Nonton Legenda Bob James Seharga Rp 200 Ribu
Di mana bisa menikmati konser kelas dunia dengan harga mahasiswa? Jawabnya di UGM Jazz. Ya, hanya di UGM Jazz-lah musisi kelas dunia bisa ditonton dengan harga kelas angkringan.
Konser jazz yang dihelat oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) ini dalam tujuh tahun terakhir “naik kelas” menjadi konser kelas dunia. Selalu menghadirkan sejumlah musisi, penyanyi dan grup papan atas dunia. Dimulai pada 2011 menghadirkan saksofonis Michael Paulo. Lalu David Benoit (2012), Casiopea (2013 dan 2015), Lee Ritenour dan Phil Perry (2014), Dave Koz (2015), Peabo Bryson (2016), dan Patti Austin dan David Benoit (2017).
Tahun 2018 ini, konser yang semula bertajuk Economics Jazz bermetamorfose menjadi UGM Jazz. Dan tahun ini merupakan perhelatan ke-24 sejak pertama digelar pada 1987. Untuk konser tahun 2018 ini, UGM Jazz menghadirkan pianis legendaris Bob James. Pemenang dua Grammy Awards ini tampil di Grand Pacific Hall Yogyakarta, pada Sabtu, 3 November 2018.
Dalam Konser UGM Jazz 2018 ini, Bob James tampil dalam format Trio. Bob James (grand piano Yamaha) akan didampingi Ron Otis (drums) dan Michael Palazzolo (bass). Selain itu, konser kelas dunia ini juga akan melibatkan diva pop Indonesia, Ruth Sahanaya, pianis senior pop-jazz Candra Darusman, dan vokalis muda yang tengah naik daun, Kunto Aji.
Kombinasi musisi jazz papan atas dunia dengan para musisi dan penyanyi terbaik Indonesia ini bisa disaksikan dengan harga tiket yang sangat bersahabat. Yakni, antara Rp 200 (kelas silver) hingga Rp 800 (diamond). Harga yang “tak masuk akal.” Bayangkan saja, untuk konser tunggal Bob James atau, atau Ruth Sahanaya saja, atau Kunto Aji saja, tiket bisa di harga jutaan. Konser ini ketiganya tampil dan tiket termahal di angka Rp 800 ribu.
Soal harga yang sangat terjangkau, Tony menegaskan hal itu sebagai keunikan UGM Jazz. "Tatkala hampir semua konser kelas dunia, bahkan pertunjukan dengan musisi nasional, menawarkan tiket berharga jutaan rupiah. UGM tetap konsisten dengan tagline ”konser jazz kelas dunia dengan harga tiket kelas angkringan”. Ini keunikan kami," tambah Tony.
Saat ditanya bagaimana tiket bisa dijual semurah itu dan dari mana subsidinya, Tony mengatakan sebagai promotor dirinya mengupayakannya dari sponsor. “Saya todong saja kawan-kawan saya yang ada di perusahan-perusahaan besar itu. Kali ini ada komitmen dari BCA. Barusan saya dapat komitmen dari Astra. Kemudian Garuda Indonesia membantu tiket, Hotel Royal Ambarrukmo untuk menginap artis dan seterusnya,” jawab Tony.
Dan karena keunikan itulah, banyak penikmat jazz luar Jogja yang sudah pesan tiket secara berombongan. "Dengan datang ke Jogja naik pesawat pun, menonton UGM Jazz ini hitungannya masih lebih murah dengan konser lain," papar Tony.
Tak heran jika kehadiran konser jazz yang dihelat oleh Kampus UGM selalu dinanti penikmat jazz. Yogyakarta pun menjadi tujuan penikmat jazz dari berbagai kota di Indonesia. "Semua kalangan usia akan mendapatkan suguhan musik jazz berkelas dalam konser ini. Yang seusia saya dan Pak Rektor UGM bisa menikmati Bob James maupun Ruth Sahanaya. Sedangkan yang anak-anak milenial bisa menikmati Kunto Aji," seloroh Promotor Konser UGM Jazz Tony A. Prasetyantono dalam konferensi pers di UGM, Kamis (4/10).
