NU dan Muhammadiyah Harus Sentuh Kaum Milenial, Ini Alasannya
Jakarta: Kader Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Pembina Mata Air Foundation Nusron Wahid mengatakan, baik NU maupun Muhammadiyah harus mampu menyentuh kaum milenial.
"NU, Muhammadiyah harus menambah dan merambah segmen baru yaitu segmen anak muda, segmen profesional yang jauh lebih milenial terutama dalam hal supremasi nilai-nilai agama dan negara karena terjadi banyak masalah antara pandangan agama dan negara," ujar Nusron, dikutip ngopibareng.id, Kamis (9/11/2017).
Sehingga, dia mengatakan, NU harus lebih mengaktualisasikan nilai-nilainya dengan model baru.
"NU harus lebih mengaktualisasikan nilai-nilai ke-NU-annya dengan model baru, dengan model generasi milenial ke kampus, ke pelajar, dan ke kalangan profesional," ucap Nusron.
Artinya, lanjut dia, harus ada inovasi dakwah, inovasi dan transformasi gerakan yang lebih menyentuh anak-anak muda.
"(NU) harus ada inovasi dakwah, inovasi gerakannya, dan transformasi gerakan yang lebih menyentuh anak-anak muda, lebih populis, lebih ngepop, dan lebih memukau dan diterima oleh kalangan mahasiswa, kalangan pelajar, dang kalangan generasi milenial lainnyaā€¯.
Nusron Wahid
Nusron Wahid, sebelumnya mengungkapkan hal itu kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Selasa (31/10/2017). Dia menegaskan, hal tersebut tak hanya sekadar dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah, tapi juga hampir semua kelompok-kelompok Islam moderat. Kemudian, dalam menyampaikan nilainya harus dengan cara yang lebih mudah.
"Mereka harus menyampaikan lebih enteng, tidak dengan cara yang berat, bagaimana materi-materi yang berat itu bisa dikemas dengan cara yang enteng, lunak, gampang diterima, singkat padat tapi bisa memahamkan, terutama generasi-generasi FB (Facebook) dan generasi-generasi sosial media," tutur Nusron.
Ketika ditanyakan apakah dengan begitu NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya harus mengubah cara dakwahnya, Nusron membantah. Ia menegaskan, yang sudah berjalan biar saja berjalan apa adanya.
"Yang sudah berjalan biar berjalan, enggak usah kita kritisi. Tetapi harus ada ekspansi model dakwah. Kalau yang segmen masyarakat di bawah, di kampung, belum kenal sosial media, belum kenal budaya pop, dikasih model ceramah gitu ya tidak kena, itu malah ilang basis-basis konstituennya," pungkas Nusron. (adi)
Advertisement