Obesitas Informasi, Soal Vaksin Masyarakat Terpedaya Hoaks
Prof. Alimatul Qibtiyah mengatakan, pada era post truth dengan obesitas informasi yang tinggi, sebagian masyarakat mengalami kesulitan untuk membedakan akurat tidaknya sebuah informasi.
Menurut anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, terkait dengan vaksinasi sebagai cara untuk menekan laju penyebaran virus covid-19, setidaknya ada 26 persen masyarakat yang tidak percaya.
"Meski tergolong sedikit, tapi jika yang 26 persen tersebut adalah orang-orang yang vocal dan popular di media sosial, hal tersebut bisa mengagalkan iktiar untuk mengakhiri pandemik," kata Alimatul Qibtiyah, dalam keterangan Minggu 17 Januari 2021.
Selain itu, terkait dengan penerimaan masyarakat terhadap vaksin juga erat kaitannya dengan polarisasi politik yang sangat kuat dan mempengaruhi cara berfikir yang penuh kecurigaan. Hal ini yang menurut Prof. Alimatul Qibtiyah sebagai batu sandungan yang serius dalam relasi sosial masyarakat.
“Selama enam bulan pertama jumlah hoak covid sangat tinggi, sangat banyak. Data dari Mafindo, hoax kesehatan mencapai 519 atau 56 persen dari total 926 hoak selama enam bulan,” ungkapnya pada saat memberikan materi dalam acara Seminar yang diadakan PW ‘Aisyiyah Kalimantan Barat.
Jumlah hoaks kesehatan meningkat dari tahun 2019 yang hanya berjumlah 86 atau 7 persen dari total hoax dalam setahun yang mencapai 1221. Tidak bisa dipungkiri merebaknya virus covid-19 seiring sejalan dengan gelombang hoak kesehatan yang tinggi. Hoak covid juga diboncengi dengan aneka tema seperti agama, politik, dan SARA.