Dalam konferensi pers itu, Tony didampingi Rektor UGM Panut Mulyono dan Project Manager Konser UGM Jazz 2018 Artha. Dijelaskan, UGM Jazz 2018 ini merupakan rebranding dari event yang sebelumnya bernama Economics Jazz.
"Sekarang kami mengusung nama UGM Jazz dengan logo baru yang lebih fresh, milenial dan modern. Konferensi pers tidak di hotel tapi di Kampus UGM. Ini sebuah kebanggaan karena UGM memberi apresiasi terhadap apa yang telah kami kerjakan bertahun-tahun," tambah Tony.
Tony menegaskan, dengan logo yang lebih eye-catching dan membawa nama besar UGM, pihaknya ingin mengatakan bahwa acara jazz di UGM tak hanya dimiliki oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) saja. Tapi, konser jazz ini dimiliki oleh UGM dan alumninya.
Penegasan Tony didukung oleh Rektor UGM Panut Mulyono. Panut mengatakan, bahwa pihaknya sangat berbangga bisa melanjutkan tradisi UGM untuk menyajikan tontonan jazz kelas dunia dengan tetap berkomitmen harga tiket terjangkau (affordable). "Saya berharap program tahunan ini sukses. Sebagai tontonan musik kelas dunia dengan harga lokal. Ini sesuai dengan visi dan jati diri UGM yang ingin menjulang tinggi tanpa kehilangan akarnya," tegas Panut.
Mengenai penampilan Ruth Sahanaya atau Uthe, Tony mengatakan sengaja biar ada nuansa nostalgia. "Kami ingin bernostalgia juga. Ruth Sahanaya ini merupakan penyanyi di edisi perdana UGM Jazz digelar tahun 1987. Saat namanya masih Economics Jazz Live. Terakhir, Ruth kita undang pada 2007, duet dengan Mike Mohede, yang sekarang sudah almarhum," urai Tony.
Tony mengatakan, bahwa dirinya sangat bangga bahwa akhirnya bisa mendatangkan Bob James, setelah melalui proses negosiasi panjang yang melelahkan. ”Awalnya saya mendekati grup jazz Fourplay, namun karena grup ini sedang vakum setelah wafatnya gitaris Chuck Loeb, maka yang tengah aktif melakukan tour adalah grup Bob James Trio, maka grup inilah yang didatangkan ke Jogja."
Uniknya, lanjut Tony, grup ini akan terbang ke Jogja dari tiga kota di Amerika Serikat: Los Angeles (Bob James), Detroit (dua musisi), dan Miami (manajer). Tony menyebut konser ini juga sukses dibantu agen Chaterine (Jerman). "Semoga tahun depan kita bisa hadirkan Fourplay yang juga dikomandani oleh Bob,” kata Tony.
Ruth Sahanaya atau dikenal juga sebagai Uthe, lahir di Bandung, 1 September 1966, adalah seorang penyanyi senior dan dianggap sebagai salah satu diva Indonesia bersama Krisdayanti dan Titi DJ. Ia memenangkan banyak penghargaan, baik tingkat lokal, maupun internasional.
Bersama dengan Erwin Gutawa, Ruth memenangi festival lagu di Belanda dan Finlandia. Dia banyak menghasilkan lagu-lagu hits, dan mencapai puncaknya pada lagu Kaulah Segalanya (1992). Uthe juga pernah menjadi penyanyi untuk dua grup jazz-fusion terkemuka, yakni Karimata (pimpinan Candra Darusman) dan Krakatau (pimpinan Dwiki Dharmawan).
Sementara itu, Kunto Aji sengaja diundang untuk mendekatkan jazz dengan mahasiswa dan penonton generasi milenial. Kunto yang menempuh jalur pop-jazz, mulai dikenal dari ajang Indonesian Idol (2008). Dia amat populer melalui lagu “Terlalu Lama Sendiri” (2015). Kunto barusan mengeluarkan album terbarunya “Mantra Mantra” (2018), dengan lagu andalan “Topik Semalam”. (erwan widyarto)
Advertisement