Noor Ibrahim Menjawab, Mengapa Lima Perupa Jogja Gagal ke Jerman
Enam perupa Yogyakarta; Noor Ibrahim, Budi Ubrux, Bayu Wardana, Yul Hendr,i Ali Umar dan Ridi Winarno, mendapat undangan untuk berpameran di Berlin, Jerman. Dari keenam perupa itu hanya satu orang yang akhirnya berangkat, yaitu Noor Ibrahim. Sedang lima perupa lainnya gagal ke Jerman. Salah satu dari mereka, Budi Ubrux, menulis Surat Terbuka dan mengunggahnya di Facebook. Postingan Budi Ubrux ini jadi bahan pembicaraan hangat di kalangan seniman. Selasa malam, M. Anis, wartawan Ngopibareng.id mewawancarai Noor Ibrahim. Berikut hasil wawancaranya yang kami muat seutuhnya.
Apa kabar Mas Noor Ibrahim?
Kabar baik Mas
Posisi Anda di mana?
Di rumah Bantul
Lho sudah di tanah air? Kapan pulang? Bagaimana kondisi Anda?
Tanggal 2 November sampai Jogja, batuk-batuk.
Anda jadi pameran di Art Lab Berlin, Jerman? Bisa Anda ceritakan tentang pameran di Art Lab Berlin itu?
Pameran di Art Lab itu Tantangan ll, sedang pameran Tantangan lll di Mengerzeile Berlin. Pameran sukses dan banyak seniman yang datang.
Bagaimana respon masyarakat di sana?
Responnya bagus. Mengerzeile adalah kawasan atau distrik studio seniman manca negara. Dan mereka tentu datang ke Pameran Tantangan lll.
Apakah itu pameran yang direncanakan diikuti 6 perupa Indonesia?
Ya, harusnya diikuti 6 perupa, tapi perupa Berlin tetap memamerkan karya-karya seniman yang tidak hadir. Karena mereka beli karya-karya teman sewaktu di Jogja, Tantangan l .
Anda sudah baca Surat Terbuka yang ditulis Budi “Ubrux” Haryono, dan dipublish di medsos? Bagaimana respon Anda?
Saya tidak membaca secara komplit karena FB saya rusak atau trouble. Respon saya pertama akan mengundang mereka untuk musyawarah. Kedua, jika tidak bisa musyawarah baru ke ranah hukum. Kan ada UU-IT E.
Dalam surat terbuka itu Budi Ubrux menjelaskan kronologi sehingga dia bersama empat perupa lainnya, masing-masing Bayu Wardana, Yul Hendri, Ali Umar dan Ridi Winarno batal berangkat ke Jerman.
Kronologisnya begini. Tahun 2016-2017 saya bertemu perupa Berlin di Icelandic, saat Fresh Wind Biennale Iceland. Dan winter time -7 sampai -10 degree di Desember - Januari. Antara lain Clara Joris, Ona Tav, Susanne Ruof, dan Karl Menzen (alm). Saya merencanakan bikin pameran Berlin-Jogja (Tantangan l) dan berhasil mengundang perupa Berlin tidur dan makan di rumah saya. Mempersiapkan pameran, bikin katalog, poster, undangan dll
Jadi semuanya itu kerja saya dan anak istri..... Jika tidak bisa dapat Visa Schengen ya lucu kalau marah dengan saya. Mestinya marah-marah dengan Embassy Germany dong
Budi Ubrux juga menjelaskan mereka tidak memperoleh visa sehingga tidak bisa berangkat, kecuali Anda. Bisa Anda jelaskan mengenai gagalnya mereka berlima memperoleh visa?
Saya tidak memahami juga, kenapa mereka berlima tidak dapat Visa Schengen, kan syarat dan ketentuan yang kami bawa sama, dan sudah komplit. Ada yang janggal begini, ketika dapat undangan Interview untuk 6 seniman yang jamnya beda beda di VFS GLOBAL lantai 10 di gedung Bukopin dekat monumen Bambu runcing (Surabaya-Red).
