Ohooiii...! Ternyata, Obama Takut Disunat
Kisah soal Barack Husein Obama tak selesai setelah sang tokoh tak lagi jadi presiden AS. Tapi, bagi orang Betawi Obama mempunyai kesan tersendiri.
Tokoh lelucon kita, Amrin Pembolos, kali ini akan berkisah soal Obama. Ya, biasa, selalu orang beken mendapat perhatian khusus. Begini:
Bulan Agustus tahun lalu, aku dapat rezeki besar. Rp30 juta masuk kantong. Komisi hasil makelarin tanah pak Haji Uding di Empang Tiga, Pasar Minggu Jakarta. Karena itu duit cipratan, aku pun berpikir gampang untuk menghabiskannya. Ah, daripada puyeng mikir suksesi 2024 -- karena saat ini telah bermunculan tokoh yang hendak maju capres -- mending jalan-jalan ke Amerika.
Pilihanku pingin lihat kota Washington DC. Mengapa Washington? Karena kota ini adalah pusat pemerintahan negeri super kuat. Disamping itu, barangkali saja ketemu Obama yang lagi getol unjuk diri.
Menuju Washington DC
Rencana perjalananku sudah mantap, besok paginya aku ke USA Embassy di Jalan Merdeka Selatan. Alhamdullilah, setelah diinterview jam 3 sore visa turisku keluar. Besoknya lagi, pesan tiket dan 5 hari kemudian aku take off dengan Singapore Airlines dari Bandara Soekarno-Hatta, straight ke Washington.
Dari kota tua inilah, miracle itu datang. Tanpa sengaja aku ketemu adik tiri Barrack Hussein Obama, Maya Soetoro di sebuah kafe bernuansa Hispanik. Sosok Maya memang famous, karena sering muncul di media massa. Singkat cerita aku pun memperkenalkan diri dari Indonesia, "Hi Maya, I am Amrin Pembolos from Indonesia."
"Hey, glad to meet u Mrin," seru Maya. Hebat, suasana pun langsung jadi akrab. Dari wajah memang aku sudah bisa tebak, karakter Maya gampang akrab dengan siapa saja. Kami pun bertukar pikiran sedikit tentang situasi politik di Indonesia dan peluang Obama menggapai kursi presiden Amerika. Baru sekitar setengah jam ngobrol, tiba-tiba ada suara berat dari belakang menyapa,"Maya, sorry...too late!"
Karena terkejut, aku pun menoleh ke belakang. Wow, ini kan Obama (aku ngomong sendiri). Singkat cerita lagi, kami bertiga aku, Obama dan Maya, makin akrab.
Pada satu momen tertentu aku bertanya pada Obama, "Barry --panggilan akrab keluarganya untuk Obama -- kehebatan retorika anda selain bakat, apakah anda pernah dilatih khusus pidato?"
"Ha...ha...whuahahahah...whuahaahah...whuahahaha (busyet deh, mulut Obama yang besar itu menganga lebar. Dagunya memanjang, matanya memerah, menyipit dan berair. Perutnya yang rata pun bergetar dan bergoyang kencang)," Dia tertawa terbahak-bahak, gelinya minta ampun. Sampai-sampai capres Amerika yang lahir 4 Agustus 1961 itu, ke toilet mencuci muka, karena ilernya kemana-mana.
Dari toilet, dia menghampiri aku dan berkata setengah suara. Seperti berbisik sambil menepuk kuat bahu aku. "Hey Bung! Aku banyak belajar retorika dari SBY. Dia itu mahir memainkan kata-kata. Dia itu orator hebat! Pokoknya, Mrin (Obama sok akrab sama aku), pemimpin di negeri kamu rata-rata jago pidato."
Aku pun sok akrab,"Oba, if u want...kamu bisa nyapres di Jakarta!"
"Ogah ah! (Syet dah, dia bisa bilang 'ogah') Aku mesti sunat dulu dong..."
"Ha ha ha... Eh, ngomong-ngomong apakah Ahok juga takut disunat ya seperti Obama?"
Advertisement