NU Peduli Lombok, Begini Penanganan untuk Difabel dan Usia Lanjut
Tim Kemanusiaan PWNU Jawa Timur, yang telah menurunkan tim ke lokasi korban bencana di Lombok, telah mendapat dukungan penuh dari PBNU Jatim. Baik dalam kaitan pengumpulan bantuan, hingga pendistribusian ke lokasi bencana.
Menurut Sururi Arumbani, Tim Kemanusiaan PWNU Jatim, pihaknya menghindari adanya penumpukan sumbangan di satu lokasi. Bahkan, perlu adanya ikhtiar untuk menghindari adanya penjarahan.
“Alhamdulillah, saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana telah mendapat perhatian dari kami,” tuturnya pada ngopibareng.id, Rabu 15 Agustus.
Yang menjadi perhatian serius adanya tim Trauma Healing, yang menangani anak-anak dan mereka yang mengalami trauma. Tak ketinggalan, juga para difabel dan warga berusia lanjut.
“Alhamdulillah, saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana telah mendapat perhatian dari kami,” tutur Sururi Arumbani.
Sementara itu, di PBNU Jakarta pun telah membentuk tim NU Peduli Lombok. Dalam rapat yang diadakan dihadiri sejumlah pimpinan, seperti Andi Najmi Fuaidi (Wasekjend PBNU/Pimpinan Rapat), Aizzudin Abdurrahman (Ketua PBNU), Muhammad Sulton Fatoni (Ketua PBNU), Robikin Emhas (Ketua PBNU), Sultonul Huda (Wasekjend PBNU), Muhamad Ali Yusuf (Ketua LPBI PBNU) dan Achmad Sudrajat (Ketua Lazisnu PBNU).
Hingga saat ini, sejak beberapa hari setelah, NU Peduli Lombok, mendistribusikan bantuan di 4 wilayah pemerintah daerah NTB (3 kabupaten, 1 kota) yang tersebar di 11 kecamatan pada 23 desa/dusun.
Kabupaten Lombok Utara (1 desa dan 12 dusun di 5 kecamatan), Kabupaten Lombok Timur (2 dusun di 1 kecamatan), Kabupaten Lombok Barat (6 desa dan 1 dusun di 4 kecamatan) dan Kota Mataram (1 desa di 1 kecamatan).
Penerima Manfaat
Penerima manfaat NU Peduli Lombok adalah para pengungsi dan kelompok rentan (difabel, lanjut usia, perempuan dan anak-anak) sebanyak 4.000 jiwa yang merupakan masyarakat terdampak gempa bumi di NTB.
Adapun titik lokasi distribusi bantuan dan jenis bantuannya seperti dalam tabel.
Gempa bumi dengan kekuatan 6,4 SR telah mengguncang Nusa Tenggara Barat (NTB) pada hari Minggu, 29 Juli 2017 dan disusul dengan gempa yang lebih dahsyat pada hari Minggu, 05 Agustus 2018 karena getarannya terasa hingga Bali dan beberapa kota di Jawa Timur. Gempa susulan secara beruntun terus terjadi.
Menurut catatan BMKG, hingga 14 Agustus 2018 siang, telah terjadi 597 gempa susulan.
Gempa bumi tersebut menimbulkan dampak yang sangat besar.
Hingga kini, dilaporkan 428 orang meninggal dunia dan 1.406 orang mengalami luka-luka, dengan total pengungsi mencapai 417.529 jiwa.
Sedangkan total kerusakan yang timbulkan meliputi 71,740 rumah dan 197 fasilitas umum dan tempat ibadah.
Jumlah pengungsi yang sangat besar tersebut tersebar di banyak titik pengungsian, namun hingga saat ini belum ada catatan resmi mengenai jumlah titik pengungsian.
Adapun kerugian ekonomi akibat gempa bumi diperkirakan mencapai 5,04 triliun rupiah dengan kerusakan paling parah terjadi di Kabupaten Lombok Utara, kemudian Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Mataram.
Gubernur Nusa Tenggara Barat telah memperpanjang masa tanggap darurat bencana hingga 25 Agustus 2018 setelah sebelumnya telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 (tujuh) hari, yaitu 5 – 11 Agustus 2018. (adi)