NU Mendapat Pengakuan Dunia, Ini Faktanya
Komitmen Persaudaraan Kemanusiaan yang diteken Syekh Al-Azhar Ahmad Al-Thayyeb dan Paus Fransiskus menjadi isu besar yang bergulir di dunia. Rumusan itu sudah dinyatakan oleh Nahdlatul Ulama sejak 35 tahun silam pada Muktamar NU di Situbondo, Jawa Timur. Hal inilah yang membuktikan, ajaran yang dikembangkan NU mendapat perhatian dunia.
Karenanya, Katib Am Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa Bahtsul Masail Maudluiyah yang membahas hubungan negara dan warga negara harus mengupayakan hujah diniyah yang lebih rinci dengan disertai langkah tindak lanjut sebagai upaya signifikan mewujudkan perdamaian internasional.
Dengan begitu, Gus Yahya, sapaan akrabnya, yakin bahwa "Dunia tidak akan menengok ke yang lain kecuali ke Nahdlatul Ulama," katanya di Komisi Maudluiyah, Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, Banjar, Jawa Barat, Kamis 28 Februari 2019.
"Oleh karena itu, gagasan persaudaraan yang sudah lama diajukan oleh Rais Am PBNU 1983-1991 KH Achmad Shiddiq itu sangat diperlukan dengan dalil atau hujah ilmiyahnya guna mengubah pola pikir masyarakat. Sebab, mereka masih belum sampai pada pola pikir semacam itu."
Menurutnya, Watsiqatul Insaniyah keduanya menjadi isu besar di dunia. Hal itu berpotensi menjadi jalan keluar perdamaian di tengah konflik yang terus berkecamuk di Timur Tengah dan belahan dunia lainnya karena perebutan kekuasaan.
Gus Yahya mencontohkan perang Yaman yang dinilainya sangat tidak masuk akal. Sebab, tidak ada yang bisa diperebutkan di sana kecuali kekuasaan.
"Karena tidak ada yang bisa diperebutkan karena Arab dan Iran ingin punya kuasa," ujar Pengasuh Pondok
Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Oleh karena itu, gagasan persaudaraan yang sudah lama diajukan oleh Rais Am PBNU 1983-1991 KH Achmad Shiddiq itu sangat diperlukan dengan dalil atau hujah ilmiyahnya guna mengubah pola pikir masyarakat. Sebab, mereka masih belum sampai pada pola pikir semacam itu.
"Perubahan pola pikir diperlukan di kalangan masyarakat Islam terutama di Timur Tengah," kata Gus Yahya. (adi)