Nyai Lilik Diramal 2 Kiai Linuwih, Bakal Setia Dampingi Gus Miek
Meninggalnya Nyai Lilik Suyati menyisakan misteri. Banyak orang bertanya, soal kesabaran pendamping setia Gus Miek (KH Hamim Djazuli) ini. Baik selama mendampingi Gus Miek, maupun setelah ditinggal wafat sang Waliyullah hingga menjadi singe parent dalam membesarkan keenam putra-putri Gus Miek.
“Kok bisa ya, seorang gadis kota yang tak pernah bersentuhan dengan dunia pesantren, hingga tahan bantingan seperti itu?,” tutur Hidayatullah, seorang santri dari Sidoarjo.
Nyai Lilik Suyati menghadap ke Rahmatullah pada Minggu, 6 Oktober 2019. Sedang Gus Miek, yang dilahirkan pada 1940, wafat lebih dulu, pada 1993.
Gus Miek dan Nyai Lilik dikaruniai enam anak empat putra dan dua putri. Mereka adalah H Agus Tajjuddin Heru Cokro, H Agus Sabuth Pranoto Projo, Agus Tijani Robert Syaifunnawas, H Agus Orbar Sadewo Ahmad, Hj Tahta Alfina Pagelaran, Ning Riyadin Dannis Fatussunnah.
Memang, setelah gagal dengan pernikahan pertamanya, Gus Miek menikah lagi dengan seorang gadis bernama Lilik Suyati dari Setonogedong, Kediri. Gadis yang lahir di kawasan kota Kediri ini, sama sekali tak pernah bersentuhan dengan dunia pesantren. Bahkan, nyaris kehidupannya bertolak belakang dengan pesantren.
Ketika hendak dinikahi, Gus Miek menyampaikan niatnya itu pada Kiai Djazuli dan Nya Radliyah. Kedua orangtua Gus Miek yang pendiri Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri tentu saja tidak setuju, mengingat sang gadis sama sekali tidak mengerti dan memahami masalah-masalah Islam dalam kehidupannya.
Proses menuju pernikahan kedua insan saling mencintai ini berlangsung cukup lama. Suatu ketika, Mbah Kiai Dalhar dari Watucongol, Gunung Pring, Magelang justru memberikan kesaksian bahwa gadis pujaan Gus Miek itu, sudah tepat untuk dipersunting. Kiai Dalhar memang dikenal sebagai ulama yang mempunyai daya terawang ke masa depan. Tak heran, masyarakat pun mengenal Mbah Kiai Dalhar sebagai Waliyullah.
Seperti dikutip akun facebook Majlis Sema'an Al-Qur'an wa Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab, yang menjadi makin mantap Kiai Djazuli dan Nyai Radliyah memberikan restu pada Gus Miek, ada ulama yang berpendapat sama. Dialah Mbah Kiai Mundzir Bandar Kediri.
Dalam dunia pesantren dikenal pemahaman: "hanya Wali yang bisa mengenal dan memahami dunia kewalian".
Menurut Mbah Kiai Dalhar dan Mbah Kiai Mundzir, yang dikenal sebagai kiai linuwih (tahu sebelum kejadian) hanya gadis itulah yang akan sanggup mendampingi Gus Miek. Dua kiai ini bahkan, setelah wafatnya, dikenal sebagai Wali yang tetap diziarahi umat Islam untuk berharap berkahnya.
“Dia akan sanggup bertahan dan bersabar dengan lingkungan, orang-orang dan tokoh-tokoh di sekitar Gus Miek dan juga dengan cara berdakwahnya,” tutur sang Waliyullah.
Akhirnya, pernikahan keduanya berlangsung. Awal berumah tangga, berbagai macam persoalan mulai muncul. Gus Miek yang tetap dengan kebiasaan sebelumnya, sering keluar rumah berhari-hari untuk berdakwah di tempat perjudian, tempat mabuk-mabukan hingga lokalisasi pelacuran.
Sedangkan Lilik Suyati, seorang gadis kota yang asing dengan dunia pengajian dan pesantren. Dia terbiasa hidup dengan keramaian kota. Belum lagi sikap dari keluarga Pesantren Ploso, yang belum bisa menerima kehadirannya.
Akan tetapi, sekali lagi Gus Miek membuat heran orang-orang di sekitarnya. Keluarga Pesantren Ploso yang semula ragu dengan pernikahan Gus Miek pun akhirnya jadi kagum. Begitu Bu Nyai Lilik Suyati diboyong ke Pesantren Ploso, Bu Nyai Lilik berubah total. Kebiasaanya sebagai gadis kota laksana hilang, berganti seperti layaknya seorang gadis pondok.
Bu Nyai Lilik tidak pernah keluar tanpa seizin Gus Miek. Kebiasaannya berdandan tetap berlanjut. Itu pun hanya ditujukan untuk menemani Gus Miek. Hingga dikarunia putra dan putri, Bu Nyai Lilik tetap bersabar dan setia meski jarang dijenguk sang suami.
Berminggu-minggu, hingga berbulan bulan ditinggal Gus Miek berdakwah di luar rumah, meski tanpa memberi kabar. Bu Nyai tetap setia dan percaya dengan kehidupan Gus Miek di luar rumah.
“Mugi-mugi Nyai Miek arwahipun dipun terami Allah subhanahu wa ta'ala. (Semoga arwah Nyai Miek diterima di sisi Allah s.w.t.). Bibarokati Sema'an Al-Qur'an wa Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab. Amin ya rabal alaminnn,” doa itulah yang tak lepas dipanjarkan para santri Gus Miek dan penganut ajaran-ajaran Gus Miek.
Alfatihah.