NU Letakkan Telur di Banyak Keranjang
Meski pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia akan berlangsung 2024, pembahasan soal perpolitikan pasca-Presiden Joko Widodo telah marak berlangsung. Di antara yang banyak disinggung adalah eksistensi Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam moderat terbesar di Indonesia.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai saat ini NU justru lebih terkesan sangat politis. Selain itu, Adi juga menilai indra pencium NU untuk pemilu 2024 cukup kuat. Berikut catatan ringan tentang pandangan tersebut.
Nahdlatul Ulama (NU) pimpinan Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya lebih politis dibandingkan era sebelumnya. Hal itu, lantaran banyak kader NU yang menjadi kader partai politik.
ya, NU yang sekarang itu jauh lebih politis dari NU yang sebelumnya, karena sejak Gus Yahya itu bicara tentang bahwa NU tidak boleh dikaitkan dengan Pilpres, tapi kita tahu begitu banyak kader-kader NU itu terdistribusi ke begitu banyak partai politik dan itu menurut saya NU cukup politis hari ini. Itulah yang membuat saya begitu yakin, indra penciuman NU untuk 2024 cukup luar biasa.
Analognya begini: NU meletakkan telur di banyak keranjang. Jika kerancang satu pecah, masih ada keranjang lainnya. Kalau keranjangnya satunya pecah, maka ada harapan-harapan lain kemudian bisa didiseminasi sebagai kepentingan. Itulah masalah yang sebenarnya Muhaimin Iskandar (Cak Imin, Ketua Umum DPP PKB) dengan NU.
Dinamika Politik Terkini
Dinamika politik hari ini tak lebih dari kohabitasi politik, sebab belum ada yang pasti. Tapi over all bagi saya, saya ingin set back ke awal kenapa saya bilang bahwa perkongsian dan dinamika politik hari ini tidak lebih dari kohabitasi politik, karena semua ini belum ada yang pasti. Koalisi Indonesia Bersama (KIB) misalnya kalau nanti capres dan cawapresnya mereka yang tidak punya elektabilitas yang tinggi, kok rasa-rasanya ketiga partai ini akan mudah iman politiknya berubah, karena bagi mereka bukan ikut pemilu tapi untuk memang.
Soal hubungan Gerindra dan PKB. Faktanya, Gerindra dan PKB yang merasa cocok tapi tak kunjung deklarasi koalisi. Ini kok nggak deklarasi-deklarasi, pasti ada syai'un-sya'iun tidak selesai di situ. Mungkin itu yang disebut bahwa Gerindra mau dengan PKB tapi tidak mau sebagai cawapres bagi Cak Imin.
Mengenai NasDem, PKS dan Partai Demokrat, sejauh ini hubungan partai politik itu belum jelas sikap politiknya. Ataupun ketika NasDem memunculkan nama Anies Baswedan yang menjadi simpul mempertemukan antara PKS dengan Demokrat, tapi sampai sekarang nggak jelas bagaimana sikap politiknya.
*) Sumber: Disampaikan dalam diskusi 'Menuju Koalisi: Kawin Paksa Vs Sukarela' yang tayang di detikcom, Rabu 10 Agustus 2022.