NU Bukan Alqur'an Tua
Dalam setiap agenda politik besar seperti hajatan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta sekarang ini, NU selalu menjadi rebutan. Ormas Islam terbesar di Indonesia ini bahkan ikut repot karena tarikan politik dari berbagai arah. Tidak jarang perpecahan terjadi karenanya.
Inikah resiko ormas Islam yang besar dan punya andil besar terhadap bangsa ini? Pada usianya yang 90 tahun lebih, NU memang sudah menapaki perjalanan panjang. Ini merupakan usia yang cukup tua bagi sebuah organisasi sosial keagamaan yang didirikan para ulama 1926 ini. Lebih tua dari usia republik. Mendahului umur negara Nusantara yang baru memproklamasikan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945.
Sebagai ormas Islam yang berusia hampir seabad, tentu banyak hal telah dilalui. Kemampuannya bertahan dalam setiap tahapan sejarah bangsa Indonesia telah membuktikan NU punya ketahanan dalam menghadapi setiap perubahan dalam masyarakat. Perjalanan sejarah panjang NU selama ini telah membuktikan organisasi yang didirikan KH Hasyim Asy'ari ini tak lekang oleh zaman.
Akankah NU masih juga bisa mempertahankan kebesarannya di era perubahan yang makin cepat sekarang? Mungkinkan ia bisa berperan besar dalam mengawal warganya untuk menjaga nilai-nilai keagamaan dalam perubahan dahsyat dunia? Bagiamana ia harus menghadapi zaman global yang baru saat ini? Berbagai pertanyaan yang perlu jawaban.
Sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, kepemimpinan NU dalam hal keagamaan tentu akan terus menghadapi tantangan. Persoalan keagamaan tidak hanya soal mempertahankan cara beribadah yang berporos pada ahlu sunnah wal jamaah An-Nahdliyah. Tapi juga bagaimana nilai-nilai keagamaan kontekstual dengan perkembangan masyarakat.
Prinsip-prinsip dasar mungkin tidak boleh berubah. Namun, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari perlu dibuat kontekstual. Jamaah Yasinan, shalawatan Al-Diba’ dan Barzanji tetap penting sebagai medium syiar. Juga sebagai instrumen penjaga soliditas hubungan antar warga Nahdliyin.
Namun, bagaimana menambah isi tradisi keagamaan itu dengan tema kebutuhan sehari-hari?. Kebutuhan batiniah warga Nahdliyin tetap perlu dipenuhi oleh tradisi-tradisi keagamaan NU. Namun, kebutuhan lahiriah warga juga harus terus ditingkatkan. Menambah materi instrumen keagamaan tersebut dengan materi ekonomi, misalnya.
Dalam hal ini, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana "kejamaahan" di NU itu bermetamorfosis menjadi alat transformasi kekinian. Forum Yasinan, Dibaan, dan Barzanji tidak hanya bermakna keagamaan, tapi juga media mengangkat jamaah dalam hal kesejahteraan. Ia bisa menjadi instrumen ekonomi yang dahsyat karena berbasis jamaah yang sudah saling percaya.
Kelompok-kelompok yasinan dan shalawatan itu didorong juga menjadi kelompok kegiatan ekonomi. Mulai dari kegiatan simpan pinjam syariah sampai dengan kelompok kepemilikan saham terhadap unit bisnis. Kelompok yang berkembang di komunitas RT, RW, dan kampung itu akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang kelak bisa berjejaring satu sama lainnya.
Tentu untuk mendorong transformasi dari jamaah keagamaan menjadi jamaah keekonomian tersebut bukan pekerjaan gampang. Kegiatan ekonomi sangat berbeda dengan kegiatan sosial, apalagi gerakan politik. Ia tidak bisa instan seperti gerakan sosial dan politik. Diperlukan kesabaran berlebih untuk memulai hasil dari kegiatan ekonomi-bisnis.
Tapi hal ini bukan sesuatu yang mustahil. Jika langkah transformasi itu tidak berhasil dilakukan oleh para pemimpin NU, dikhawatirkan Ormas dengan jumlah puluhan juta orang tersebut hanya akan menjadi semacam gedung tua bersejarah yang perlu dirawat tapi hanya bermakna sejarah.
Atau seperti yang diperumpamakan almarhum Mahbub Djunaidi, tokoh NU yang juga penulis produktif. Puluhan tahun lalu, ia sudah mencemaskan NU akan menjadi seperti Qur'an tua: Dibaca tidak bisa, dibuang berdosa.
Sebuah perumpamaan yang amat tepat dalam menggambarkan eksistensi NU. Dalam tradisi pesantren, Alqur'an yang sudah tua tidak boleh dibuang sembarangan. Sebagai kitab suci ia harus tetap dijunjung meski sudah tidak bisa dibaca. ([email protected])
Advertisement