Nyaris tak Sanggup Bayar Tagihan Listrik, Ini Kisah Bung Hatta
Ini kisah di masa awal tahun 1961. Ketika itu Bung Karno masih berjaya. Si Bung selalu teriak "jangan lupakan sejarah". Tapi mungkin saking sibuknya, Bung Karno lupa seorang sahabat yang sempat nyaris tak bisa membayar listrik.
Kisah bung Hatta pasca-mundur dari jabatan wakil presiden mungkin sudah banyak yang mahfum. Bertebaran kisah jujurnya. Namun, jarang orang tahu bahwa Bung Hatta bahkan sempat geram karena merasa tak "dihargai" sebagai mantan pejabat.
Bung Hatta bukan orang kaya. Gajinya sebagai wakil presiden selalu habis digunakan untuk membeli buku. Dia juga tidak pernah mau main ambil uang yang bukan haknya. Hatta pernah menyuruh asistennya mengembalikan dana taktis wakil presiden sebesar Rp25 ribu.
Padahal jika tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Dana taktis itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Tapi Hatta orang jujur yang punya kehormatan.
Bung Hatta, istri dan tiga anaknya tinggal di Jl Diponegoro 57 Jakarta. Bung Hatta menolak semua jabatan komisaris baik dari perusahaan nasional maupun perusahaan asing. Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu.
Seperti diketahui, jabatan komisaris perusahaan ini biasanya merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Bung Hatta menolak.
Bung Hatta mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Bung Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya. Istri Hatta, Rachmi Rahim tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.
Yang paling menyedihkan soal perlakuan bangsa ini pada Bung Hatta mungkin bukan kisah sepatu Bally yang tak juga kunjung mampu membelinya.
Tapi saat tagihan listrik dan air yang luar biasa "mencekik" buat bung Hatta yang tak punya penghasilan lain selain mengajar...
Bung Hatta bahkan menulis surat meminta perhatian pemerintah Bung Karno saat itu bagaimana ia kesulitan membayar biaya listrik dan air yang nyaris tak sanggup dia bayar! Dan Bung Hatta menulis surat itu karena beliau kasihan pada sang Istri Bu Rachmi yang walau tak mengeluh namun bung Hatta mendengar dari para koleganya bahwa bu Rachmi sering menjual barang berharga milik nya hanya untuk membayar tagihan rumah mereka....
Hanya demi sang istri lah bung Hatta menulis pada pemerintah saat itu.
"Apakah bukan suatu hal yang janggal, yang sebenarnya menghina Republik Indonesia, bahwa biaya listrik dan gas saja belum lagi terhitung rekening air sudah lebih tinggi dari pensiun yang dibayarkan pemerintah kepada seorang bekas wapres dan Perdana Menteri?"....
Itu surat kedua bung Hatta pada Pemerintah ere Bung Karno memimpin yang kedua surat itu tak pernah di tanggapi oleh "Pemerintah!!".....
Konon saat mengetahui suaminya menulis surat itu, bu Rachmi Hatta menangis lalu ia menyabarkan sang suami dengan berujar bahwa mereka pernah mengalami hal yang lebih pahit dari ini, lalu tagihan listrik dan air itu di bayar bu Rachmi dengan menjual beberapa barang berharga miliknya....
*) Sekelumit pengorbanan bu Rachmi Hatta. Dikutip dari tulisan Beny Rusmawan.