Obat Oseltamivir Tak Lagi Standar Perawatan Covid-19
Obat Oseltamivir sempat kosong di apotek hingga toko obat. Gara-garanya, obat tersebut diborong untuk orang yang positif Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri atau isoman. Dahulu saat ramai flu burung dan flu babi, obat Oseltamivir sempat populer dengan merek dagangnya, Tamifu.
Sebagai informasi, obat Oseltamivir adalah obat antivral yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan influenza atau flu tipe A dan B. Obat ini menghambat neuroamidase yang dibutuhkan oleh virus flu untuk bereplikasi. Pada Covid-19, obat Oseltamivir diberikan secara empiris pada awal masa pandemi karena sulitnya membedakan gejala Covid-19 dengan infeksi flu.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memberikan peringatan terkait penggunaan obat Oseltamivir pada pengidap gangguan fungsi ginjal, wanita hamil, dan menyusui. Sebab, beberapa efek samping obat Oseltamivir adalah nausea, muntah, sakit perut, dispepsia, diare, sakit kepala, lelah, insomnia, pusing, conjungtivitis, epistaksis, ruam, jarang reaksi hipersensitif, sangat jarang hepatitis hingga sindroma Steven-Johnson.
Oseltamivir Tak Lagi Standar Pengobatan Covid-19
Kini, aturan standar perawatan Covid-19 yang mencantumkan obat ini telah direvisi. Dalam Revisi Protokol Tata Laksana Covid-19, lima organisasi profesi kedokteran tak lagi memasukkan obat ini dalam standar perawatan pasien Covid-19.
Mereka terdiri dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ketua PAPDI DR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, yang juga turut serta dalam penyusunan Revisi Protokol Tata Laksana Covid-19 mengatakan kedua obat ini, sebenarnya masih dipergunakan, hanya saja dimasukkan sebagai terapi tambahan.
Kinerja Obat Oseltamivir
Cara kerja obat Oseltamivir adalah menghambat enzim neuraminidase. Enzim tersebut memang ada dalam virus influeza, tetapi tidak ada dalam SARSCov-2, virus penyebab Covid-19. Di awal pandemi, karena pengetahuan mengenai Covid-19 ini belum cukup memadai, para ahli masih belum bisa memastikan apakah Covid-19 ini termasuk jenis flu atau bukan. Seiring perkembangan penyakit, kemudian diketahui bahwa Covid-19 bukan jenis flu. Oleh karena itu, dalam panduan terapi terbaru, oseltamivir hanya diberikan bila ditemukan gejala influenza.
Gejala Flu yang Bisa Diatasi dengan Obat Oseltamivir
Konsumsi obat Oseltamivir tak bisa sembarangan atau tanpa resep dokter. Obat ini hanya digunakan sebagai terapi pencegahan flu, terutama jika memiliki kontak dengan seseorang yang terjangkit flu bergejala hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, demam, menggigil, nyeri, kelelahan.
Selain itu, obat oseltamivir juga bisa mempersingkat waktu pemulihan dalam 1-2 hari. Obat akan bekerja secara maksimal jika diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala-gejala flu pertama kali dirasakan.
Interaksi Oseltamivir dengan Obat Lain
Hindari konsumsi obat Oseltamivir bersama dengan pemberian vaksin influenza, karena berpotensi menghambat vaksin influenza, atau berikan jeda minimal dua hari setelah mengakhiri konsumsi oseltamivir sebelum vaksin influenza diberikan.
Obat yang tak boleh dikonsumsi bersama dengan oseltamivir adalah Amoxicillin, karena dapat menurunkan efektivitas dari kedua obat yang dikonsumsi. Lalu, obat Probenecid karena membantu meningkatkan kadar oseltamivir dalam darah.
Konsumsi Obat Berdasarkan Resep Dokter
Konsumsi obat Oseltamivir hanya bisa dilakukan berdasarkan resep dokter atau melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Untuk itu, sebelum konsumsi Oseltamivir, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Jangan mengkonsumsi Oseltamivir jika memiliki alergi pada obat ini.
2. Oseltamivir bukan terapi untuk menggatikan vaksin flu, karena pemberian vaksin influenza lebih diutamakan sebagai pencegahan terhadap flu.
3. Harap berhati-hati bila konsumsi Oseltamivir jika memiliki riwayat penyakit, seperti berikut jantung, liver, gangguan fungsi ginjal, gangguan saluran pernapasan, penyakit paru-paru kronis, kondisi yang dapat menyebabkan pembengkakan atau kelainan pada otak, adanya gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan metabolisme gula, sindrome steve-johnson, baru saja mendapatkan vaksin flu hidung kurang dari dua minggu.
Konsultasikan dengan dokter bila sedang menggunakan obat lain, atau sedang merencanakan progrma kehamilan. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah konsumsi oseltamivir, sebaiknya berobat ke dokter.
Dosis Obat Oseltamivir
Obat Oseltamivir tersedia dalam bentuk kapsul dan bubuk yang bisa dikonsumsi lewat oral. Untuk mengobati influenza, oseltamivir diminum sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari. Untuk itu mengapa pentng berkonsultasi dengan dokter karena dokter akan memberikan resep atau takaran dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien.
Oseltamivir diminum setelah makan, jika tidak maka akan menimbulkan sakit perut. Mirip dengan antibiotik, dosis oseltamivir yang telah diberikan oleh dokter harus diminum sampai habis walaupun Anda sudah merasa lebih baik. Tidak menghabiskan obat atau terlewat meminum salah satu dosis obat bisa jadi membuat obat tidak bekerja dengan maksimal.
Tentunya pilihan penggunaan antivirus ini harus sesuai dengan petunjuk dokter. Setiap pasien Covid-19 bergejala ringan juga tidak selalu mendapat antivirus, bergantung pada kondisi klinis pasien dan diagnosis dokter.
Advertisement