Nyaris Eri Cahyadi/Armuji vs Machfud Arifin/Arif Afandi
Pilkada Surabaya 9 Desember bakal seru. Kedua pasangan yang akan bersaing boleh dikatakan seimbang. Antara pasangan Eri Cahyadi/Armuji melawan Machfud Arifin/Mujiaman Sukirno. Mulai Jumat besok hingga hari Minggu, kedua pasangan ini sudah bisa mendaftarkan diri di KPUD Surabaya.
Pasangan Eri/Armuji muncul pada injury time, dua hari sebelum pendaftaran pasangan calon dibuka. Bukan terlambat, tetapi ditunda-tunda, tentu dengan resiko kurang totalnya sosialisasi pasangan yang diusung PDI Perjuangan ini.
Sementara pasangan Machfud Arifin/Mujiaman Sukirno telah start lebih dahulu, meskipun munculnya nama Mujiaman sebagai pasangan Machfud Arifin juga baru belakangan, dan mengejutkan, karena nama Dirut PDAM Surabaya juga kurang akrab di telinga sebagian besar warga Kota Surabaya.
Tapi sebenarnya sekitar dua bulan sebelumnya, Machfud Arifin telah memilih dan menentukan orang yang diharap bersedia mendampinginya. Dia adalah Arif Afandi, yang pada periode 2005-2010 mendampingi Bambang Dwi Hartono memimpin Kota Surabaya.
Hari Minggu tanggal 16 Agustus, pagi hari, Machfud Arifin didampingi Dahlan Iskan dan Miratul Mukminin atau Gus Amik yang jadi ketua tim pemenangan Machfud Arifin, berkunjung ke kediaman Arif Afandi, sekaligus melamarnya. Arif tidak langsung menjawab, tetapi minta ijin membahasnya lebih dahulu dengan keluarganya. Dan ketika lamaran Machfud Arifin itu didiskusikan secara internal dengan istri dan keempat anaknya, akhirnya diputuskan untuk tidak menerima pinangan itu, tentu dengan beberapa alasan.
Pada masa sekarang, ketika politik bukan hanya menjadi panglima tetapi politik sudah jadi penguasa, pertimbangan keluarga semacam yang diperlukan Arif Afandi ini termasuk hal langka. Seandainya pertimbangan dari keluarga tidak diperlukan, bisa jadi pada pilkada serentak bulan Desember nanti pasangan yang akan bertarung di Surabaya adalah Eri Cahyadi/Armuji melawan Machfud Arifin/Arif Afandi, bukan Eri Cahyadi/Armuji melawan Machfud Arifin/Mujiaman Sukirno.
Tapi inilah takdir politik untuk Kota Surabaya. Eri/Armuji akhirnya akan bertarung melawan Machfud/Mujiaman. Persaingan antara kedua pasangan ini tentu akan lebih berkualitas dibanding Pilkada sebelumnya, tahun 2015, antara pasangan Tri Rismaharini/Whisnu Sakti Buana melawan pasangan Rasiyo/Lucy Kurniasari.
Pada Pilkada 2015 pasangan Risma/Whisnu yang diusung sendirian oleh PDI Perjuangan, menang mutlak, 86,34 persen atas Rasiyo/Lucy yang didukung Partai Demokrat dan PAN. Konon, pasangan Rasiyo/Lucy dipasang memang sebagai pengganti kotak kosong.
Untuk Pilkada Surabaya Desember mendatang, Machfud Arifin/Mujiaman Sukirno didukung delapan partai, masing-masing Golkar, PKB, PKS, Gerindra, NasDem, Demokrat, PAN, dan PPP. Sedang PDI Perjuangan, sebagaimana pada Pilkada 2015, sendirian mengusung Eri Cahyadi/Armuji.
Berdasarkan jumlah kursi partai pendukung di DPRD Kota Surabaya, pasangan Machfud/Mujiaman akan didukung 26 kursi, melawan Eri/Armuji yang didukung 15 kursi. Perbandingan kursi yang dimiliki partai pendukung ini tentu tidak mutlak menjadi perbandingan suara yang akan diperoleh kedua pasangan pada Desember nanti.
Tetapi setidaknya berangkat dari perbandingan jumlah kursi yang dimiliki partai pendukung itu, hitung-hitungan yang lebih njlimet lagi bisa dimulai, tentu dengan memperhitungkan juga kekuatan logistik masing-masing pasangan.
Dulu, di Indonesia, politik adalah bagian dari kebudayaan. Tapi kemudian ada pergeseran, sekarang politik telah menjadi bagian dari perdagangan. (m.anis)