Saya dapat jadwal interview yang pertama, begitu selesai langsung saya bayar Rp 1.315.000,- Hari berikutnya 5 orang temanku yang dapat jadwal Interview di VFS bergiliran jamnya, saya tungguin di lobby bawah. Sekitar jam 13.30 siang, kuantar di penginapan Taman Budaya. Anehnya secara semiotik saya merasakan gerakan teman-teman yang seperti menolak saya. Saya tunggu aja sebentar, sambil menanti panas agak reda. Pada Jam 14.20 telpon HP saya berdering ada panggilan dari VFS Surabaya.
Petugas itu bilang "bahwa 5 teman-teman perupa yang dari Jogja, semuanya yang bayar Noor ibrahim" tidak mau bayar. Ini mungkin titik kesalahannya. Saya sudah bilang untuk bayar dulu, nanti kuganti. Akhirnya dibayar Budi Haryono, tapi ada efek sistem komputer yang tertunda. Yang mau ke Berlin ratusan orang. Kedutaan Jerman terkenal sulit kasih Visa, banyak orang ke Jerman hanya untuk kerja. Jerman pusing urusan pengungsi.
Budi Ubrux dalam surat terbukanya juga menjelaskan soal keuangan, dimana Kemendikbud Ristek memberi bantuan berupa dana untuk 4 perupa, masing-masing (Budi Ubrux, Yul Hendri, Ridi Winarno dan Noor Ibrahim) menerima sebesar Rp 51.864.000 langsung ke rekening mereka. Tapi, menurut surat terbuka itu, Anda meminta ketiga perupa itu untuk mentransfer ke rekening Anda semuanya. Benarkah? Bisa Anda jelaskan soal ini?
Uang saya suruh transfer ke saya, itu supaya mudah mengorganize dan pesan tiket pesawat, asuransi, karena lewat satu HP juga untuk mempermudah urusan di Berlin. Pengajuan dana ke Dikbud untuk 6 orang, tapi yang disetujui 4 orang. Karena rencana yang berangkat 6 orang sedang dana hanya untuk 4 orang, maka dana dikumpulkan untuk keberangkatan 6 orang. Ini dari awal merupakan Art project saya dan teman-teman dari Berlin.
Budi Ubrux juga menjelaskan, ada bantuan dari Erros Djarot sebesar Rp 30 juta, untuk membeli tiket dua perupa yaitu Bayu Wardana dan Tridi Winarno. Dana yang diterima Bayu Wardana itu, menurut surat terbuka Budi Ubrux, juga Anda minta untuk ditransfer ke rekening Anda. Bisa Anda jelaskan?
Mas Erros Djarot transfer ke saya langsung. Sudah saya berikan Rp 5 juta untuk Bayu Wardhana dan Rp 5 juta untuk Ridi Winarno. Lukisan 2 seniman itu sudah saya minta, tapi tidak pernah dikirim ke saya.
Mas Erros sendiri kepada saya hari Selasa kemarin mengatakan, sampai sekarang dia belum menerima lukisan yang Anda janjikan. Bisa Anda jelaskan soal janji Anda akan memberi lukisan itu?
Bayu Wardhana dan Ridi Winarno yang harus memberi lukisan tersebut. Saya sudah minta ke mereka, untuk saya kirim ke Mas Erros
Surat Terbuka yang ditulis Budi “Ubrux” Haryono cukup membuat heboh dunia seni rupa kita. Bagaimana pendapat Anda?
Saya tidak tahu kok bisa hal-hal salah paham begitu kok bisa jadi heboh? Mestinya seni rupa kita kan harusnya heboh dengan kreasi inovasi ciptaan si seniman
Apakah Anda berencana untuk bertemu dengan Budi Ubrux dan empat perupa lainnya? Kapan?
Ya mereka teman saya. Senin depan Budi Ubrux dan yang lain kuundang kerumahku
Kira-kira apa yang akan Anda sampaikan? Klarifikasi? Bisa Anda jelaskan?
Laporan hasil pameran Tantangan lll meluruskan hal-hal yang miss understanding, agar kedepan bisa lebih maju dan memiliki wawasan lebih.
Terima kasih, Anda telah bersedia saya wawancara. Selalu sehat.
Sama-sama Mas.(*)