Nostalgia Jalur Kereta Api di Malang
Agung H Buana menceritakan kesenangannya menaiki kereta api. Saat pergi dari kota Malang seperti menuju Jogjakarta, dia dan teman-temannya akan memilih menaiki kereta. Perjalanan menaiki kereta baginya selalu menimbulkan sensasi tersendiri. Terutama saat melalui jalur selatan.
Via jalur selatan maka akan melewati terowongan panjang. Ada dua terowong yang dilalui. Pertama adalah Eka Karya Bhakti yang panjangnya 850 meter menjadikannya sebagai terowongan terpanjang ke tiga di Indonesia. Dua tingkat di bawah terowongan Wilhelmina di Jawa Barat. Wilhelminan memiliki panjang 1208 meter namun sudah tidak lagi aktif karena banyak rel yang hilang.
Tidak jauh dari Eka Bhakti Karya ada terowongan Dwi Karya Bhakti, dengan panjang terowongan 400 meter. Kedua terowongan tersebut tepatnya di berada di Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Sama-sama dibangun pada tahun 1969, keduanya masih aktif dilewati kereta api hingga sekarang.
Selain terowongan, pengguna kereta api via jalur selatan juga akan melewati Jembatan Lahor Karangkates. Jembatan ini terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar. Sisi sebelah timur jembatan masuk dalam wilayah administrasi Desa Karangkates Kabupaten Malang. Sedangkan, ujung jembatan yang berada di sebelah barat masuk Dusun Ngelahor, Desa Selorejo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Pemandangan hijaunya persawahan dan senda gurau saat di atas kereta bersama teman-teman menjadi momen istimewa bagi Agung. Momen tersebut, menurutnya, tidak bisa didapat saat menggunakan kendaraan selain kereta api. Itu adalah sedikit kenangannya tentang kereta api. Laki-laki yang juga bekerja sebagai Kasi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang ini meyakini setiap mereka yang pernah menaiki kereta api memiliki juga memiliki kenangan tersendiri.
Tidak hanya pengalaman menaiki kereta. Pada acara Melawat Sejarah Trem dan Lori di Kota Malang Sabtu 23 Februari 2019, kita juga mempelajari sejarah mengenai kereta api di Malang. Peserta yang terdiri dari pecinta kereta api, mahasiswa, pelajar, dan sejarawan antusias mendengarkan serta berbagi kisah tentang keretap api di Malang.
Pemerhati kereta api Tjahjana Indra Kusuma menjelaskan awal mula jalur keret api di Malang yang pada masa kolonialisme masih dianggap sebagai kota pedalaman dan masuk teritori Karesidenan Pasuruan.
"Pembangunan jalur kereta api di Malang dirasa perlu karena produk hasil perkebunan yang kala itu juga bersamaan diterapkannya tanam paksa, semakin meningkat. Dan transportasi yang sudah ada terlebih dahulu seperti gerobak, tidak lagi mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat," tuturnya.
Saat itu mobil belum ditemukan, sehingga kereta api menjadi sarana tranportasi massal. Banyak investor mau menanamkan investasi untuk membuat jalur kereta api.
Staat Spoorwagen (SS) adalah perusahaan milik pemerintah Belanda yang membangun jalur kereta api Surabaya-Malang pada tahun 1879. SS kala itu memiliki tiga stasiun yaitu Malang SS, Singosari, dan Kepanjen yang juga terhubung dengan jalur-jalur trem.
Jalur trem diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasa angkutan. Pada 14 November 1897 berdirilah Malang Stoomtram Mattschappij (MSM). MSM berkantor di dekat stasiun Malang Jagalan namun saat ini kantor tersebut sudah tidak ada.
Seiring berjalannya pembangunan, jalur-jalur trem di Malang sudah banyak hilang dan hanya bisa ditemukan sedikit peninggalannya. Selain itu, tidak banyak pula orang yang tahu mengenai peninggalan jalur trem.
"Pusat-pusat kota maju bahkan seperti Jepang, penghubung utama adalah kereta api. Penggagas penataan kota dengan jalur-jalur trem di dalam kota itu sangat visioner," tutur Tjahjana Indra Kusuma. (fjr)
Advertisement