Nindia Maya, Keliling Surabaya Ajak Anak Baca Buku
Menanamkan literasi sedini mungkin pada anak sangat penting dilakukan. Hal itu yang mendorong aktivis literasi anak, Nindia Nirmayasari, menulis dongeng dalam buku bergambar. Ia juga menggerakkan klub membaca untuk anak, Klub Literasi Anak, yang rutin mengadakan kegiatan di Surabaya.
Maya biasa ia disapa, berpendapat bahwa awal dari literasi adalah membaca. Untuk bisa membaca seorang anak juga harus melewati beberapa fase. Mulai dari diperdengarkan dengan buku cerita, berbicara, hingga fase membaca.
"Itu pun juga harus sesuai usia, misal anak usai satu atau dua tahun dimanjakan dengan visual dulu teksnya dua sampai tiga kata, dan seterusnya terus meningkat," ungkap Maya Nurmayasari di Club Literasi Anak, Surabaya, Selasa 11 Februari 2020.
Siang itu, Klub Literasi memilih tempat di DK Restoran, Jalan Darmokali, Surabaya. Sekitar 25 anak usia enam hingga 12 tahun duduk mengitarinya, dengan lesehan. Mereka adalah murid baca Maya di klub tersebut. Sekitar empat jam, anak-anak diajaknya membaca dengan cara menyenangkan. Kegiatan yang rutin dilakukannya sekali setiap bulan, dengan tempat berbeda-beda, di Surabaya.
Menurutnya, seorang anak kadang malas membaca jika salah satu fase terlepas. Atau saat dia membaca tidak dalam keadaan yang menyenangkan.
Sehingga, psikolog lulusan Unair ini membuat buku bergambar untuk usia tiga hingga delapan tahun. Saat ini, Maya sudah mengeluarkan 30 lebih buku bergambar untuk anak, baik yang ia tulis sendiri pun antologi.
Tak hanya aktif menulis buku sejak 2013, pendiri klub baca itu juga menyediakan waktu untuk mengajar anak-anak agar gemar membaca. Perempuan kelahiran 23 Agustus 1985 ini menggungkapkan, di era informasi yang serba cepat, penting bagi anak memahami tentang literasi.
Menurutnya, literasi bukan hanya sekedar membaca, tetapi juga agar bahan bacaan mereka mempegaruhi cara berpikir, menentukan sikap, serta dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
"Jadi literasi bukan sekadar membaca, tapi juga bagaimana yang mereka baca bisa mempegaruhi pola pikir, cara pandang, serta kemampuan kognitif seorang anak," katanya.
Mengenai inpirasi, Maya mengaku banyak mendapatkannya dari anak didiknya. Seperti bukunya yang berkisah tentang perbedaan dalam pertemanan.
"Ceritanya ringan tentang satu circle pertemanan yang memiliki selera berbeda dalam pemilihan ekstrakulikuler,"jelasnya. Selain itu, ada pula , lanjut Maya, Cerita tentang perundungan.
Meski akan terus menulis, perempuan yang saat ini tinggal di Jember itu memiliki impian menulis buku cerita bergambar untuk anak usia dua tahun kebawah. "Karena memang masih jarang buku untuk usia tersebut. Sebab buku dapat dijangkau semua orang," pungkasnya.