Nonton Bareng, Ribuan Milenial Antusias Saksikan Film Kartini
Raden Ajeng Kartini sosok pahlawan yang memperjuangkan hak-hak manusia khususnya kaum perempuan ternyata sangat diminati kaum milenial. Ini terlihat saat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) memperingati Hari Kartini dengan menggelar nonton bareng Film Kartini secara virtual. Lebih dari 4.000 pasang mata ikut nonton bareng.
Pelaksana tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na’im, mengatakan film Kartini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya generasi muda untuk mengenal lebih jauh ketokohan R.A. Kartini.
"Dengan menonton film ini, Ainun berharap generasi muda dapat memahami, menghayati, dan meneladani, apa saja yang diwariskan oleh Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan hak-hak manusia pada peradaban dulu hingga sekarang," kata Ainun Nai’m di Jakarta, Minggu 25 April 202.
Menurut Ainun, film Kartini merupakan salah satu film Indonesia yang sukses diproduksi oleh anak bangsa, Hanung Bramantyo. Film ini, kata dia, mengangkat cerita kepahlawanan perempuan Indonesia ke ranah yang lebih luas.
“Film ini sangat tepat dan akan sangat bermanfaat bagi kita dalam membangun karakter bangsa sehingga kita memahami dan menghayati apa yang telah dikedepankan secara baik oleh Ibu kita,” tutur Ainun.
Pada saat yang sama, sutradara film Kartini, Hanung Bramantyo, menceritakan alasan mengapa tokoh R.A. Kartini layak untuk diangkat ke dalam sebuah film. Pertama, literasi yang digaungkan oleh wanita kelahiran Jepara tersebut.
Semangat literasi Kartini, kata Hanung, menjadi pengingat bangsa Indonesia bahwa menulis dan membaca adalah dasar dari sebuah pendidikan. “Literasi menjadi penting sekali. Itu yang mendasari kenapa Kartini menjadi seorang pahlawan yang harus diperingati,” ujar Hanung.
Kedua, R.A. Kartini merupakan sosok pahlawan yang turut menggerakan roda perekonomian yang ada di wilayah tempat tinggalnya, yaitu Kabupaten Jepara. Di mana, kerajinan ukir kayu pada saat itu dianggap sebagai sebuah kerajinan kampung dan orang-orang di desanya pada saat itu tidak mau mengukir wayang karena takut dikutuk.
“Melalui kartini mereka diberikan semacam motivasi bahwa ini boleh, tidak melanggar apapun. Karena itu kiprahnya Kartini dalam ekonomi siklus itu membuat kerajinan ukir di Desa Mukirsari bisa dikirim ke Negara Belanda,” tuturnya.
Senada dengan itu, pemeran utama film Kartini, Dian Sastrowardoyo, mengungkapkan sosok R.A. Kartini merupakan tokoh pahlawan yang menjadi idolanya karena banyak belajar dari tulisan-tulisan yang dituangkan dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
“Tulisan-tulisan beliau sangat menginspirasi saya karena dia pantang menyerah di saat hidupnya dalam keadaan tidak ada harapan,” imbuhnya.
Dian mengutarakan, menjadi pemeran R.A. Kartini dalam film Kartini menjadi sebuah anugerah baginya karena dengan kesempatan bekerja, Dian dapat membaca seluruh tulisan R.A. Kartini.
“Dengan menerapkan teladannya beliau, saya sendiri merasa jadi terbantu karir saya dan untuk menemukan tujuan hidup sendiri,” ungkapnya.
Aktivis perempuan dan penulis, Kalis Mardiasih, juga mengungkapkan perasaannya setelah menonton film Kartini. Kalis menjelaskan dengan menonton film Kartini, masyarakat tahu bahwa R.A. Kartini mendobrak hak-hak perempuan yang saat itu sulit sekali untuk merdeka. R.A. Kartini mampu mendefinisikan dirinya sendiri, nilai-nilai yang dipercayainya, mimpi-mimpi yang sudah dibangun serta perjuangannya dengan segala tantangannya.
“Dia (R.A. Kartini) saya kira menginspirasi semua orang. Dari latar belakang apapun dia berasal, dia berani selalu mempertanyakan siapa kamu, dan untuk apa kamu ada, dan bagaimana kamu memperjuangkan tentu dengan pengetahuan dan keberanian,” katanya.
Dalam laporannya, Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman, berharap kegiatan nonton bareng film Kartini dapat terus menyalakan dan meneruskan semangat R.A. Kartini. Ia mengatakan, tujuan nonton bareng film Kartini ini adalah untuk mengedukasi kesetaraan dalam hal pendidikan terutama untuk perempuan Indonesia, dan mendorong kepercayaan diri perempuan dalam berkarya. Dan tidak kalah penting, menumbuhkan semangat perempuan untuk berkarya di berbagai bidang serta membangkitkan kualitas hidup perempuan.