Nonton Tenis Wanita di Singapore, Ini Bedanya dengan Nonton Bola
Saya belum pernah menyaksikan langsung pertandingan tennis berskala internasional. Pengalaman di luar negeri baru nonton NBA saat di Utah, Amerika Serikat.
Hanya sekali juga nonton pertunjukan musik para musisi yang menjadi kesayangan saya. Saat Genesis menggelar tour Reunion di tahun 2006. Saya nonton saat grup band itu manggung di Stadium De France, Perancis.
Juga pernah nonton langsung balapan Formula 1 di Sepang, Malaysia. Di Peddoc utama. Bersama Mahathir Muhammad saat ia habis lengser dari jabatan Perdana Menteri Malaysia yang pertama.
Saya masih bercita-cita bisa nonton langsung laga Liverpool, Arsenal, Barcelona dan Madrid. Kapan? Belum tahu cita-cita itu keturutan. Pernah ke London, tapi tak sempat mampir ke Stadion Emirate milik Arsenal.
Kali ini baru keturutan nonton pertandingan tennis internasional. WTA Finals Singapore yang sedang berlangsung di Indoor Stadium, 21-28 Oktober 2018. Sejumlah petenis wanita berlaga di negeri Singa ini. Untuk tunggal dan ganda.
Sebetulnya sudah ada dua tiket untuk semi final. Pertandingan siang dan malam hari. Karena habis makan malam ada persoalan dengan perut, terpaksa hanya satu pertandingan semi final yang bisa saya saksikan.
Dua ganda wanita yang sempat saya tonton tidak begitu memikat. Inilah pertandingan jelang final yang didominasi pemain tenis perempuan dari negeri bekas Uni Soviet.
Namanya rumit dieja untuk orang yang belum mengenalnya. Barbara Krejxikova/Katerina Siniakova dan Andrwa Sestini Hlavackova/Barbora Strycova. Susah kan.
Sedikit telat masuk stadion, pertandingan ganda sedang berlangsung. Sesuai dengan regulasi, saya tidak bisa langsung duduk di kursi yang sudah dipesan. Harus menunggu sampai pertandingan jeda antar set.
Inilah pertandingan yang menjadikan penonton maupun sporter sangat disiplin. Tak boleh teriak-teriak saat jagoannya berlaga. Tidak seperti sepakbola yang seluruh stadion bisa nyanyi bersama selama pertandingan 1.5 jam.
Petenis harus dalam keadaan hening saat mulai serve sampai dengan pukulan bola yang mematikan langkah lawan. Berisik? Pasti wasit akan mengingatkan. Suara yang diminan hanya suara pemain dan pantulan bola. Juga suara wasit maupun penjaga garis.
Singapore Indoor Stadium memang istimewa. Terasa berwibawa untuk pertandingan berskala internasional seperti tenis wanita ini. Tata lampunya, tata suaranya, dan lay out lapangan serta kursi penontonnya. Menjatuhkan popcorn saja sungkan karena mengotori karpetnya.
Kembali ke pertandingan. Saya hanya sempat nonton pertandingan tunggal antara Kiki Bartens dari Belanda melawan Elina Svitolina dari Ukrania. Pertandingannya seru. Dua jam lebih. Pernah dalam satu set game, sampai 10 kali duece. Nggak selesai-selesai. Sampai pertandingan setelahnya molor karenanya.
Ketika pertandingan sangat seru, masing-masing pendukung Kiki maupun Elina saling meneriakkan namanya. Tentu bukan saat bola sedang on fire. Ketika masing-masing sedang menyiapkan serve. Atau saat salah satu dari mereka berhasil mematikan langkah lawan.
Sebetulnya, yang lebih seru pertandingan di malam hari. Pertarungan antara Sloane Steven dari Amerika Serikat dengan Karolina Plikova dari Chezna. Pertandingannya juga sengit seperti tunggal semifinal sebelumnya.
Sebetulnya asyik jika menyaksikan final antara Sloane dan Elina. Pertandingan untuk memperebutkan juara WTA Finals Singapore. Pertrandingan puncak jenis olahraga yang penuh disiplin untuk hanya menjadi penontonnya.
Tontonan yang layak dinikmati. Sayang tak bisa lonjak-lonjak seperti kalau nonton sepakbola. (arif afandi)
Advertisement