulawesi. Beberapa saat terapung di laut yang ganas. Saat berdagang kopra setelah lulus SMA.
Ketika Samator dengan bisnis gas industrinya mulai menanjak, nyawanya nyaris tercabut. Ia dirampok dua orang asing. Dengan senjata. Berhadapan-hadapan di ruangan kantor sederhana di kawasan jalan Kusuma Bangsa. Setiap saat nyawanya bisa melayang oleh senjata yang ditodongkan. Ia berhasil lari dan diselamatkan polisi.
Membaca buku biografi Arief seakan membaca perjalanan pebisnis sukses yang tak mudah. Perjalanan seorang yang berhasil karena kegigihan, keberanian, dan kebaikan-kebaikan. Penghormatan terhadap orang tua yang melahirkan dan mendidiknya, komitmen kepada keluarga, dan kesalehan sosial yang dibangunnya sejak Arief kecil, muda dan dewasa.
Buku ini terasa istimewa. Karena ditulis setelah dia tiada. Kebaikannya terhadap keluarga menjadikan perjalanan sejarahnya bisa diceritakan dengan hidup hanya bersumber dari cerita adik-adiknya, istrinya, dan anak-anaknya. Ini artinya Arief mampu mentransfer perjalanan hidupnya ke keluarganya dengan sangat baik.
Hanya ada dua kemungkinan anak dari seseorang bisa menghayati perjalanan hidup orang tuanya. Pertama, karena keberhasilan orang tua dalam mewariskan nilai-nilai kepada generasi penerusnya. Kedua, karena sang anak melihat sosok orang tuanya sebagai idola yang sangat kuat.
Alberthiene sebagai penulis buku ini juga luar biasa dalam menarasikan perjalanan hidup Arief. Ia berhasil menggali kisah pengusaha yang juga tokoh umat Budha itu dari cerita orang lain, meski itu keluarganya. Diskripsinya hidup seakan kita diajak mengikuti perjalanan hidup Arief Harsono dengan lancar dan enak dibaca.
Ia berhasil mendiskripsikan karakater Arief yang gigih, pekerja keras, dan komit terhadap keluarga maupun kepada siapa pun yang pernah bersinggungan dengannya. Kegigihan, keteguhan dan komitmen tinggi itu bertemu dengan keberuntungan-keberuntungan yang membawa Arief dari sosok orang kampung menjadi tokoh nasional.
Perjalanan anak kampung yang memilih menjadi pedagang kopra seperti ayahnya selepas lulus SMA sampai menjadi tokoh yang mendirikan program Magister Manajemen di Jakarta bersama UGM. Ia pun sempat menjadi mahasiswa UGM dan bersahabat sampai akhir hayatnya dengan para rektornya.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengenal dengan baik Arief Harsono karena program tersebut. Lantas bersambung ketika Arief aktif ikut berkontribusi terhadap negara dalam mengatasi pengungsi Rohingya. “Juga merelakan resiko ditinggalkan pelanggan ketika mengalihkan gas idustrinya untuk oksigen selama pandemi,” tuturnya.
Rachmat Harsono, anak tertua pasangan Arief Harsono dan Grace Peradhana, harus berhenti bicara menahan tangis saat menyampaikan sambutan keluarga. Ia mengaku tak mendapat wasiat atau pesan-pesan khusus ketika Arief meninggal karena COVID-19. Tapi ia pernah diberi buku yang ada kata-kata khusus di lembar depannya. Buku itu berjudul Surat-Surat Seorang Usahawan Kepada Putranya. Buku yang ditulis G. Kingsley World.
Ayahnya mengutip kata-kata Espictetus yang hidup antara 120-50 SM. “Ingatlah, dalam kehidupan ini kau perlu bersikap seperti di dalam sebuah pesta. Jika sesuatu ditawarkan kepadamu, maka julurkan lah tanganmu dan ambillah sepotong dengan sopan,” kata Rachmat membacakan tulisan tangan ayahnya.
“Kemudian teruskan lah hal itu kepada orang disebelahmu, jangan ditahan. Atau, jika ia belum sampai kepadamu, makan jangan perlihatkan betapa kau sudah tidak sabar mengambilnya. Tunggulah sampai hal itu tiba di hadapanmu. Begitu jugalah hendaknya sikapmu terhadap anak- anak, istri, pekerjaan dan kekayaan,” lanjutnya.
Dalam tulisan tangannya, Arief melanjutkan kata-kata Epictetus tentang rahasia keberhasilan hidupnya yang penuh kebahagiaan. Apa kata-kata yang dikutip Arief untuk pegangan anak-anaknya?
“Saya tidak percaya akan reinkarnasi. Tapi jika nanti saya “tiba di sana” dan ternyata reinkarnasi itu memang ada, maka saya akan minta agar dikirim kembali ke bumi ini sebagai anakmu. Dan saya yakin, saya pasti bahagia memiliki ayah seperti kau (Kau boleh mengukir kata-kata yang terakhir ini di batu nisan saya),” tulisnya.
Malam itu, di acara peluncuran biografi Arief Harsono itu, saya menyaksikan potret perjuangan seorang pengusaha yang sukses membangun kerajaan bisnisnya dari bawah. Juga potret seorang ayah dalam membangun keluarga yang berbasis penghormatan kepada orang tua sekaligus menjadikan hidupnya bermanfaat untuk orang lain.
Saya yakin, Arief Harsono bukan hanya cermin bagi penerusnya. Tapi juga cermin bagi keluarga pengusaha lainnya. Arief bukan hanya Bapak Oksigen Indonesia. Tapi juga oksigen untuk banyak orang yang pernah bersinggungan dengannya. (Arif Afandi)
Advertisement