NU-Muhammadiyah, Komitmen Ta’awun untuk Negeri
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan, Muhammadiyah ingin membangun ta’awun atau kerjasama yang lebih aktif lagi dengan berbagai komponen bangsa, termasuk Nahdlatul Ulama (NU).
“Karena ini adalah organisasi Islam yang tua dan ikut mendirikan bangsa, kami ingin hadir sebagai ummatan wasathan, umat tengahan yang tetap berkemajuan membangun keadaban. Semangat kita adalah maju bersama dan berbagi,” ujar Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 1 November 2018.
Membalas kunjungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 24 Maret 2018, rombongan PBNU dipimpin Ketua Umum Said Aqil Siroj mengunjungi PP Muhammadiyah.
“Ini semua tentang persaudaraan, kekeluargaan dan keakraban. Bahkan tadi kami menghadirkan dua hidangan Nasi Liwet Solo yang berkemajuan dan Nasi Kebuli Arab yang dinusantarakan,” celetuk Haedar Nashir.
“Karena ini adalah organisasi Islam yang tua dan ikut mendirikan bangsa, kami ingin hadir sebagai ummatan wasathan, umat tengahan yang tetap berkemajuan membangun keadaban. Semangat kita adalah maju bersama dan berbagi,” ujar Haedar Nashir.
Di tengah suasana tahun politik yang tidak ideal, Haedar menyatakan pentingnya mengutamakan kebersamaan.
“Apalagi untuk ta’awun, Muhammadiyah dan NU memiliki usaha spesifik. NU punya pesantren, Muhammadiyah punya pendidikan umum. Sekarang sudah sama-sama bergerak. Muhammadiyah punya pesantren dan NU punya pendidikan umum, NU dan Muhammadiyah adalah organisasi besar yang segala gerak-geriknya akan menjadi rujukan.
"Kami percaya semua organisasi di Indonesia punya perhatian untuk membangun negara yang damai, kendati bukan berarti tanpa masalah,” tegas Haedar.
Menanggapi Haedar, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menekankan pentingnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjaga kepribadian umat Islam Indonesia yang dikenal ramah, pemaaf, toleran, terbiasa dengan perbedaan dan menjaga persaudaraan.
“Dari dulu NU dan Muhammadiyah menjaga karakter ini. NU dan Muhammadiyah berkewajiban mengawal ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah meski tidak ada yang meminta,” ujar Said Aqil. (adi)
Advertisement