Nyawa Jadi Taruhan
Puluhan orang tewas akibat miras oplosan. Korban terbanyak ada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sudah 45 orang mati sia-sia akibat racikan maut itu.
Kasus keracunan minuman keras (miras) masih menjadi perbincangan. Bahkan Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena banyaknya korban.
Kejadian ini mengingatkan kembali betapa bahayanya konsumsi miras oplosan bagi kesehatan tubuh. Dampak terburuknya, seseorang bisa saja meninggal karena keracunan.
Namun meski tidak meninggal karena keracunan pun, konsumsi miras oplosan tetap memiliki bahaya bagi tubuh. Entah bahan apa saja yang terkandung dalam racikannya.
Miras oplosan itu dikemas dalam botol air mineral. Warnanya bening, mirip air biasa. Saat tutupnya dibuka, aroma asam bercampur manis menyeruak kuat, bisa membuat puyeng siapapun yang menghirupnya dalam waktu lama. Yang pasti ada alkohol atau methanol berkadar tinggi, bahkan biasa di atas 90 persen.
Biar enak dicampur soda manis dan minuman berenergi cair atau bubuk. Dan, supaya efeknya mantap, bahan-bahan tak biasa ditambahkan, yakni obat nyamuk, obat tetes mata, obat kuat bahkan spirtus. Pokoknya apa saja, campur aduk, yang penting mabuk.
Tak hanya disamarkan seperti air mineral kemasan, racikan maut miras oplosan juga dibungkus dalam plastik. Warna cairannya yang coklat membuat tampilannya mirip ‘es teh’. Harganya pun murah meriah.
Konsumsi miras oplosan bahaya bagi tubuh
1 Mengacaukan sistem syaraf
Konsumsi minuman keras yang dijual legal saja sudah bisa membuat sistem saraf melemah, apalagi miras oplosan yang kandungan alkoholnya melebihi batas normal.
Alkohol memiliki fungsi menekan respons sistem saraf pusat. Hal inilah yang membuat seseorang sulit berpikir jernih, bicara, bahkan berjalan dan menggerakkan badan ketika mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak.
2 Resiko jantung
Dampak alkohol pada jantung tidak main-main. Konsumsi alkohol bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, yang bisa berujung pada denyut jantung abnormal.
Dalam jangka panjang, konsumsi alkohol bisa menyebabkan jantung membengkak, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan gagal jantung.
3 Penyakit liver
Bahaya alkohol untuk liver sudah diketahui secara umum. Penyakit liver seperti pengerasan hati (sirosis), infeksi liver (hepatitis), bahkan kanker liver bisa disebabkan oleh konsumsi miras oplosan dan alkohol yang berlebihan.
Penyakit liver yang disebabkan oleh alkohol biasanya sulit diketahui saat masih dalam tahap awal. Namun ketika sudah stadium lanjut, penyakit liver karena alkohol bisa ditandai dengan nyeri perut, mual, hingga muntah.
4 Otak
Bukan hanya sistem saraf, konsumsi miras oplosan juga bisa memengaruhi otak. Para pecandu alkohol diketahui memiliki koordinasi tubuh yang buruk, senang mengambil keputusan berisiko, hingga penurunan fungsi memori dan kognitif.
Dalam jangka panjang, orang yang sering mengonsumsi alkohol juga berisiko lebih tinggi mengalami demensia hingga penyempitan pembuluh darah yang berujung pada stroke.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Mahdi Jufri menjelaskan saat diminum dan bercampur dengan darah, miras oplosan teroksidasi menjadi bentuk aldehid. Sehingga, oksidasi kimianya menjadi metanal.
“Dampak paling buruk adalah menimbulkan kematian apabila meminumnya secara banyak atau overdosis,” jelasnya.
Mahdi mengungkapkan, meminum di atas 50 ml atau satu gelas kecil saja sudah menimbulkan efek mematikan.
“Jika sudah diminum itu mengandung racun, toksik atau racunnya itu dari kebutaan hingga kematian. Di atas 50 ml itu sudah berbahaya. Sebab itu kan dicampur dengan spiritus,” tegasnya.
Spiritus merupakan bahan kimia berbahaya jika diminum. Dulu spiritus digunakan sebagai bahan bakar lampu pijar. Dan kini masih dipakai untuk bahan bakar memasak masakan katering.
“Spiritus itu sangat berbahaya, makanya untuk menegaskan itu bahaya pemerintah memberikan warna biru. Jadi agar jangan diminum,” kata Mahdi.
Bahkan hanya dalam hitungan jam, lanjut Mahdi, nyawa peminum miras oplosan bisa terancam. “Jika sudah diminum, maka korban harus langsung dilarikan ke rumah sakit agar lambungnya dicuci atau dikuras dari berbagai racun,” terangnya.
Meski selamat dari maut, belum tentu bebas dari resiko. Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Teddy Hidayat mengatakan, miras oplosan menyebabkan kerusakan fungsi syaraf secara irreversible atau tidak bisa dikembalikan seperti semula.
“Misalnya sudah minum oplosan, buta, maka akan buta permanen selama hidup. Kalau yang kena otak, ya tidak akan berfungsi salah satu syaraf di otak. Kalau keracunannya lebih hebat, ya meninggal,” beber Teddy dilansir dari Antara.
Fase Menyakitkan Korban Miras Oplosan
Sementara itu, Kepala Dinas Sumberdaya Kesehatan Dinkes Jabar, Ismirni mengatakan tanda-tanda orang dengan keracunan methanol terbagi ke dalam empat fase.
Fase pertama adalah penekanan sistem syaraf pusat terjadi 30 menit sampai 2 jam setelah minum miras bermetanol.
Fase berikutnya, tanpa gejala dengan durasi 48 jam setelah minum menunjukkan tanda-tanda keracunan. “Alkohol ini ada yang bisa ditoleransi tubuh, sehingga wajar ada yang langsung meninggal, ada yang dua hari kemudian baru meninggal,” jelasnya.
Fase ketiga, yaitu pasien menunjukkan gejala muntah, mual, pusing dan pandangan kabur. Pada fase inilah korban bisa diambil darah untuk kemudian dicek kandungan methanol dalam tubuh.
“Pada fase ketiga ini di mana terjadi asidosis metabolic berat, biasanya terjadi sudah melebihi dua hari. Methanol sudah dimetabolisir menjadi asam format,” tutur Ismirni.
Teakhir, fase keempat adalah tahapan di mana seseorang yang mengkonsumsi miras oplosan mengandung metanol mengalami toksisitas pada mata diikuti kebutaan hingga berujung kematian. (*)