NU Inggris Bergerak, Globalkan Moderasi Beragama di Britania Raya
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Inggris alias United Kingdom (UK) menyelenggarakan Konferensi Cabang pada Minggu (10 Desember 2023). Agenda ini dilangsungkan di aula KBRI London, di 30 Great Peter St, London, Inggris Raya.
Hadir puluhan kader Nahdliyin Inggris Raya dari berbagai kota, semisal London, Southampton, Warwick, Birmingham, Edinburgh, Oxford, Essex, Sheffield, serta beberapa kota lainnya. Agenda ini juga dihadiri oleh ulama asal Inggris Paul Shalahuddin Amstrong, serta DCM KBRI London Khasan Ashari, serta beberapa diplomat dan staf KBRI London, juga hadir beberapa pemuka masyarakat Indonesia di London.
Dalam Konfercab ini, PCINU United Kingdom juga mengusung tema untuk menginternasionalkan moderasi beragama. Tugas dari berbagai elemen diaspora Indonesia termasuk di Inggris Raya untuk menggemakan, menguatkan dan mentransformasikan nilai-nilai moderasi beragama khususnya dari Indonesia ke arena global.
Dalam laporannya, Ketua Panitia Konfercab Abdul Syakir menyatakan bahwa konflik kemanusiaan di Gaza adalah hal yang sangat disayangkan. Selain mengutuk aksi kejam Israel, ia meminta pemerintah RI untuk dapat terus berperan dalam mendatangkan perdamaian di sana. Dalam konteks ini, perdamaian erat kaitannya dengan bagaimana kita memperjuangkan semangat beragama yang moderat.
Tantangan Umat Islam
"Konflik di Gaza adalah tantangan nyata bagi umat Muslim dalam mempertahankan nilai-nilai bahwa Islam adalah agama damai. Buktinya kita telah berupaya terus mendoronh adanya gencatan senjata, tapi sayangnya di-veto oleh Amerika," ujar Syakir, yang bermukim di Warwick, Inggris.
Sudah saatnya, sambung Syakir, ide-ide beragama yang damai dan bersumber dari Indonesia terus tampil di dunia global dan memberikan dampak.
Menyambung konteks global yang disuarakan oleh Syakir, Ketua PCINU UK (demisioner) Shandy Adiguna menyatakan dalam sambutannya bahwa kader-kader NU di luar negeri adalah sumber daya manusia yang luar biasa untuk menyuarakan semangat Islam wasathiyah ini. Lebih dari 10 tahun tinggal di UK, diaspora Indonesia tersebut menyatakan bahwa SDM NU bisa dan harus disiapka untuk mendorong diplomasi moderasi beragama di konteks negara masing-masing, khususnya di Inggris Raya.
"Diplomasi (Islam wasathiyah) ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita diaspora, khususnya yang Muslim, wa bil khusus yang NU, untuk menjalankannya," papar Shandy.
Ia menekankan bahwa masyarakat Indonesia harus lebih optimis bahwa warna keislamannya punya dampak besar untuk dunia khususnya dalam membawa perdamaian dan kemajuan.
Dalam acara yang didukung penuh oleh Kementerian Agama RI dan KBRI London tersebut, tampil sebagai penyemangat jamaah yakni rebana ibu-ibu Muslimat NU UK. Rebana mereka, sebagai informasi, telah pernah tampil di Trafalgar Square, yang juga 'alun-alun' utama London.
Selain menyemangati, rebana Muslimat NU tersebut juga menjadi obat rindu bagi jamaah yang kangen dengan suasana keagamaan yang tradisional di Indonesia.
Transformasi nilai moderasi beragama
Mewakili Menteri Agama RI, Prof. Suyitno, Kepala Balitbang Kemenag RI hadir dan memberikan arahan dalam acara tersebut. Di hadapan jamaah dan tamu undangan dari berbagai kalangan lintas iman dan profesi, Prof Suyitno menekankan tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai kesetaraan antara manusia apapun latarnya. Sebab, baginya, banyak dari kita yang pada dasarnya tidak bisa memilih lahir dari keluarga siapa, beragama apa, dan sebagainya.
"Islam yang moderat yang kita yakini itu menjunjung kesetaraan sesama manusia meskipun berbeda agama. Ini sejalan dengan maqosid al-syariah. Dengan semangat ini, terpeliharalah agama, terpelihara jiwa, terpelihara akal, terpelihara keturunan, terpelihara harta," paparnya.
Kepala Balitbang Kemenag RI tersebut mengingatkan bahwa dengan mengimani dan mentranformasikan nilai-nilai moderasi beragama dalam berbagai sikap dan perilaku, semua isu-isu sosial dapat terjawab. Bukan hanya itu, masalah-masalah global yang pemantiknya adalah agama, jadi mudah terpecahkan.
Balitbang Kemenag RI menyambut baik acara Konfercab PCINU UK ini karena menyiarkan dan mulai menggerakkan secara global nilai-nilai moderasi beragama khususnya dari Indonesia. Ini diwujudkan dengan penandatanganan Deklarasi Moderasi Beragama oleh berbagai elemen diaspora seperti Perhimpunan Pelajar Indonesia di London, Paguyuban Merah Putih, dan berbagai tokoh senior diaspora Indonesia di UK dari berbagai agama.
Sebagai acara konferensi, Konfercab kali ini tentu mengagendakan pergantian pengurus PCINU UK. Terpilih dalam musyawarah Prof. Roman Cahaya sebagai Rais Syuriah dan Rosyid Jazuli sebagai Ketua Tanfidliyah. Kepengurusan yang baru akan memimpin dan menjalankan program-program PCINU UK selama setidaknya tiga tahun ke depan.