Obituari di Masa Pandemi
Oleh; Najib Azca
Tuhanku,
dalam termangu
aku masih menyebut namaMu
Hari-hari ini, di tengah riuh-sunyi pandemi corona, banyak yang mengetuk di pintuNya.
Pagi ini, sekitar pukul 3 jelang subuh, sahabatku Dr. Ir. Aji Hermawan, dosen IPB dan aktivis NU, mengetuk pintuNya. Ia kembali ke haribaan rahmatMu, ya Allah. Semoga sahabat Aji damai di sisiMu. Semoga khusnul khatimah.
Kemarin dini hari giliran berpulang itu dialami guru kami Prof. Iwan Dwiprahasto, Guru Besar di Fakultas Kedokteran UGM. Farmakolog terkemuka itu mantan Wakil Rektor pada saat Rektor UGM dijabat Prof. Pratikno. Beliau sosok santun dan ramah yang telah mengabdikan ilmunya di jalan kemanusiaan. Doa kami juga untuk beliau semoga khusnul khatimah, damai abadi di sisiMu.
Berbeda dengan Prof. Iwan yang baru kukenal baik pada saat menjadi Wakil Dekan di Fisipol UGM (2012-2016), hubunganku dengan Mas Aji jauh lebih panjang. Kami teman seangkatan tahun1986 di SMAN 1 Pekalongan. Dia asal Warung Asem Batang, sedang aku aseli Kauman Pekalongan. Dia di kelas IPA2 sedang aku di IPA1. Beda lain yang penting: dia siswa pintar sedang aku cuma siswa pas-pasan hehe.
Karena itulah setelah lulus SMA dia diterima tanpa tes lewat jalur PMDK di IPB, sedang aku setahun menggelandang tanpa kampus. Baru diterima kuliah di Sosiologi UGM tahun 1987 lewat jalur tes seleksi. Kami baru bertemu lagi saat akhirnya aku menjadi dosen di UGM sedang dia menjadi dosen di IPB. Saat ini Aji menjabat sebagai Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) setelah sebelumnya sempat menjadi Wakil Dekan Sekolah Bisnis di IPB.
Selain menjadi dosen IPB, Mas Aji juga banyak berkhidmah di jamaah Nahdlatul Ulama (NU). Pada saat menempuh studi S3 di Manchaster Business School, dia sempat menjadi Ketua PCNU Istimewa Inggris Raya. Ia juga sempat menjadi Wakil Sekjen PBNU periode 2010-2015.
Perjumpaan terakhir kami yang sempat diabadikan terjadi pada saat acara pengukuhan guru besar Rektor IPB Prof. Arif Satria pada 11 Januari 2020 di Kampus Dermaga Bogor. Datang bersama istri, kami terlambat tiba di lokasi acara. Mas Aji yang bertindak sebagai panitia penerima tamu menjemput kami di pintu depan mengantar kami naik ke auditorium yang terletak di lantai atas. Kami juga sempat berfoto besama di menggunakan kamera HPnya (terlampir).
Kami bertemu lagi saat takziyah dan mensholatkan jenazah Dr. Chusnul Ccq, kakak iparku yang juga dosen IPB, di masjid dekat rumahnya, 7 Maret 2020. Namun seusai pemakaman dia berpamit pergi ke acara lain di kampus IPB. Kami tak sempat berbincang panjang, juga belum sempat mampir ke rumahnya.
Di saat heboh pandemi corona seperti saat ini, sebagai Kepala LPPM IPB tentu dia sangat sibuk bekerja keras mencegah wabah menyebar di kampus dan di masyarakat sekitarnya. Beberapa waktu lalu dia bersama Rektor IPB bertemu dengan Wapres KH. Ma'ruf Amin di Istana. Saya sempat dikirimi seorang teman yang bekerja di Istana Wapres fotonya. Lima hari sebelum wafat, Aji mengeluh sakit tipus dan dirawat intensif di RS Hermina Bogor. Dia sempat dites Covid19 tapi hasilnya belum keluar.
Lalu pagi ini dia mengetuk pintuNya. Ia berpulang menuju keabadian. Selamat jalan sobat. Sampai jumpa lagi di "sana".
Lalu aku teringat bait-bait indah puisi Chairil Anwar berjudul "Doa".
Tuhanku,
dalam termangu
aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingatMu penuh seluruh
CayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tak bisa berpaling
*Najib Azca, sosiolog dan dosen di UGM Yogyakarta.
Advertisement