Ojol Curhat ke Bamsoet, Penghasilan Merosot, BLT-pun Tak Dapat
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berbeda dengan PSBB sebelumnya. Kali ini pengemudi ojek online dibolehkan membawa penumpang, dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Namun, order penumpang tetap turun.
Di satu sisi menunjukkan ketaatan warga mematuhi PSBB dengan mengurangi aktivitas di luar rumah, di sisi lain membawa dampak ekonomi yang cukup signifikan terhadap pendapatan ojek online, maupun kalangan usaha lainnya.
Karena itulah Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) memandang pentingnya pemerintah DKI Jakarta mendistribusikan bantuan secara merata dan tepat sasaran. Agar mereka yang terdampak PSBB seperti pengemudi ojek online, bisa menghidupi diri secara layak.
Bamsoet waktu ngobrol santai (Ngobras) dengan para pengemudi ojek online dan pemilik warung tegal di kawasan Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu, 20 September 2020.
Bamsoet sempat merekam keluhan beberapa pengemudi ojek online tentang penghasilannya yang merosot. Ibu Iis, 42 tahun, salah satunya.
Sejak bercerai dengan suaminya tahun 2017, ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga bagi keempat anaknya sebagai driver ojek online. Menarik ojek mulai dari setengah 6 pagi hingga sore.
Kadang, saat pandemi dan adanya kebijakan PSBB tak ada satupun nada panggil berdering di handphonenya. Itu berarti tak sepeser pun Rupiah yang akan masuk rekeningnya.
"Sepi Pak, hingga tengah hari belum ada order yang masuk," kata Iis mengeluh pada Ketua MPR yang duduk di sampingnya.
Ia menyebut saldo tabungannya dari kemarin hanya ada sebelas ribu rupiah. Dia dan kawan-kawannya sesama pengemudi ojek online, curhat belum dapat bantuan tunai sama sekali dari pemerintah. "BLT buat pekerja no formal itu hanya rame di media," katanya.
Selain Ibu Iis, kondisi serupa juga dirasakan Ibu Fitria, yang sehari-hari berjualan nasi dan lauk-pauk menggunakan mobil pick up di pinggir jalan.
Sebagian besar pelanggannya orang kantoran, yang akibat PSBB dan peraturan Work From Home (WFH) membuat dagangannya sepi pembeli karena banyak pelanggan tidak masuk kerja.
Menanggapi keluhan tersebut, Bamsoet mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, ibu Iis dan ibu Fitria tetap mencari nafkah, karena mereka mengaku belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah provinsi.
Sementara, bantuan berupa sembako tak mencukupi kebutuhan harian. Karenanya harus tetap memeras keringat alias bekerja.
"Ironis, di tengah keharusan warga berdiam diri di rumah, himpitan ekonomi malah datang menghampiri. Sementara bantuan yang merupakan hak mereka sebagai warga negara, tak bisa menutupi beban kehidupan," kata Bamsoet.
Ketua MPR mendorong pemerintah pusat hingga daerah agar menggelontorkan berbagai program bantuan sosial dengan pengawasan yang benar supaya bantuan tersebut tepat sasaran. Serta mengajak kalangan warga membangun semangat gotong-royong saling bahu membahu di tengah pandemi Covid-19. ,
"Di berbagai tempat, masih banyak ibu Iis dan ibu Fitria lainnya, para perempuan tangguh yang tengah berjuang melawan Covid-19 sekaligus melawan himpitan ekonomi. Sekaranglah waktunya bagi kalangan kelas menengah dan atas untuk mengubur rasa individualistik dan egoisme. Tunjukkan empati sosial dan kebangsaan dengan menyalurkan berbagai bantuan. Sedikit yang kita beri, akan berarti banyak bagi mereka yang membutuhkan," ujar Bamsoet.