Nonton Ludruk, DPRD Surabaya Komitmen Jadi Mitra Kritis Pemkot
Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Tjutjuk Supariono, mendatangi pentas kesenian Ludruk Surabaya pada Sabtu, 3 Oktober 2020 di Gedung AJBS Surabaya. Dalam kedatangannya kali ini, Tjutjuk sangat mengapresiasi masih banyaknya warga Surabaya yang senang menonton pagelaran Ludruk.
Acara yang selesai pada Minggu 4 Oktober 2020 dini hari itu memainkan tema pertunjukan suasana Surabaya zaman kolonial dengan judul ‘Sarip, Tragedi Tambak Oso’. Dalam acara itu hadir pula seniman lokal Surabaya, Djadi Galadjapo.
Seusai acara, Tjutjuk menyampaikan kepada seluruh penonton dan pegiat seni ludruk bahwa DPRD Kota Surabaya akan tetap mendukung adanya gelaran-gelaran kecil seperti ini. Menurutnya, ini bisa menjadi salah satu alternatif hiburan warga di kala malam minggu tiba.
“Pagelaran Ludruk itu sangat bagus, saya senang sekali masih banyak yang konsisten mau memainkan dan menggelar kecil-kecilan begini. Bagi saya, ini salah satu cara untuk merawat kesenian lokal Surabaya agar tak terkikis zaman kemodernan,” kata Tjutjuk.
Ia juga mengatakan bahwa saat pertama kali dilantik sebagai anggota dewan, dirinya langsung menghubungi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya terkait sokongan Pemkot terhadap pagelaran ludruk di beberapa tempat di Surabaya.
“Coba tanya sama Pemkot, siapa yang pertama kali meghubungi terkait ludruk? Ya saya ini. Saya selalu minta, bagaimana Pemkot bisa menghidupkan seni budaya lokal. Saya terus menghubungi, jangan sampai pagelaran ludruk gini tidak disupport oleh Pemkot Surabaya,” katanya.
Sebab menurutnya, gelaran ludruk adalah seni budaya lokal yang sudah mengakar namun mulai ditinggalkan. Padahal baginya, ludruk bisa menjadi salah satu daya tarik wisata di Surabaya, yang kurang memiliki potensi wisata alam. Sehingga potensi sumber daya manusia lah yang harus ‘dijual’ untuk pariwisata. Seperti halnya kota-kota di Eropa yang tak punya sumber daya alam.
Maka dari itu, ia meminta Disbudpar untuk bisa terus memperhatikan ludruk. Terlebih bisa menjaring ‘kader-kader’ ludruk baru untuk masa depan Kota Surabaya. Sebab Tjutjuk melihat, saat ini sudah banyak anak muda yang tak suka kesenian tradisional, utamanya ludruk.
“Saya itu sampai kapanpun akan berdiri di belakang teman-teman ludruk ini. Saya pingin mereka bisa hidup layak dan menjadi sorot wisata Surabaya. Ini sudah menjadi janji saya ketika dilantik sebagai anggota dewan," katanya.
"Makanya sebisa mungkin saya terus mengikuti gelaran ludruk begini. Sebab, janji itu bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada Tuhan. Saya tak mau ingkari janji saya ke teman-teman ludruk, nanti pasti ditagih sama Tuhan kalau ingkar,” tambahnya.